Kenal Lebih Dekat Sama Blog Mamaarkananta.com

Kenal Lebih Dekat Sama Blog Mamaarkananta.com

mamaarkananta.com, ria rochma



Dibalik Pemilik Blog Mamaarkananta.com



Holla, Pembaca.


Apa kabar minggu kalian? Semua baik-baik saja, bukan. Hari ini saya mau nulis tentang salah satu rekan blogger yang kenalnya lumayan lama banget. Maybe, sekitar 4-5 tahun yang lalu.

Sebagai seorang yang baru menulis blog, tentu saja saya butuh banyak teman yang memiliki passion yang sama supaya niat untuk berbagi lewat tulisan tidak kendor. Saya diajak Wulan untuk bergabung dengan salah satu komunitas blogger wanita di Surabaya, di sanalah perjumpaan pertama saya dengan Mbak Ria Rochma yang merupakan pemilik blog dari www.mamaarkananta.com.

Saya yang masih canggung bertemu banyak orang baru, masih sekedar say Hi sambil bertukar alamat blog. Lalu, kami kembali bertemu di salah satu even dan beberapa kegiatan komunitas lainnya. Lama kelamaan menjadi sahabat.

Bagi kalian yang pernah mampir ke blognya, mungkin penasaran siapa sih sosok Ria Rochma ini? Mari kita kenal lebih dekat yuk


Seorang Guru Bimbingan Konseling


Beberapa dari kalian mungkin tidak tahu bahwa sehari-hari pemilik blog mamaarkananta ini merupakan seorang guru di salah satu sekolah Swasta di kawasan Gresik.

Mbak Ria mendapatkan amanat untuk mengampu Bimbingan Konseling alias BK. Di mana bertugas memberikan bimbingan dan konseling bagi siswa yang membutuhkan bantuan, termasuk tempat curhatnya para siswa.

Menurut Mbak Ria, perjalanan ngeblognya dimulai sejak tahun 2010. Pertama kali masih menulis di platform Kompasiana, lalu berubah memiliki blog personal setelah menikah.

Dibalik kesibukannya dengan tugas sekolah, dia masih berupaya untuk tetap mengisi konten blognya. Baginya, beberapa pikiran dalam otak yang selama ini tidak mudah untuk diungkapkan ke orang lain, dia lebih menyukainya untuk ditulis dalam blog secara rinci dan mendalam. Blog seolah-olah penyampai pesan dari semua kegelisahan yang dialaminya kepada orang lain.
 

Baca Juga:  


Penyuka Kpop



Salah satu alasan saya bisa dekat dengan seorang Ria Rochma adalah dia penyuka Kpop. Saya yang masih newbie suka banget tanya-tanya sama dia, bahkan terkadang kami suka halu bareng, membicarakan idol kesukaan masing-masing.

Bagi yang menjadi pengikut instagram sama dan Mbak Ria, pasti sering melihat kami saling membahas Kpop di story masing-masing. Tidak hanya Kpop, tapi juga jadi tempat buat mengobrolkan all about kdrama. Tidak jarang, kami saling bertukar link saat salah satu mengulas drama korea.

Yap, Kpop adalah pemersatu umat.


Suka Jurnaling


Menurut Ria Rochma, menulis itu bagian dari menyembuhkan diri. Itulah kenapa dia suka tulis-menulis. Tidak hanya memiliki blog pribadi, dia juga masih menulis di jurnal. Kegiatan yang sudah lama saya tinggalkan.

Dia suka menulis segala sesuatu di jurnal hariannya, mulai dari ide menulis, mood tracker atau bahkan mengumpulkan kutipan-kutipan dari kdrama favoritnya. Wanita yang memiliki 2 anak itu juga suka hand lettering. Saya iri dengan bagian terakhir, sadar diri tulisan saya jelek.


Suka All About Kecantikan



Kayaknya wanita kalau berkumpul nggak hanya sibuk bicara soal lelaki, tapi juga soal kecantikan. Belakangan ini, saya dan Mbak Ria suka saling meracuni produk perawatan wajah terbaru, atau diskon make up. Biasanya saya sih bagian bagi link sama dia.

Salah satu tema di blognya selain parenting, tips-tips sederhana dan travelling, tidak ketinggalan juga ada pembahasan soal beauty. Tak jarang kami juga saling bertukar informasi


Penyuka Fotografi


Belakangan ini, saya amati wanita yang kini tinggal di Gresik ini lagi suka fotografi. Dia bahkan membuka akun instagram baru khusus hasil jepretannya. Hasil fotonya random, mulai dari langit, produk kecantikan, keseharian Arya dan Fatin atau bahkan foto-foto dari Journaling.

Yap, mungkin itu sekelumit yang saya tahu tentang pemilik blog mamaarkananta.com. Berhubung karena Corona, kami jadi jarang bertemu padahal rindu pengin ngobrol soal berondong manis. Oh iya, sebagai penutup, saya mau kasih pesan dari Mbak Ria Rochma buat kalian yang baru memulai membuat blog.

“Kalau mulai ngeblog, mulailah belajar menulis dengan hati. Yang tulus. Yang benar-benar menulis untuk memberikan informasi dan kebaikan untuk orang lain.

Mengenal angka dan mendapatkan rank 1 di Google memang perlu, tapi itu nggak segala-galanya. Karena saat kalian jenuh saat berkutat dengan angka, maka yang memberikan 'nyawa' blog kalian lagi adalah ketulusan saat menulis."
5 Penulis Fiksi yang Membuat Jatuh Cinta

5 Penulis Fiksi yang Membuat Jatuh Cinta

5 penulis fiksi yang membuat jatuh cinta, song for alice, windry ramadhina, novel indonesia


5 Penulis Fiksi yang Membuat Jatuh Cinta



“Satu hal yang aku sukai dari membaca fiksi, aku terjebak dan jatuh cinta.”

Sebagai penggemar tulisan fiksi, tentu saja saya punya penulis fiksi panutan yang karyanya membuat jatuh cinta sejak kali pertama membaca. Saya tahu mungkin kelihatan lebay tapi memang sehebat itulah mereka. Membuat saya terpaku seharian, menghabiskan ribuan kata yang tertulis dalam waktu semalam. Lalu, menyelipkan rasa hangat sehabis membaca kisah karakter dalam tulisan mereka.

Layaknya orang jatuh cinta, rindu akan selalu hadir menunggu kapan penulis idaman mengeluarkan karya baru. Berdebar saat mereka memberikan teaser di media sosial, apakah kisah yang mereka tulis masih semanis buku pertama yang pernah saya baca sebelumnya? Lantas, bergegas ketika mereka mulai menjualnya karena tidak ingin ketinggalan.

Tidak hanya tentang karya baru, ada kalanya saya suka membaca ulang semua karya mereka dan ajaibnya rasanya masih sama seperti saat saya pertama membaca. Entah, candu apa yang mereka tuangkan dalam buku tersebut sehingga saya terbuai.

Sebenarnya saya punya banyak penulis fiksi favorit, hanya saja kalau ditulis semua di sini akan menjadi cerita yang tidak akan ada habisnya. Makum, banyak bermunculan penulis-penulis baru dengan karya yang tak kalah apik.

Nah, saya ajak kalian dengan 5 Penulis Fiksi yang membuat saya jatuh cinta dengan karya-karyanya.


Ilana Tan



Saya mengenal Ilana Tan dari buku pertamanya yaitu Autumn In Paris yang merupakan karya tetralogi 4 musim yang tentunya sudah saya baca semua (ada 1 bukunya yang hilang dan saya sedih sekali).

Alasan saya menyukai Ilana Tan karena gaya tulisannya yang manis, sederhana tidak terlalu banyak permainan kata namun menawarkan detail yang membuat betah ketika membaca karyanya. Tema yang diambil pun tak jauh-jauh dari kisah cinta. Tentu saja ada saat dia menulis karakter yang saling berhubungan dengan bukunya yang lain seperti Tetralogi 4 Musim.


Penulis yang misterius ini sudah lama tidak mengeluarkan karya baru dan saya amat menantikannya. Semoga bakal ada kisah baru setelah In The Blue Moon


Prisca Primasari



Will and Juliette merupakan karya pertama dari Prisca. Waktu itu saya belum begitu tertarik dengan karyanya sampai saya membaca karya dia yang lain, kalau nggak salah Eclair dan saya suka.

Sejak saat itu saya memasukkan Prisca ke dalam penulis fiksi favorit dan pastinya menunggu karya-karya barunya diterbitkan. Satu hal yang membuat saya menyukai karya Prisca adalah premis dari karya-karyanya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.


Baca juga:






Winna Effendi



Gara-gara tugas dari workshop menulis yang saya ikuti kala itu, saya mengenal Winna Efendi untuk kali pertama. Novelnya yang berjudul Ai berhasil menyedot perhatian saya. Winna memiliki ciri khas, diksinya yang manis dan panjang akan membuat saya terhanyut dalam setiap jalan cerita yang dia tulis.

Meski bukan penggemar beratnya, saya memiliki beberapa karya dia untuk dikoleksi dan saya tidak menyesal telah mengenal penulis yang satu ini.


Windry Ramadhina



Montase, merupakan karya pertama Windry yang saya baca. Sama hal dengan Winna Efendi, bisa dibilang dia memiliki ciri khas narasi yang detail dalam setiap tulisannya, bahkan menggunakan beberapa kata yang kadang masih asing di telinga.

Bisa dibilang Windry merupakan sosok yang multitalenta. Selain sebagai novelis, dia juga seorang Arsitektur, Dosen, bisa bermain musik. Pantas saja Wulan K menjadikan dia panutannya.

Meski saya bukan murni penggemar beratnya, saya rajin membaca karya-karyanya karena Wulan kenanga. Bahkan tahun lalu, kami berdua mengikuti workshop menulis bersama Windry. Menyenangkan, saya jadi tahu bahwa Windry memang amat-amat detail dalam membuat novel. Pantas saja dia jarang mengeluarkan karya banyak karena memang benar-benar menjaga karakter sampai benar-benar kuat untuk diberi jalan cerita.


Dewie Sekar



Saya berkenalan dengan karya Dewie Sekar ketika membaca novelnya yang berjudul Alita @heart, berkisah tentang cinta pertama Alita yang menyukai sahabat kakaknya sendiri. Sebuah novel yang berakhir sedih membuat saya ketagihan membaca.

Suatu hari, kalau nggak salah gramedia mengadakan giveaway berhadiah Novel Dewie Sekar dan tentunya saya nggak mau ketinggalan karena kebetulan novel yang saya punya mulai rusak karena keseringan dibaca.

Hal yang menggembirakan saya menang dong dan ternyata saya mbak Dewie saya dikasih sepaket bukunya plus tanda tangan penulisnya langsung. Akk, bahagia dong, saya jadi bisa baca kelanjutan dari kisah Alita. Ya, sejak saya itu ketagihan membaca karya-karyanya.

Cara bertuturnya sederhana, tidak terlalu panjang dan bertele-tele. Jalan ceritanya juga menarik dan anehnya selalu bikin hati ini hangat sehabis membaca. Terakhir, mbak Dewie Sekar baru saja mengeluarkan novel baru, tentunya saya punya dong. Hahah

Begitulah cerita tentang 5 penulis Fiksi yang bikin membuat saya jatuh cinta. Kalian punya penulis favorit juga, boleh dong berbagi?


Salam hangat,


Operasi Ganti Pacu Jantung Saat Masa Pandemi

Operasi Ganti Pacu Jantung Saat Masa Pandemi

pacemaker, medtronic, pengalaman ganti pacemaker, harga pasang pacemaker

Operasi Ganti Pacu Jantung Saat Masa Pandemik



Setelah hampir 3 bulan melakukan pemulihan pasca operasi ganti pacu jantung, saya memberanikan diri untuk menulisnya di blog. Ini kali pertama saya membahas mengenai operasi yang saya lakukan. Padahal sebelumnya saya tidak pernah menceritakan secara gamblang kepada pembaca tentang kondisi kesehatan selama ini.

Seharusnya operasi ini dilakukan bulan April lalu, sesuai perjanjian dengan dokter pada bulan Januari supaya menghindari baterai tidak habis mendadak sehingga saya bisa beraktivitas sebagaimana mestinya.

Memangnya apa yang terjadi kalau baterainya habis?

Kemungkinan terburuk saya bisa pingsan. Namun, ada kejadian luar biasa lima tahun lalu, saya mengeluh sakit kepala yang berkepanjangan, pokoknya rasanya tubuh ini nggak nyaman. Mami inisiatif untuk mengajak ke dokter Jantung langganan saya, terlebih lagi memang waktunya kontrol rutin. Ternyata dari hasil pemeriksaan, baterai pacu jantung saya habis dan Dokter kaget dengan kondisi saya yang baik-baik saja. Berdasarkan pengalaman ini, Dokter nggak mau kecolongan lagi sehingga hasil pemeriksaan terakhir telah diputuskan akan dioperasi sebelum puasa.

Manusia hanya bisa berkehendak, siapa sangka akhir Februari, kasus Corona semakin banyak di Indonesia. Saya sempat takut untuk ke RS kala itu apalagi tersiar kabar bahwa di Rumah Sakit rentan terjadi Airborne alias penularan lewat udara. Sehingga saya menunda kunjungan ke Dokter. Sempat tanya teman Nakes juga bahwa saat itu ruang operasi tidak dibuka kecuali kasus darurat.

Pertengahan Juni, Mami mengajak saya kontrol ke karena sudah hampir melewati batas yang diperkirakan oleh Dokter. Dengan perasaan berdebar, kami bertemu dengan Dokter di RS. Berhubung sedang pandemik, beliau tidak lagi membuka praktik di rumah.

Dari hasil pertemuan, Dokter menyarankan saya untuk kembali lagi bulan depan karena masih pandemi apalagi semua hasil pemeriksaan terakhir berada di rumah Dokter tersebut. Kemudian, Dokter memberikan pilihan, jika ingin melakukan operasi bulan ini saya harus melakukan Swab Test. Jika hasilnya negatif, saya bisa melanjutkan pemeriksaan darah dan operasi bisa dilakukan.

Sehabis pulang dari Dokter, saya segera mencari informasi RS mana yang bisa melakukan Swab Test dan akhirnya ketemu. Saya segera bikin janji dengan RS.


Baca Juga:

Pengalaman Swab Test Covid 19

I'm Thankfull Being Me 

Apa yang ingin Dilakukan Ketika Corona Berakhir? 


 

Hasil Tes Swab yang Bermasalah



Menunggu hasil swab, rasanya mood nggak karuan. Perasaan takut, cemas, gugup dan gelisah menjadi satu. Saya takut hasilnya tidak baik.

Tiga hari pasca swab, hasil juga tidak keluar sementara pihak dari Dokter terus menanyakan hasil. Saat itu rasanya saya tertekan, belum lagi ditambah pertanyaan ortu tentang hasil tes, rasanya saya pengin menghilang sejenak. Bahkan, saya kehilangan banyak berat badan waktu itu. Fyuh

Saya kehilangan gairah, untungnya masih ada semangat untuk menulis dan memotret. Setidaknya itu memberikan kekuatan sembari menunggu.

Jumat pagi, pihak Dokter memberitahu bahwa operasi akan dilakukan Sabtu Pagi. Dokter sudah menentukan jadwal karena menjaga kondisi saya sehabis swab. Suster menelpon menanyakan hasil swab yang juga belum keluar.

Sembari menunggu hasil swab yang dijanjikan akan keluar sore hari, saya bersiap-siap, mengemas perlengkapan yang akan dibawa ke RS besok hari. FYi, saya tidak perlu menginap sebelum operasi.

Menjelang Maghrib, swab test yang ditunggu hasilnya keluar dan ternyata tidak teridentifikasi alias swab ulang. Rasanya badan panas dingin mendengar hasil, bagaimana tidak besok operasi dan hasil swabnya bermasalah. Kesal rasanya. Namun, kami terlalu lelah untuk berdebat dengan RS tersebut dan ingin fokus pada operasi besok. Hasil swab tersebut saya kirimkan ke Dokter apa adanya.

Menjelang isya’ dapat telepon dari dari Dokter, saya diminta untuk melakukan CT Scan Paru karena tidak mungkin menunda untuk swab ulang. Malam itu juga saya berangkat ke Rumah Sakit menjalankan CT Scan. Untuk kali pertama saya masuk ke dalam tabung besar yang dinginnya luar biasa. Sambil berdoa semoga hasilnya baik.

Alhamdulillah, jam 11 malam hasil CT Scan keluar. Paru-paru saya dinyatakan bersih dari bercak. Operasi bisa dilakukan besok pagi.



