Book Review: Notasi

Dokpri


Judul Buku   : Notasi
Penulis         : Morra Quatro
Penerbit       : Gagas Media
Tahun Terbit : Cetakan Pertama, 2013
Tebal            : 290 halaman

Blurb:
Rasanya, sudah lama sekali sejak aku dan dia melihat pelangi di langit utara Pogung. Namun, kembali ke kota ini, seperti menyeruakkan semua ingatan tentangnya; tentang janji yang terucap seiring jemari kami yang bertautan.
"Segera setelah semuanya berakhir, aku pasti akan menghubungi kamu lagi."

 Itulah yang dikatakannya sebelum dia pergi. Dan aku mendekap erat-erat kata-kata itu, menanti dengan harap. Namun, yang datang padaku hanyalah surat-surat tanpa alamat darinya. Kini, di tempat yang sama, aku mengurai kembali kenangan-kenangan itu.



****
Review:

Jujur, awal saya membeli novel ini karena saya tertarik dengan cover depannya yang vintage, walaupun saya bukan penyuka barang-barang antik. Tapi, cover depan yang sederhana itu terlihat unik. Alasan kedua saya membeli buku ini adalah ini kali pertama saya membaca karangan Morra Quatro ini. Bukannya, saya tak kenal dengan nama penulis ini. Hanya saja, saya lebih saat itu lagi jenuh membaca buku romance.

Buku ini cukup lama nangkring di rak buku. Saya punya kebiasaan menyisakan buku yang saya anggap 'bagus' untuk dibaca belakangan dan kebetulan ketika membeli buku ini saya sedang menulis novel dengan pov 3. Dengan alasan novel ini menggunakan pov 1. Jadi, saya menunda membacanya.


Nggak usah panjang lebar deh.

Novel ini bercerita tentang Nalia, mahasiswa Kedokteran Gigi UGM yang kebetulan kampusnya mengadakan lomba karya ilmiah dan membutuhkan sarana untuk mempromosikan lomba tersebut. Kampus Kedokteran Gigi menginginkan lomba ini dipromosikan melalui radio seperti yang mereka lakukan pada tahun-tahun sebelumnya. Dan, pada saat itu yang memiliki Radio adalah Mahasiswa Teknik. Di kampus inilah kemudian Nalia bertemu Nino, salah satu mahasiswa Teknik Elektro.

Kisah Nalia dan Nino bermula ketika Teknik Elektro menolak proposal yang diajukan oleh Kedokteran Gigi dengan alasan harga untuk pasang iklan naik. Belakangan, Nalia tahu bahwa itu dikarenakan ada persaingan di antara calon ketua BEM dari Fakultas Teknik dan Fakultas Kedokteran Gigi. Singkat cerita, pertemuan pertama itulah yang pada akhirnya membuat Nalia dan Nino menjadi akrab.

Novel ini mengambil setting Jogja di era tahun 1998, di mana kala itu seluruh elemen mahasiswa turun ke jalan untuk menggulingkan era orde baru. Dari novel ini saya bisa mendapatkan gambaran seperti apa kehidupan mahasiswa di era itu dan kilasan peristiwa tentang kerusuhan Mei 1998.

Kekurangan dari novel ini: Jika novel ini bercerita tentang kisah cinta antara Nino dan Nalia. Kenapa jalinan antara mereka kurang kuat? Penulis lebih banyak mengeksplor tentang apa yang terjadi di tahun 1998. Sepertinya penulis lebih suka menyoroti apa yang terjadi dengan kehidupan mahasiswa saat itu. Sedangkan, kisah cinta antara Nalia dan Nino adalah salah satu kisah cinta yang terselip di antara panasnya suasana saat itu.

Secara keseluruhan novel ini menarik untuk dibaca. Cara Morra Quatro menggambarkan isi cerita dengan mengalir dan penggunaan diksi yang mudah dipahami oleh pembaca.

Saya memberi *** dari 5 untuk buku ini.
Postingan ini ditulis untuk meramaikan #30HariNgeblog

2 comments

  1. kurang menarik untuk ku baca. cintanya terkesan cinta buta. jadi saya ngga suka cinta picisan hehe....

    ReplyDelete
  2. Silakan. Semua tergantung selera

    Terima kasih atas kunjungannya :)

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon