Point Of View

kotakwarna


Jujur, dua bulan terakhir ini saya malas ikutan mengobrol di WAG yang berhubungan dengan blogger. Pasalnya, rasa iri menghampiri ketika beberapa teman asyik membicarakan tentang fee yang didapatkan dari postingan berbayar ataupun event berbayar. Rasanya mood saya turun beberapa level, tersisa rasa amarah. Saya memutuskan untuk tidak lama-lama mengobrol di WAG. Menjawab sekenanya saja kalau pun nimbrung lama itu pasti percakapan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Baca juga:

Belakangan ini, pendapatan saya lewat blog menurun drastis. Bahkan, ada di mana dalam suatu waktu benaran nggak ada pendapatan sama sekali. Beruntung saya bukan tipe pemboros yang langsung menghabiskan gaji sekaligus, saya lebih suka menabungnya jika ada pengeluaran tidak terduga.

Yah, beginilah cara kerja pekerja lepas. Tidak ada gaji bulanan, semua berkaitan dengan pekerjaan yang kita dapatkan. Jika tidak ada, ya berarti harus siap mengikat perut kencang-kencang sembari berdoa.


“Salah sendiri pilih-pilih Job. Butuh Duit, kan!” 

Fyuh, suara hati saya ikutan menjerit. Protes, karena merasa dikhianati. Gimana nggak, di lain hal saya butuh pemasukan tapi sayangnya apa yang ditawarkan tidak sesuai dengan harapan. Setidaknya semangat saya untuk menulis masih membara, sebab saya tidak ingin mengecewakan para pembaca.


Cara Kerja Allah itu Tidak Pernah Bisa Diduga



Mami dan Saya

Rasanya beberapa bulan belakangan ini, saya rindu naik pesawat. Saya rindu menggeret koper dan terbang di atas ketinggian langit. Walaupun sebenarnya saya sendiri takut terbang. Entah, hubungan saya dengan pesawat ini kayak love-hate relationship. Di antara rindu dan takut.

Pokoknya saya rindu terbang entah ke mana saja.

Suatu waktu, Mami menyampaikan bahwa sekolahnya akan melakukan perjalanan wisata seperti tahun-tahun sebelumnya. Pilihannya kala itu adalah Lombok, sebelum terjadi gempa.

Mami yang sudah pernah mengunjungi Lombok sempat mengatakan bahwa dia nggak mau ikut. Kata beliau biarin aja disuruh bayar penalti soalnya Mami rada malah kalau harus bepergian tanpa saya. Eh, seminggu berikutnya Lombok terkena bencana gempa yang cukup dasyat. Sekolah Mami mengganti tujuan wisatanya menjadi Bandung.

Awalnya Mami nggak mau ikut karena perjalanan akan dilakukan dengan mode transportasi Kereta Api yang memakan waktu lebih lama alias capek di jalan. Apalagi berangkatnya hari Jumat Siang, rasanya di Bandung hanya cuman semalam. Mami memutuskan untuk tidak ikut.

Rencana berubah lagi, menurut Mami, kegiatan kali ini sekolah memutuskan untuk naik pesawat saja pulang pergi. Enaknya lagi kita nggak perlu geret koper sendiri karena nanti sudah diatur sama agen perjalanan. Pilihan yang menarik. Daripada kena denda sekitar 3,4 juta Mami ikutan deh.

Kondisi kaki Mami yang kurang sehat tidak memungkinkan beliau bepergian sendirian tanpa pendamping. Mami ngajak saya seperti biasanya. Saat jalan-jalan bareng Mami, saya akan merangkap sebagai patner, kang foto, dan bawain barang-barang. Ini mah memang kewajiban yak. Yah, nggak papalah. Saya bisa jalan-jalan sekaligus mengisi ulang energi. Jalan-jalan sembari mencari konten itu yang utama.

Dih, rasanya saya malu deh kemarin ngeluh karena pemasukan dari blog lagi sepi banget. Eh tahunya Allah ngasih sepaket bisa naik pesawat dan jalan-jalan dibayarin Mami senilai 3,4 juta. Yah, rupanya rejeki saya dua bulan ini sama Allah dititipkan lewat mami.


“Nih, aku kasih kamu jalan-jalan dan bisa naik pesawat lagi. Gitu kok masih ngeluh.”


Jleb. Maafin Ya Allah. 

Hmm, kejadian ini membuat saya belajar lagi untuk melihat sudut pandang yang berbeda. Di saat teman-temanmu sibuk mengumpulkan duit buat jalan-jalan, kamu sama Allah dikasih sepaket loh tanpa kerja berat. Kurang apa coba?

Kurang bersyukur.



0 COMENTÁRIOS

Post a Comment