Prosedur Selama Operasi Berlangsung



Gara-gara menunggu hasil swab, saya lupa melakukan tes darah untuk persiapan operasi. Alhasil jam lima pagi, saya harus meluncur ke RS untuk dilakukan tes darah terlebih dahulu. Sungguh, luar biasa hari itu.

Sembari menunggu hasil darah, saya melaporkan diri ke UGD bahkan akan rawat inap. Di UGD kami diterima oleh para nakes yang menggunakan APD lengkap. Terlalu sering ke RS membuat saya terbiasa dengan pemandangan ini.

Ditemani seorang perawat yang menggunakan APD, kami diantar menuju ruang Angiografi, tempat prosedur penggantian pacu jantung dilakukan. Oh iya, karena prosedur operasi ini tergolong ringan, nantinya saya akan dibius lokal alias hanya pada daerah yang akan dibedah.

Sebelum melakukan operasi, saya diberi form consent/persetujuan untuk ditandatangani orang tua. Selanjutnya, saya disuruh ganti baju lalu dibawa ke ruangan operasi. Untungnya sebelumnya sudah berpamitan sama keluarga di rumah.

Buat saya momen operasi, momen yang sunyi. Harus berjuang sendiri tanpa ada keluarga yang menemani di ruangan super dingin. Itulah kenapa harus mempersiapkan mental sejak jauh-jauh hari. Pasrah karena tidak akan ada yang pernah tahu apa yang terjadi di meja operasi.

Selama proses operasi berlangsung, saya wajib menggunakan masker KN95 yang di bawahnya diberi oksigen di bagian hidung. Kebayang? Nggak papa sih, biar saya tetap aman ketika operasi berlangsung.

Semua petugas Nakes dan Dokter yang berada di ruang operasi juga menggunakan APD lengkap. Lihat baju hijau di ruang operasi aja bikin dag dig dug apalagi mereka semua pakai APD ala astronot kok kayaknya bikin lebih tegang. Cuman bisa berdoa.

Meski ruang operasi bukan hal yang asing bagi saya, tetap saja rasa takut dan cemas itu selalu ada. Siapa coba yang berani berada di ruang operasi? Rasanya nggak bakal ada yang rela untuk dioperasi.

Pertama, seorang perawat mulai memasang kabel-kabel yang ditempel di dada, gunanya memantau denyut jantung, tekanan darah, saturasi oksigen selama operasi berlangsung. Perawat yang lain memberitahu bahwa mereka akan memasang infus dan melakukan pengecekan alergi obat (i hate this part, jarumnya kecil dan nyeri banget). Saya juga ditanya apakah ada riwayat alergi pada obat.

Sebelum Dokter datang, kondisi pacu jantung saya diperiksa dulu kayak semacam pengecekan biar ada rencana cadangan kalau terjadi sesuatu dan ternyata masa baterainya tinggal 3 hari. Kok ya bisa pas banget.

Oh iya hari itu saya juga mengalami nyeri karena haid hari pertama, rasanya nggak nyaman banget, ditambah nyeri di tangan bekas tes alergi, bekas cek darah tadi dan pas dimasukin infus. Lengkap banget deh.

Prosedur penggantian pacu jantung ini bisa dibilang termasuk operasi kecil mangkanya hanya membutuhkan anestesi lokal, beda dengan saat kali pemasangan dulu. Saya dibius total. Jadi, sepanjang operasi saya tersadar dan bisa mendengar Dokter berbicara dengan perawat meminta alat untuk operasi, persis layaknya adegan di drama korea yang sering saya tonton.

Beberapa kali saya merintih menahan sakit karena terkena bagian yang belum disuntik bius, sehingga beberapa kali saya merasakan dokter menyuntikkan obat bius di area operasi. Ternyata ukuran alat pacunya lebih besar dari yang pernah saya pakai sehingga dokter harus membuat luka yang lebih lebar supaya generator pacu jantung bisa masuk sempurna. Kalau dulu, ketika saya merintih kesakitan begini, ada tangan perawat yang siap menggenggam memberikan semangat karena pandemi tidak ada lagi. Seorang perawat yang mendampingi saya di samping hanya membisikkan kalimat penyemangat.

Saat generator pacu jantungnya dilepas, untuk beberapa detik saya sempat merasa hilang kesadaran dan sesak napas. Buru-buru saya menarik napas panjang dan semua kembali normal.

Alhamdulillah operasi berjalan lancar tanpa hambatan, luka juga sudah dijahit sempurna. Saya dipindahkan ke ruang ICU untuk observasi sembari menunggu kamar inap dipersiapkan.

Oh iya selama pandemi, kunjungan ke RS ditiadakan terus yang boleh menunggu hanya satu orang saja. Demi mengantisipasi penyebaran virus dan RS menjalankan protokol yang cukup ketat.

Saya hanya menginap semalam di RS, selama tidak ada pendarahan dan demam saya boleh pulang keesokan harinya. Yay, pulang.

Biaya yang dikeluarkan untuk tindakan operasi penggantian pacu jantung sebesar 34 juta rupiah (kelas 3), biaya generator pacu jantung sekitar 44 juta rupiah. Jika ditotal keseluruhan dengan biaya perawatan, CT Scan, Swab tes dan lainnya sekitar 100 jt.

Apakah nggak pakai BPJS?

Menurut Dokter, jenis pacu jantung saya pakai ini memakai 2 kabel sehingga tidak dicover oleh BPJS, alhasil saya harus pakai biaya mandiri. Itulah kenapa orang tua saya punya banyak investasi, demi pengobatan saya jangka panjang. Semoga Papi dan Mami selalu sehat agar bisa terus mendampingi. Amin.

Selepas operasi, pemulihan saya bisa dikatakan cepat. Hasil jahitan kering sempurna. Berhubung sedang corona, kontrol yang seharusnya 3 bulan sekali diganti 6 bulan. Semoga tidak ada masalah hingga kontrol tahun depan. Amin.

Terima kasih buat Dokter dan tim Nakes yang sudah merawat saya kemarin, semoga sehat selalu ya.



 5 Hal Menyenangkan Bersama Ning Blogger Surabaya

5 Hal Menyenangkan Bersama Ning Blogger Surabaya

5 hal yang menyenangkan bersama ning blogger surabaya




5 Hal Menyenangkan Bersama Ning Blogger Surabaya



Bergabung dengan komunitas bagi saya merupakan cara untuk bertemu dengan orang-orang yang seirama, dengan begitu saya menjadi lebih semangat karena ternyata di luar sana ada orang-orang yang memiliki passion yang sama. Itu juga berlaku bagi kamu seorang blogger.

Saya kali pertama bergabung dengan Komunitas Kumpulan Emak Blogger Surabaya yang seiring berjalannya waktu berganti wajah menjadi Ning Blogger Surabaya. Waktu itu saya diajak oleh Wulan K yang terlebih dahulu tergabung dalam komunitas tersebut, kebetulan mereka sedang mengadakan acara arisan ilmu di Taman Flora, Bratang.

Saya yang masih kali pertama ikutan acara tersebut tentu saja canggung, namun perlahan mulai terbiasa, bertemu wajah-wajah baru yang mungkin asing. Nggak sangka penerimaan mereka luar biasa, pulang dari acara tersebut saya punya teman-teman baru. 

Nggak lama setelah bergabung di media sosial komunitas, saya memberanikan diri bertanya sama Wulan, apakah mereka mempunyai WAG yang bisa saya ikuti. Dengan menghubungi salah satu admin, saya akhirnya tergabung dalam WAG mereka.

Respon saya pertama. Grup ini asyik meski saya belum kenal mereka seutuhnya.

Seiring berjalannya waktu, pertemanan kami bukan hanya sebatas ketika ada job melainkan sudah kayak saudara. Ada kalanya kami ngemall bareng, belajar sambil makan rujak atau bertemu hanya sebatas melepas rindu. Sayang, pandemi korona belum juga berakhir sehingga hasrat untuk berkumpul terpaksa ditunda.


Teman Ngemall Bareng


“Ke Royal yuk?”


Sebelum Corona menyerang, pertanyaan begini ini bakal ramai tanggapan dari anggota Ning Blogger Surabaya. Maklum, jika tidak ada event mereka suka jadi teman ngemall. Padahal ya nggak beli apa-apa sih, cuman nongkrong sambil jajan pentol gila sampai malam. Gitu saja sudah bikin bahagia.

Agenda ini sudah seperti lagu wajib, tentu saja lokasi terdekat ya Royal Plaza. Sampai dibikin becandaan bahwa saya salah satu pemegang saham dari Royal. Aminin saja deh.


