Tuntutan Merawat Penampilan, Bukan Hanya Masalah Gender
Wanita yang Dituntut Untuk Menjaga Penampilan
Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah kisah tentang seorang wanita yang melakukan diet dan pada akhirnya meninggal karena diet tersebut. Sebuah cerita yang memilukan, singkat cerita wanita itu mengonsumsi pil pelangsing supaya langsing karena tuntutan sang suami. Bukannya mendapatkan hasil yang diinginkan, efek panjang dari mengkonsumsi pil tersebut, dia mendapat diagnosa kanker hati. Pada akhirnya meninggal.
Kisah di atas hanya merupakan segelintir kisah tentang para wanita berjuang keras menjaga penampilan. Beragam cara mereka coba demi memuaskan diri, pasangan atau hubungan sosial di masyarakat. Mulai dari diet, minum obat pelangsing hingga melakukan operasi medis.
Daya tarik wanita akan kecantikan sudah berjalan sejak dahulu kala. Wanita-wanita jaman dulu sudah belajar bagaimana merawat kecantikan, hanya saja dengan standar yang berbeda. Mungkin, wanita seperti Monalisa dianggap paling cantik meski tidak memiliki badan sintal seperti gitar Spanyol.
Lambat laun standar akan kecantikan makin berkembang, media-media menggencarkan stigma bahwa wanita cantik itu memiliki kulit putih, tubuh langsing tanpa lemak. Alhasil produk-produk kecantikan menjadi komoditas paling banyak dijual demi memenuhi kebutuhan wanita.
Why woman?
Sebab wanita itu mengedepankan perasaan.
Kita sebagai para wanita sejak masih kecil kerap kali didoktrin (katanya itu kodrat) untuk ‘behave’ alias menjaga sikap. Tidak boleh sembarangan, anggun dan tentu saja harus tampil menarik. Saya selalu ingat omongan Mami, “Nanti kalau sudah menikah, badan itu harus dijaga biar suaminya tidak melirik wanita lain.”
Alhasil, kita tumbuh menjadi wanita sering merasa tidak aman berkaitan dengan bentuk tubuh. Tidak hanya yang sudah menikah, bahkan ketika kamu melajang. Rasanya masalah berat dan bentuk badan menjadi sebuah pembahasan sensitif setelah pembicaraan mengenai umur.
Tuntutan untuk merawat tubuh berkutat pada 3 hal: wanita itu pada dasarnya insecure alias merasa tidak aman dengan wanita lain yang memiliki tubuh ideal, pengaruh akan body image serta demi pasangan hidup.
Baca Juga:
- 5 Hal Tentang Masa Remaja
- Pasangan Selingkuh, Siapa yang Salah?
- 5 Hal yang bisa diajarkan dari mudik lebaran
- Penyakit Kejiwaan Tidak Bisa Self Diagnostik
Tuntutan Merawat Penampilan, Bukan Hanya Masalah Gender
Lelaki dianggap makhluk visual yang harus katanya harus selalu dijaga supaya tidak melirik ke lain arah. Hal inilah yang membuat para lelaki seringkali menggunakan alasan ini untuk ‘memaksa’ pasangannya melakukan diet. Sebab mereka menyukai keindahan.
Berhubung wanita memiliki sifat yang mengedepankan perasaan ditambah juga hadirnya perasaan tidak aman. Mereka pun rela melakukan hal yang diminta oleh pasangan, salah satunya berdiet.
Ada beberapa lelaki yang hanya ingin hasil akhir tanpa peduli proses yang dilakukan oleh pasangannya. Nggak mau tahu kalau istri/pacarnya melakukan diet ekstrim, pokoknya bentuk badan sesuai idaman dia.
What the heck.
Sepertinya para lelaki sudah lupa kalau kami para Wanita juga memiliki mata yang menyukai keindahan. Jangan salah kalau pada akhirnya banyak wanita yang suka nonton drama korea, demi menemukan sosok lelaki idaman pada diri aktor korea. Mungkin itu terlihat seperti sebuah pembenaran, tapi realitas yang ada.
Salahkah meminta pasangan merawat tubuh?
Tidak.
Hanya saja janganlah egois. Jangan hanya menitikberatkan pada sisi wanita saja. Lalu dirinya sendiri sebagai lelaki tidak ingin menjaga badan. Kalau kata orang jaman sekarang perut prenagen (perut ibu hamil).
Saya ingat pernah melihat talkshow salah satu pasangan Selebgram Indonesia. Dia bercerita bahwa ingin memiliki istri yang menjaga penampilan wangi. Namun, sebelum dia meminta istrinya melakukan hal tersebut, dia intropeksi akan dirinya sendiri. Apakah penampilannya sudah sesuai yang diharapkan oleh sang Istri.
Jika ingin pasangan kita merawat diri, kenapa tidak melakukannya berdua. Alih-alih hanya meminta sang istri saja. Toh demi kesehatan bersama. Ajak pasangan untuk berolahraga di akhir pekan atau ikut serta dalam program yang sedang dijalankan oleh istri.
Temani proses pasangan kita dalam menjaga tubuh, cek asupan dan kondisi yang dia lakukan. Jangan sampai menyesal karena ingin punya istri langsing, malah berujung pada kematian.
Pada akhirnya, merawat tubuh dan menjaganya bukan perkara urusan wanita saja, melainkan juga kewajiban seorang lelaki. Demi menjaga debaran di dada supaya hubungan pernikahan/asmara tetap hangat.
Selain itu, semua orang berkewajiban menjaga kesehatannya sendiri termasuk dalam hal merawat tubuh.