Baca Juga:

Menemukan Teman Dengan Menulis

 

Tempat Belajar Tiada Batas



Di beberapa komunitas lain yang pernah saya ikuti, biasanya grup WAG mereka itu kayak semacam punya jadwal khusus kapan para anggotanya harus berinteraksi sedangkan di komunitas Ning Blogger Surabaya, bebas.

Para anggota bisa leluasa bertanya tentang apapun itu bahkan perihal bumbu masakan. Kalau ada yang bisa jawab ya tentu dijawab. Kalau nggak ada, ada yang rajin bantuin cari di internet. Kurang baik apa coba.

Dulu, kami punya program LES NBS, di mana setiap anggota yang punya keahlian akan menjadi guru untuk anggota grup yang lain. Pas pandemi ini, kami juga sempat bikin LES NBS dengan mengundang narasumber seorang Psikolog


Saling Support


Bagi saya sebuah komunitas bukan cuman wadah bertemu apalagi hanya untuk cari follower (ups) tapi sebisa mungkin para anggota saling memberikan support. Di NBS kami sering mengucapkan selamat ulang tahun kepada anggota yang kebetulan berulang tahun, ada yang minta doa menjelang kelahiran, bahkan saat saya mau operasi mereka memberikan dorongan semangat.


Kolaborasi Antar Anggota


Sesama blogger itu harusnya kolaborasi bukan kompetisi. Sesama anggota sering banget membantu proyek anggota yang lain, misalnya ada yang dapat job endorse, maka yang lainnya akan siap membantu mengambil gambar atau mungkin malah jadi modelnya.

Pokoknya seru. Habis kerjain proyek, ujung-ujung saling minta foto. Lumayan foto profil di medsos aman. Hahaha.


Tempat Curhat



Meski nggak leluasa curhat di grup, saya sering curhat pada beberapa orang yang memang dekat banget. Eh tapi kebanyakan saya yang suka jadi tempat curhat mereka sih, mulai dari soal anak, hubungan hingga curhat yang nggak penting. Well, its oke.

Rasanya baru kemarin deh gabung sama Grup NBS, eh tahu-tahu sudah 3 tahun aja kebersamaan ini. Meski anggotanya silih berganti tapi tenang saja urusan drakor masih masih jadi favorit.

That’s it, 5 hal yang menyenangkan bersama Ning Blogger Suroboyo. Buat kamu para blogger ada baiknya deh bergabung dengan satu komunitas, ada banyak yang bisa didapatkan selain pekerjaan.


Salam,

Tipe Lelaki Idaman di Drama Korea

Tipe Lelaki Idaman di Drama Korea

drama korea, tipe lelaki idaman,  lelaki idaman drama korea


Tipe Lelaki Idaman di Drama Korea



Lelaki idaman seperti apa yang kamu suka?


Pertanyaan ini nggak pernah masuk ke dm IG saya kok, kayak yang sedang heboh belakangan ini. Ini hanya sebuah pertanyaan yang harus saya tulis karena ikut dalam Nulis Blog Bersama NBS yang kebetulan temanya membahas tentang lelaki idaman.


Membahas lelaki idaman ini nggak bakal ada habisnya dan pastinya suka nggak pasti alias berubah-ubah sesuai mood diri saya yang naik turun. Halah, bahas tipe lelaki malah jatuhnya mood. Ada-ada saja


Jaman masih kuliah dulu, lelaki incaran saya itu selalu bertampang cute alias baby face. Nggak tahu kenapa alasannya, saya selalu tertarik pada pria yang tampangnya imut begitu. Berapa kali naksir teman kampus, preferensinya nggak berubah.  


Jika sekarang ditanya, lelaki idaman pasti suka disambung kan  sama lelaki di drama Korea. Lah terus hubungannya di mana sih mbak?


As you know, lelaki yang idaman itu hanya ada dalam drama Korea dan beberapa perempuan mendambakan lelaki semacam itu, termasuk saya. 



Peka


Kebanyakan karakter lelaki di drama korea itu peka alias paham dengan pasangannya. Ketika pasangannya sedang sedih, marah atau membutuhkan bantuan, dia akan selalu siap membantu dan memberikan dadanya yang bidang untuk disandari.


Saat pasangannya lelah, mungkin bisa menawarkan jasa mijitin atau memberikan pelukan hangat.




Tidak Segan Berbagi Tugas Membersihkan Rumah


Sebenarnya di dunia nyata, ada kok tipe lelaki yang mau diajak untuk berbagi tugas dalam mengurus kerapihan rumah, hanya saja populasinya nggak banyak (sok tahu, padahal melakukan penelitian sih nggak).


Nah, kayaknya pembuat drama korea paham sekali bahwa banyak wanita yang mendambakan pasangan yang mau berbagi tugas dalam hal mengurus rumah sehingga selalu ada karakter tokoh yang bikin melting sedang mencuci piring di dapur atau menyapu menggunakan mesin penyedot debu. 


Lelaki menggunakan celemek dan memasak untuk pasangannya itu bikin pengin sandaran di punggungnya. Hahaha, ya Allah imajinasi.



Tidak Malu Menunjukkan Rasa Sayang


Pernah dong lihat adegan dalam drama/film korea di mana karakter lelakinya tiba-tiba cium pipi ketika lagi jalan berdua (cuman ini kalau dalam dunia nyata apalagi di Indonesia, bakalan dikejar sama Satpol PP), atau senang menggandeng tangan pasangannya saat jalan bersama.


Bagi saya, gandengan tangan itu kayak semacam cara untuk meningkatkan bonding dengan pasangan. Jadi, saya suka saja melihat lelaki yang tak segan menggandeng pasangannya ketika jalan berdua.



Melindungi


Meski tak handal bela diri, karakter lelaki dambaan dalam drakor itu adalah melindungi pasangannya. Meski benjol habis digebukin orang, setidaknya dia mempunyai keinginan untuk melindungi sang wanita. 


Melindungi wanita dari hal yang sederhana juga merupakan karakter idaman yang dicari para wanita seperti memayungi saat turun hujan, menggandeng tangan ketika menyebrang jalan.



Pendengar Setia


Wanita itu membutuhkan banyak energi untuk berbicara setiap harinya, itulah alasannya kenapa wanita seringkali dibilang cerewet ya memang itu cara dia katarsis. Nah, salah satu karakter lelaki yang saya sukai adalah menjadi pendengar setia. 


Ada salah satu karakter di drama yang pernah saya tonton yaitu menjadi teman ngobrol wanita yang disukainya setiap jam 2 malam. Wanita tersebut mengalami masalah susah tidur sehingga membutuhkan teman bicara agar bisa terlelap. Bukannya diajak bicara, lelaki tersebut malah disuruh nyanyi padahal buta nada. Ajaibnya, tiap kali mendengar nyanyiannya, wanita itu bisa tidur lelap.



Baca Juga:


10 Rekomendasi Drama Korea Terbaru 2020
 

Romantis



Salah satu tipe karakter lelaki yang adorable dan dinanti-nanti sama pecinta drama korea adalah Romantis. 


Byuh, wanita mana yang tidak suka diromantisin? 


Mulai dari candle light dinner, dikasih kejutan sekotak perhiasan, ngedate berdua ke taman bermain sambil makan es krim sampai rela kaki pegal menunggu sang wanita sibuk berbelanja. Hal-hal begini yang bikin wanita langsung klepek-klepek.


Well, seperti yang saya bilang tadi. Jika menginginkan tipe lelaki yang idaman, sempurna, ya cuman ada di drama Korea.



Annyeong 


Ruang Kerja Di Rumah Ala Freelancer

Ruang Kerja Di Rumah Ala Freelancer

desain ruang kerja, kerja di rumah, working space



Desain Ruang Kerja Di Rumah



Semenjak resmi berhenti jadi Guru Taman Kanak-Kanak beberapa tahun lalu, saya memutuskan untuk melakukan pekerjaan di rumah sebagai konten kreator. Otomatis hampir 90% pekerjaan saya dibuat di rumah, kecuali saya lagi jenuh atau sedang bepergian keluar.

Minggu lalu, Wulan memberikan saya tantangan untuk menulis tentang ruang kerja di rumah. Hal ini membuat saya agak pusing tujuh keliling, sebab saya tidak punya ruang kerja khusus di rumah. Jadi, bisa dibilang tidak ada yang istimewa sih.



ruang kerja di rumah, komputer
Penampakan ruang kerja saya yang terlihat membosankan



Pada dasar ruang kerja saya di kamar. Dulunya, saya kalau nulis itu di kamar Kakak yang memiliki lampu penerangan yang lebih terang, ruangannya lebih luas sehingga lebih luasa dalam mengerjakan tugas. Berhubung si Kakak pada akhirnya kembali lagi ke rumah, saya memindahkannya ke Kamar.

Letaknya di pojokan dekat kamar mandi. Sebab itu satu-satunya area yang luas untuk bisa saya mondar-mandir ke sana kemari.

Tidak seperti Wulan yang telaten untuk menata meja kerjanya dengan beberapa hiasan yang mempercantik. Saya lebih menyukai meja kerja saya polosan. Menggunakan meja komputer bewarna coklat hasil lungsuran dari kakak ipar.

Meja komputer yang saya gunakan bertingkat dua, di mana dulu di atas adalah tempat printer namun perlahan berganti menjadi tempat TV yang nggak pernah saya tonton. Terdapat kalender duduk supaya saya ingat tanggal.

Selebihnya tidak ada yang istimewa hanya gelas berisi tumpukan disk lepas dan mouse yang tidak terpakai. Benar-benar meja kerja yang katanya membosankan. Eit tapi ada yang istimewa dong yaitu kursi kerja ala kantoran. Memiliki roda yang membuat saya bisa ke sana kemari kalau lagi jenuh.

Saya sudah lama menggunakan jenis kursi model begini, sejak operasi pertama dulu. Papi tahu aku menyukai berlama-lama di depan komputer yang menyebabkan bekas jahitan terasa nyeri. Akhirnya dibelikanlah kursi beroda ini. Sudah ganti kedua kali karena yang pertama jebol.

Dalam hati, saya ingin punya meja kerja yang rapi dengan aneka hiasan yang bisa meningkatkan mood, apa daya lingkungan tidak mendukung. Bahkan, di kamar saya nggak ada yang bisa dipandang kecuali cermin.

Ada sih hiasan tapi malah saya letakan di atas lemari baju.


Ruang Kerja Untuk Motret




interior rumah, desain ruang kerja
Sudut saya biasa memotret



Di rumah itu nggak jendela yang putih bersih alias terang benderang, rata-rata menggunakan kaca es atau kalaupun ada itu ditutup dengan stiker dinding. Alhasil dalam kamar itu kayak kekurangan cahaya.

Dulu, tiap kali ada kerjaan motret. Saya selalu membawa properti ke teras karena di sanalah sumber cahaya melimpah ruah. Meskipun di area ruang makan sebenarnya banyak cahaya. Hanya saja saya lebih suka di teras, sumber cahaya datang dari berbagai arah. Hasil foto jadi lebih cerah.

Beberapa bulan ini saya lebih suka motret dalam rumah di sudut dekat ruang tamu dengan jendela yang memancarkan cukup cahaya. Biasanya saya memotret di rentang jam 8-11 siang. Alhamdulilah cahaya cukup.

Saya tidak perlu ke luar masuk rumah untuk memindahkan barang yang dibutuhkan. Paling ya hanya menurunkan beberapa pernik keramik di atas meja itu, voila jadilah ruang foto.


Ruang Kerja Impian


Sebenarnya saya punya mimpi ingin mempunyai ruang kerja dengan kaca-kaca besar  di bagian depan dengan melimpah cahaya di pagi hari. dindingnya saya lapisi warna-warna netral seperti putih, kream atau warna abu-abu muda.

Interiornya minimalis saja seperti ada meja kerja di sudutnya dan sudut yang lain berupa ruangan kosong.  Di mana saya bisa menjadikan tempat itu sebagai ruang kerja sekaligus studio foto sederhana dan beberapa chusion lucu yang bisa jadi properti.

Nanti, ketika saya punya rumah sendiri. Saya pasti akan mewujudkannya.
Bagaimana ‘Me Time’ Ala Blogger

Bagaimana ‘Me Time’ Ala Blogger


me time ala blogger, flatlay


'Me Time' Ala Blogger


Kala itu, sebelum blog menjadi lahan pekerjaan. Menulis blog merupakan kegiatan ‘me time’ yang paling menyenangkan. Saya bisa menumpahkan segala perasaan melalui tulisan di blog. Mau itu sedih, senang, kecewa atau bahkan sedang patah hati.

Menulis blog banyak membantu saya bertumbuh, bagaimana saya membangun diri lewat tulisan. Sesibuk apapun saya saat itu, menulis blog tidak boleh dilewatkan.

Semenjak, saya mulai menjadikan blog ini menjadi ladang pencaharian. Saya belajar untuk menyaring tulisan-tulisan yang akan dibagikan untuk pembaca. Tidak lagi sebebas dulu yang menulis hanya untuk sekadar menumpahkan kekesalan. Tidak lagi menjadi blog seolah-olah buku harian.

Hal ini kadang membuat saya jenuh. Merasa dibatasi. Bahkan, ada saatnya saya ingin berhenti menulis. Namun, kecintaan saya terhadap dunia literasi ternyata lebih besar daripada keinginan pribadi.

Biasanya ketika jenuh menulis, saya melakukan hal-hal yang sekiranya bisa membangkitkan kembali keinginan untuk memperbarui tulisan di blog.

Memotret

Di kala jenuh dengan yang berhubungan dengan blog, biasanya saya memilih untuk memotret. Entah itu memotret produk ala flatlay atau mengambil gambar secara acak, mengikuti suasana hati dan mata yang mencari objek tepat untuk dibidik.

Selain membantu menetralkan suasana hati, memotret bisa memantik banyak ide bahkan foto-foto yang diambil bisa dipakai untuk keperluan blog dan media sosial.

Buka Pinterest, Instagram

Rasanya hampir setiap hari saya membuka kedua aplikasi ini, bisa dibilang merupakan aplikasi yang paling sering dibuka.

Kedua aplikasi tersebut merupakan sumber ide yang amat membantu kalau saya tengah kebingungan membuat konten. Jika di Instagram saya bisa mencari referensi foto-foto untuk konten maka Pinterest menyediakan lebih lengkap. Tidak hanya berupa foto, namun juga artikel-artikel menarik untuk dibaca.

Biasanya setelah berselancar di pinterest, keinginan saya untuk kembali menulis terpancing.

Membaca Buku

Saya tidak menulis blog setiap hari, sebagian waktu saya gunakan untuk membaca buku. Dengan catatan, jika sedang tidak malas. Seringnya saya membaca novel, menenggelamkan diri dalam rangkaian kata penulis kesukaan.

Membaca buku membantu saya untuk lebih memahami kalimat, mengajarkan saya banyak kosakata baru yang amat membantu dalam menulis blog. Tidak hanya seorang penulis yang harus banyak membaca, blogger juga dong. Biar tulisannya lebih bagus dan diterima para pembaca dengan mudah.

Menonton Film

Berhubung saya penggemar drama korea, tontonan saya pasti nggak jauh-jauh dari serial drama korea. Hari-hari saya dipenuhi setiap episode drama dari negeri gingseng ini. Terkadang, membuat saya malas untuk melakukan aktifitas lainnya.

Ssst, jangan ditiru ya. Untung menghalangi kecanduan, saya sekarang lebih senang menonton drama yang tengah tayang. Paling sehari nonton 2-4 eps aja. Sisanya melakukan aktivitas lainnya.

Nongkrong Dengan Sesama Blogger

Aktivitas ‘me time’ ala para blogger ya nggak jauh-jauh dari komunitas. Entah seminggu/sebulan sekali, saya dan teman-teman seprofesi sering nongkrong bareng. Niatnya sih ingin buat konten tapi ujung-ujungnya membahas hal-hal yang unfaedah. Wkwwk

Eh, jangan salah. Bertemu dengan sesama blogger itu bisa meningkatkan keinginan untuk menulis kembali. Apalagi kalau ada yang pamer trafik blog yang lumayang gede. Bikin baper dan terpacu untuk bisa seperti mereka.

Memiliki lingkungan yang mendukung itu bukan untuk saling berkompetisi, namun lebih ke arah kolaborasi. Sehingga setiap teman bertumbuh bersama. Tenang aja, selain obrolan unfaedah tadi, kami sering kok membahas topik yang berhubungan dengan blog, bahkan beberapa dari mereka sering membagi tips supaya bisa sekeren mereka.

Well, memang ada kala saya merasa jenuh dengan dunia blogger yang semakin dibilang ‘susah’ namun dibalik itu semua selalu ada jalan untuk kembali pulang dan menulis untuk pembaca setia.

Me time ala kamu apa? Boleh dong share
Ketika Saya Mendapatkan Atensi Dari Konten Kreator Ternama

Ketika Saya Mendapatkan Atensi Dari Konten Kreator Ternama


Being Yourself


Ketika Saya Mendapatkan Perhatian dari Konten Kreator Ternama


Tiga hari lalu, sebenarnya saya sudah menulis cerita ini di linimasa Instagram tentang pengalaman saya yang mendapatkan ‘perhatian’ dari salah seorang konten kreator luar. Berhubung euforia itu masih melekat kuat, saya jadi ingin membuat satu postingan khusus.

Namanya Dominik. Dia seorang konten kreator lebih tepatnya youtuber dari Vienna-Austria. Keahlian dia adalah membahas mengenai Social Digital Marketing terutama Instagram dan saya lupa kapan tepatnya menemukan kanal yang dimiliki oleh Dominik ini. Mungkin bersamaan saya menemukan kanal milik Jade Darmawangsa yang juga membahas hal yang sama.

Dua orang itu buat saya membahas tentang sosial media dari sudut yang berbeda. Baik Jade atau Dominik memiliki keahlian yang berbeda tapi konten-kontennya selalu membuat saya tertarik untuk menontonnya.

Back To Dominik

Ketika saya menyukai konten dari seseorang, saya pasti akan mengikutinya sampai ke media sosial, mencari tahu bagaimana dia membuat konten sehingga membuatnya berhasil. Saya mengikuti Dominik di IG tapi hanya sekedar like dan beberapa komen. Pernah juga saya mengomentari IGTV-nya dan dia membalas. Bisa dibilang dia orang yang rajin buat balas komentar.




Kanal Youtube-nya juga ramai dengan orang-orang yang ingin profil instagramnya diulas, saya pernah dong masukin, namun nggak pernah terpilih. Hahaha, melas.

Baca juga: Hal-hal yang bisa dilakukan seorang blogger

Hingga tiga hari yang lalu dia melakukan siaran langsung di Instagram. Sekitar pukul 04.30 pagi. Saya penasaran dong, dia bahas apa sih pada saat siaran langsung. Hari itu dia main gitar doang. Ada beberapa yang bergabung.

Awalnya Dominik memberikan emotikon lambaian tangan kepada saya. Mungkin, itu juga berlaku pada semua yang hari hadir. Eh, tiba-tiba dia menyapa dong (Percakapan di bawah ini sudah saya terjemahkan ke Bahasa Indonesia).


Dominik: Hi, child_smurf, aku pernah mendengar nama itu di mana ya? Apakah aku pernah mereview akun igmu?
Me: No. Mungkin namaku mengingatkanmu pada smurf
Dominik: Mungkin. Kayaknya aku nggak asing dengan nama akunmu.
Me: Aku penggemar beratmu.
Dominik: Oh, terima kasih. Aku juga penggemarmu. Nama akunmu unik, membuat orang selalu ingat.
Me: Oh terima kasih sudah mengingatku.

Dan, siaran langsung itu berakhir.

Setelah mematikan ponsel, saya tersenyum bahagia pagi itu. Berasa kayak gimana gitu, saat ada yang bilang nama akunmu unik. Ini baru Dominik udah bahagia begini, apalagi kalau yang ingat saya adalah Gong Yoo. Wkwkw.


Begini ya rasanya dapat perhatian dari Idola.

Gimana nggak bahagia. Follower dia ratusan ribu, apalah saya di antara pengikutnya. Pas dia ingat nama saya ya bahagia sekali dong. Berasa terpilih dari banyaknya pengikut dia.

Nggak hanya berhenti disitu. Saya posting di instagram dan tak lupa menyebut Dominik di akhir caption. Dia membalasnya dan seorang temannya juga ikutan komen. Bahkan sampai IG Stories saya dilihatin semua isinya. Hahaha.




Well, kisah sederhana yang membuat saya bahagia ini memang terlihat biasa saja tapi memberikan saya alasan untuk tidak malu terhadap nama akun child_smurf yang saya pakai di Instagram dan Twitter.

Itu bukti bahwa tidak selamanya akun medsos harus menggunakan nama sendiri. Terpenting adalah nilai apa yang akan kamu sampaikan kepada para pengikutmu maka dia akan mengingatmu.

Artikel lainnya: 8 sumber belajar saat kehabisan ide


Dibalik Nama child_smurf



Nama child_smurf ini adalah nama email yang kakak buatkan untuk saya. Sayangnya, email itu sekarang dibajak dan tidak bisa dikembalikan ulang. Hiks, Padahal banyak kenangan saya tersimpan di sana.

Saya mulai menggunakan nama child_smurf untuk dijadikan username pada beberapa situs. Yah, gimana. Saat itu beneran gaptek dan malas cari nama baru. Akhirnya saya pakai nama di alamat email. Keterusan sampai sekarang.

Baca juga: Kenapa Seorang Blogger perlu mengikuti one day one post

Sudah ada beberapa orang yang menyarankan saya untuk mengganti username Instagram dan twitter. Katanya akun saya kekanakan dan kalau mau melakukan personal branding setidaknya pakai nama pribadi.

Hmm, saya menolaknya. Saya sudah terlanjur saya dengan nama itu. Apalagi teman-teman lama sudah banyak tahu dan pada akhirnya saya membiarkannya. Ya sudahlah, saya membuat satu akun lagi yang menggunakan nama.

Pada akhirnya yang disayang tetap akun pertama.

Apaan sih coba.

Apa sih pertimbangan kalian dalam membuat username medsos. Share dong.
Pencapaian-Pencapaian yang Sudah Dilakukan Sebagai Blogger di Tahun 2018

Pencapaian-Pencapaian yang Sudah Dilakukan Sebagai Blogger di Tahun 2018

Pencapaian-pencapaian Sebagai Blogger Di Tahun 2018


Beberapa hari ini di linimasa Facebook, saya melihat postingan beberapa kawan blogger yang membahas tentang pencapaian-pencapaian yang telah didapat sebagai seorang pekerja lepas alias blogger di tahun 2018. 

Kok kayaknya menarik. Saya memutuskan menulis teman sejenis tapi tentunya tentang pengalaman sendiri.

Pencapaian saya memang belum seheboh para teman blogger lain, apalagi saya bukanlah tipe yang ambisius dalam pekerjaan. Saya lebih suka mengerjakannya dengan pelan-pelan sehingga lebih menikmati prosesnya. Terlalu memaksa akan membuat diri saya kehilangan momen yang membuat saya bahagia.

Selama tahun 2018 ini saya merasakan hal yang luar biasa dalam hal blogging, Sesuatu yang terlihat biasa bagi orang lain tapi membawa dampak perubahan besar bagi karir blogging. So far, saya bahagia.

Menang Lomba


Tahun 2018 ini untuk kali pertama saya menang lomba. Bukan lomba besar tapi merupakan pencapaian besar karena bisa menyisihkan puluhan artikel lainnya. Saya berhasil menjadi pemenang kedua dalam lomba review menu baru Hokben bersama blogger Surabaya. 

Membuat kaget karena waktu itu saya merasa foto makanan tersebut belum maksimal, eh ternyata penilaiannya lebih ke experience saat mencoba makanan. 


Hadiahnya lumayan buat menambah pundi-pundi tabungan. Alhamdulillah sekali


Berani Mencoba Ikutan Lomba


Kemenangan di lomba review menu Hokben memercik kepercayaan diri untuk mencoba mengikuti lomba yang diadakan oleh Asus dan Blogger Crony. Ditambah dukungan dari Wulan yang kebetulan juga tengah ikut lomba yang sama.

Dulu, saya mana berani ikutan lomba padahal sih sebenarnya mampu entah kenapa mood untuk menulis lomba itu hilang kemana. Kadang sudah hilang kepercayaan diri duluan saat mengetahui sapa pesaingnya.

Saya memang tidak memang tapi setidaknya saya mencoba mengalahkan ketakutan sendiri. Itu membuat saya bangga. 

Semoga tahun depan saya bisa ikutan lebih banyak lomba lagi. 

Artikelnya bisa baca di sini: Bagaimana saya membangun diri dengan blog

Menulis Untuk Dua Blog


Saya akui tahun ini, minat saya terhadap menulis di blog agak sedikit menurun. Saya tengah mengalami titik jenuh terhadap tema-tema tertentu sehingga menimbulkan rasa malas untuk memperbaharui isi blog.

Tahun ini saya berhasil menulis 94 postingan. Eh itu bukan untuk satu blog saja, total 94 tulisan itu berlaku dengan dua blog. So far, lumayanlah ya. Membela diri.

Tahun depan saya pengin memfokuskan tulisan untuk kedua blog.

Tahun lalu saya menganaktirikan blog saya yang swastikha.com. Namun, rencananya tahun depan saya akan banyak menulis konten jalan-jalan.

Doakan saya ya.


Menaikkan Trafik Blog

Bertahun-tahun saya selalu bertanya-tanya, kenapa trafik blog saya hanya berkisar 1000 pageview per bulan. Sedih, saat ada teman blogger lainnya yang bisa mencapai pageview hingga jutaan.

Saya sampai curhat sama beberapa teman blogger yang emang pageviewnya bagus, dan mereka rela mengecek apakah ada masalah dengan google analytic. Ternyata tidak. Masalah ini membuat saya stress.

Saya mencoba opsi yang lain yaitu dengan mengganti template blog yang responsive dan lebih banyak menulis konten everlasting. Alhamdulillah ada perubahan yang cukup signifikan pada trafik blog, meskipun belum pada tahapan yang oke banget.

Setidaknya setiap bulan, blog saya sudah menyentuh angka 2500. Belum maksimal memang tapi saya sedang ingin menikmati prosesnya.

Saya mesti lebih banyak belajar lagi menulis artikel sesuai kaidah SEO, biar hasilnya lebih optimal.

Mari semangat.


Memasang Template Blog


“Jangan mengaku Blogger Pro, kalau belum bisa pasang template sendiri.”

Pernyataan Mba Langit ini terus terang membuat saya tertampar. Pasalnya, saya masuk dalam daftar blogger yang gaptek urusan coding. Saya memilih menggunakan jasa Wulan untuk mengubah tampilan blog.

Dan, kemarin Wulan melakukan tindakan protes. Dia nggak mau bantuin saya pasang template yang sudah dibeli. Kata dia, “coba deh Mba pasang sendiri.”

Baiklah, dengan tertatih-tertatih membaca instruksi yang diberikan oleh penjual template, saya berhasi menyelesaikan tugas mengganti template blog. Ternyata tidak sesulit yang dibayangkan.

Saya malah kepikiran untuk membeli template baru untuk cadangan tahun depan kalau lagi bosan. Mumpung Etsy lagi banyak diskon euy.


Belajar Foto Makanan sama Wulan


Dua bulan terakhir ini, saya dipercaya oleh sebuah jasa layanan antar makanan online untuk menulis mengenai konten makanan. 

Menulis konten makanan memang tidak begitu susah tapi lain lagi kalau urusan foto dan menata supaya makanan yang dibeli nampak menggiurkan bagi yang melihat. 

Bohong banget kalau dibilang saya penyuka genre foto yang satu ini. Serius, saya orangnya nggak sabaran dalam menata. Saya lebih suka makan di resto yang memang tampilan makanannya sudah ditata sejak awal ketimbang saya harus menata sendiri. 

Fyuh, elap keringat.

Mau tidak mau saya harus belajar. Dengan meminta bantuan Wulan yang memang sudah jago dalam genre ini. Lumayan deh hasilnya, setidaknya saya bisa belajar lebih giat lagi nantinya.


Membeli Laptop Baru Pakai Hasil Ngeblog

Salah satu barang yang membuat saya rela kehilangan uang adalah Laptop. Bagi seorang pekerja lepas seperti saya, laptop adalah senjata perang dan juga sebuah invetasi.

Mungkin bagi sebagian orang, saya melakukan pemborosan karena sudah memiliki laptop. Tapi, pekerjaan saya memaksa untuk menciptakan konten yang lebih baik. Oleh karena itu saya membutuhkan perlengkapan yang mumpuni supaya pekerjaan lebih maksimal.

Toh, hasilnya akan balik lagi ke kita. 

Itulah pencapaian-pencapaian yang sudah saya lakukan sebagai blogger di tahun 2018. Prosesnya masih panjang dan saya bersemangat untuk melakukannya.

Tahun 2018 ini memberikan warna yang lebih baru dalam hidup. Saya lebih berani dalam mengambil sikap dan tentunya belajar bahwa untuk menghasilkan konten yang bagus itu butuh kerja keras.

Terserah, jika ada orang yang mencibir. This my own life, kecuali dia mau bayarin tagihan hidup saya. Hahah,

Salam,


Hal-Hal yang Membuat Saya Rela Kehilangan Uang Tanpa Menyesal

Hal-Hal yang Membuat Saya Rela Kehilangan Uang Tanpa Menyesal



Tahun ini, mood menulis saya entah menguap kemana. Rasanya ada saja halangan untuk mengunggah postingan terbaru di blog. Padahal yang namanya ide bertebaran di mana-mana. Yah, intinya saya kebanyakan malas.

Demi meningkatkan mood menulis di akhir tahun yang tinggal sekitar 2 mingguan, saya diajakin kolaborasi sama Wulan (dia sama saja dengan saya, mood menulisnya juga menurun drastis). 

Dari hasil diskusi melalui chat, Wulan meminta saya menulis tentang “Rela menghabiskan uang untuk apa?


Hmmm, apa ya? 

Bicara soal uang, sebagai pekerja lepas tentu saya harus pandai menjaga sirkulasi keuangan. Maklum saja pekerjaan kami ini bukan pekerjaan yang mendapatkan gaji tetap tiap bulan. Ada masanya, pekerjaan saya banyak dan gajinya pun lumayan berlipat. Sebaliknya, saya pernah tidak memiliki pekerja yang otomatis berimbas pada pemasukan. Jadi, saya biasanya menyisihkan uang dalam nominal tertentu untuk ditabung.

Setidaknya di akhir bulan, saya masih punya cadangan uangan sehingga merasa sedikit aman.


But, human is human.

Ada saja godaan yang kadang membuat lepas kontrol. Uang yang seharusnya ditabung eh kok malah habis untuk membeli benda atau melakukan sesuatu. Namun, saya bukan seorang compulsive buying, membeli barangnya juga butuh banyak pertimbangan dan sesuai kebutuhan.

Kira-kira benda atau hal apa saja sih yang membuat saya rela kehilangan duit banyak. Pada mau tahu nggak?

Pernak-Pernik dan Perlengkapan Foto

Saat kamu mulai menekuni dunia fotografi, siap-siaplah terjebak dalam pusaran yang tidak berkesudahan. Hahaha, kecuali kamu beli kamera hanya sebagai pelengkap saja atau sekadar punya.

Beda dengan orang yang memang memiliki passion tentang foto. Ada saja yang berhubungan dengan fotografi yang pengin dimiliki dan dibeli. 

Dulu, saya masih bahagia hanya punya kamera dengan lensa kit. Sekarang beda dong. Saya tengah mengincar lensa 50 mm karena sedang tertarik dengan potrait dan fashion fotografi. Harganya lumayan sih tapi saya rela menabung demi kebutuhan yang satu ini.

Belum kesampaian membeli lensa, eh saya malah kepincut sama properti foto seperti alas foto, majalah, pernak-pernik, gelas, dll. Rela banget merogoh kocek dengan alasan investasi. Hahaha


Ilmu


Semenjak beralih profesi dari Guru Taman Kanak-Kanak ke pekerja lepas, tentu membuat saya harus belajar lagi. Apalagi pekerjaan saya yang baru ini nggak bisa lepas dari yang namanya menciptakan konten.

Nah, membuat konten itu sendiri nggak mudah. Kudu banyak latihan dan memperbaiki ilmu. Salah satunya dengan ikutan kursus/workshop berbayar. Saat ini belum aktif sih, namun jika ada kesempatan saya nggak ragu untuk mengikutinya.

Saya nggak masalah menghabiskan uang untuk sebuah ilmu.


Buku


I love books

Tidak ada alasan untuk berhenti membeli buku. Menghidu aroma buku baru itu bikin nyandu, loh. Cobain deh.

Saya lebih bahagia menghabiskan duit ratusan ribu untuk beli buku ketimbang belanja baju. Jadi, kalau ada yang ngajakin saya shopping, boleh deh sekalian dibayarin.


Gadget


Berhubung harga gadget itu mahal. Pastinya saya harus bersabar menunggu uang terkumpul alias menabung.

Sama halnya dengan perlengkapan foto, gadget itu adalah alat penunjang pekerjaan. Jadi, saya akan menyisakan beberapa dari penghasilan untuk tabungan gadget baru, sehingga kalau nanti butuh yang baru tinggal ambil dari tabungan. 


Skin Care 

Akhir-akhir ini saya juga lebih sering beli skin care. Namanya aja baru sadar bahwa wajah butuh dirawat sedemikian rupa. Akhirnya kalau ada duit lebih pasti beli produk yang memang udah cocok dipakai.

Jarang asal beli kecuali sudah baca ulasannya berkali-kali. Selain bisa dipakai sendiri, membeli produk kecantikan bisa menjadi bahan tulisan di blog. “Muka saya terawat, trafik blog ikutan naik.”


Review Produk Kecantikan: Purivera Botanicals Grapseed Oil

Makanan


Sesekali saya sama Wulan punya jadwal playdate di cafe biar nggak bosan kerja di rumah saja. Waktunya tidak pasti, hanya saja kalau sudah merasa bosan atau mood menulis sedang turun. 

Selain pergi ke Kafe, kita juga sering ngemall. Tapi bukan belanja ala hedon ya. Lebih ke main-main sambil beli cemilan lumpia dan ngobrol sepuasnya. Pulang ke rumah pikiran lebih fresh dan siap membuat konten lagi. Kalau lagi rajin, makannya difoto dulu sampai bosan.

Artikel terkait soal makanan: Campur Lorjuk Khas Pamekasan

Seperti yang saya bilang tadi, bahwa membeli barang di atas bukanlah sebuah keharusan. Semuanya butuh pertimbangan dan tingkat keperluan. Jika memang sedang tidak memiliki uang, itu hanya akan jadi obrolan tak jelas antara saya dan Wulan.


Salam,


Belajar Ilmu Psikologi, Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain

Belajar Ilmu Psikologi, Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain











Seumur hidup mana pernah saya membayangkan memilih belajar Psikologi atau setidaknya punya mimpi sebagai Psikolog?

Sama seperti anak-anak lainnya, saya juga punya mimpi pengin jadi Dokter. Namun, saking seringnya masuk rumah sakit, impian saya untuk jadi Dokter menguap. Entah kenapa pekerjaan menjadi Dokter sudah tidak lagi menarik di mata saya. Mami harus mengubur dalam-dalam mimpinya yang ingin mempunyai anak seorang Dokter karena kedua Kakak saya pun tidak menginginkannya.

Kelar dengan impian menjadi Dokter, saya pernah punya mimpi menjadi seorang content writer. Semua ini berawal dari sebuah artikel di majalah tentang pekerjaan-pekerjaan yang menarik, di antaranya adalah penulis konten. Dalam bayangan saya pekerjaan tersebut keren. Kelihatan ya kalau dari dulu saya lebih tertarik sama pekerjaan yang kata orang absurd itu.

Lulus SMA, saya kembali dihadapkan dengan banyak pilihan. Saya sendiri ingin jurusan yang berbau bahasa seperti Sastra Inggris atau Sastra Indonesia. Pilihan lainnya adalah Ilmu Komunikasi atau Hubungan Internasional. Saat SMA itu saya agak obsesi sama yang namanya bahasa Inggris. Intinya mah, saya ingin bahasa Inggris saya berkembang lebih pesat.

Lalu, ortu menyarankan saya untuk mengambil jurusan Psikologi. Alasannya sederhana karena Kakak Pertama saya juga tengah mengambil kuliah Jurusan Psikologi. Harapannya sih supaya kalau ada kesulitan, bisa tanya sama Kakak. Hahah, jangan pada ketawa ya sama alasan ini.

Belajar Ilmu Psikologi


Ternyata nggak hanya saya yang masuk Fakultas Psikologi dengan alasan sepele. Ada salah satu teman saya yang menyangka bahwa Fakultas Psikologi itu sama kayak Fakultas Kedokteran. Dia sendiri emang pengin jadi Dokternya. Ternyata berbeda sekali sama Ilmu Kedokteran. Memang sih, ada beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan Ilmu Kedokteran yang sempat kami pelajari seperti Ilmu Faal alias tentang tubuh manusia.

Dulu, dalam benak saya Ilmu Psikologi itu adalah ilmu Sosial. Nggak bakal ada yang namanya pelajaran Matematika alias berhitung. Kenyataannya, hampir 70% mata pelajaran dari Psikologi itu isinya berhitung mulai dari Statistik dasar, Metode Penelitian, Pembuatan Alat Ukur sampai analisa alat ukur membutuhkan ilmu berhitung. Ya, Allah saya sempat mabok lihat hitungan dan pengin ketawa kalau ingat hal itu. 

Ada satu mata kuliah Statistik dasar yang harus saya ulang sampai dua kali gara-gara nilainya jelek. Sampai harus kuliah bareng adek kelas yang 2 tahun lebih muda dari saya. Sumpah kalau kuliah agak malu-malu dan memilih duduk di belakang. Alasannya nggak mau ketahuan kalau lagi mengulang. Hahaha.

Memilih penjurusan sama galau dengan memilih jodoh. Bingung euy harus memilih peminatan yang mana karena semuanya menarik untuk dipelajari. Tapi ada satu peminatan yang memang menarik perhatian saya sejak awal yaitu Psikologi Perkembangan. Pada akhirnya saya memilih mata kuliah Psikologi Perkembangan sebagai yang utama sisanya saya mengambil beberapa mata kuliah Psikologi Klinis. Sampai ada seorang dosen yang bertanya sebenarnya saya mengambil peminatan apa? Kok saya sering muncul di kelasnya anak-anak Psikologi Klinis. Saya juga suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan klinis, menarik untuk dipelajari. Saya belajar memahami sisi tergelap dari setiap manusia.

Percayalah, banyak orang yang salah kaprah tentang lulusan Psikologi. Saya dulu enggan membicarakan bahwa diri adalah sarjana Psikologi. Pasalnya, beberapa orang yang tahu bahwa saya memiliki latar belakang pendidikan Psikologi pasti berpikir bahwa kami bisa membaca pikiran mereka. Ada juga beberapa orang yang takut dekat-dekat dengan kami, alasannya sama. Takut dibaca pikirannya.

I’m Pychologist not a fortune teller. Woi, saya cuman manusia biasa bukan cenayang yang bisa baca pikiran apalagi menebak masa depan. Membaca pikiran sendiri aja sering salah apalagi pikiran orang. Enak dong ya, bisa tahu apa kehendak orang. Mungkin alasannya mereka takut, yah beberapa dari kami memang peka ketika melihat orang lain. Tapi bukan berarti kami bisa menebak isi pikiran kalian. Serius, nggak ada mata kuliah Psikologi yang mengajarkan tentang menebak isi pikiran orang lain. Saya hanya diajari bahwa gestur dan postur seseorang bisa mengindikasikan perilaku tertentu. Itu pun nggak langsung jago, kepekaan tiap orang beda. Ilmu Psikologi mengajarkan bagaimana memahami perilaku manusia. Jadi, stop tanya yang aneh-aneh pada saya.

Belajar Psikologi Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain


Saya kasih tahu ya. Orang yang masuk Fakultas Psikologi itu rata-rata memiliki masalah. We are’nt perfect person. Bahkan, saat jaman kuliah, saya sering meminta bantuan sesama teman untuk mata kuliah tertentu. Saya sendiri pernah jadi subjek penelitian sendiri. Dan, itu hal biasa sih. Saling mencari kekurangan masing-masing. hahaha.

Ada seorang kakak kelas yang tiap kali ketemu orang pasti nggak mau memandang matanya langsung, selalu menundukkan kepala. Kesusahan berkomunikasi dengan teman atau dosen. Tapi, di akhir perkuliahan dia bertumbuh menjadi pribadi yang berbeda. Dia naik ke podium dengan langkah tegap, dan percaya diri. Saya nggak tahu sekarang dia kerja di mana, tapi saya melihat perubahan drastis dari dirinya. Setidaknya ilmu yang dia pelajari berguna untuk menolong dirinya sendiri

Seperti saya. Walaupun pada akhirnya saya nggak menjadi Psikolog. Setidaknya ilmu yang saya miliki banyak membantu diri sendiri. Setidaknya saya tahu apa yang tepat saya lakukan ketika stress datang atau setidaknya saya bisa memberikan pendapat terhadap orang yang membutuhkan.

Dan, saya tidak menyesalinya.

Salam,