Pengalaman Swab Test Covid 19
Swab Test Covid 19 dan Operasi
Mungkin ada yang bertanya-tanya, kenapa akhir-akhir ini di status WA, saya sering menulis tentang Swab Test Covid 19. Beberapa orang sempat bertanya kepada saya secara pribadi kenapa saya ingin melakukan tes tersebut. Daripada saya harus menjelaskan berulang-ulang, saya ingin menuliskannya di blog saja.
Seharusnya, pertengahan April lalu saya melakukan operasi yang sudah dijadwalkan bersama Dokter tapi siapa sangka wabah Corona mulai merebak di Indonesia. Rasa takut akan hadirnya Virus yang berasal dari Wuhan tersebut membuat kami enggan melakukan kunjungan ke rumah sakit. Terlebih lagi sempat beredar kabar bahwa RS merupakan tempat penyebaran Covid 19 secara airborne atau bertahan di udara.
Tidak hanya itu, saya sempat mencari tahu kepada salah satu teman yang bekerja sebagai perawat di salah satu RS mengenai prosedur operasi di musim pandemik ini. Kata dia ruang operasi ditutup kecuali bersifat emergency alias darurat. Secara pasti, kami memilih menunda rencana tersebut.
Setelah sekian lama melakukan penundaan kunjungan ke dokter, Minggu lalu akhirnya saya memilih membuat janji dengan dokter karena batas waktu operasi penggantian pacemaker mulai running out time, pun saya mulai merasa kelelahan melakukan aktivitas sehari-hari.
Ketika opsi operasi ini muncul, saya sudah cemas bahwa nantinya bakal disuruh untuk melakukan Swab Test Covid 19. Dugaan saya terbukti, menurut Dokter jika saya ingin melakukan operasi, prosedurnya akan semakin panjang, salah satunya melakukan PCR Swab Test untuk memberikan keamanan kepada Nakes yang kelak akan mengoperasi saya supaya tidak tertular Covid 19 saat melakukan tindakan.
Menurut Dokter, jika nanti hasil swab test saya negatif, maka saya bisa melakukan cek laboratorium. Nah, apabila hasil laborat bagus, barulah Dokter akan menentukan jadwal operasi.
Fyuh. ini memang bukan kali pertama saya melakukan operasi. Saya sudah pernah melakukan prosedur yang lebih panjang dari ini tapi entah mengapa tingkat psikologisnya jadi lebih tinggi? Mungkin, karena harus melampirkan surat keterangan bebas Covid.
Baca juga:
Menjaga Pikiran Positif Selama Di Rumah
Virus Corona, Membuat Suasana Ramadhan Berbeda
Apa yang ingin dilakukan ketika Corona berakhir
Swab Test Covid di Surabaya
Supaya menghemat biaya, Dokter sempat menyarankan saya untuk melakukan swab test Covid gratisan yang sekarang gencar diadakan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Tahu sendirilah biaya swab test terbilang mahal dibanding rapid test. Namun, melihat antriannya yang panjang, kok ya rasanya melelahkan. Belum lagi harus berada di kerumunan banyak orang.
Ya sudahlah kita bayar sendiri saja. Mami meminta saya mencari tahu lokasi Swab Test Covid di Surabaya itu di mana saja. Setelah telepon ke sana kemari dan bertanya pada seorang teman Nakes, saya berhasil menemukan informasi beberapa RS yang menyediakan Swab Test beserta harganya. Hiks, mahal ternyata.
Saya memutuskan untuk melakukan PCR Swab Test ini di RS Premier Surabaya, alasannya lokasi dekat dengan rumah dan memberlakukan sistem Drive Thru yang membuat saya tidak harus turun dari mobil.
Saya pikir langsung bisa datang ke RS untuk langsung melakukan tes, ternyata harus membuat janji dan jadwalnya sudah penuh hingga tanggal 11 Juni. Prosedur pertama, saya diharuskan mengisi google form tentang skrining awal mengenai Covid 19. Berhubung saya tidak mengalami gejala, saya memberikan alasan lain bahwa akan melakukan operasi, sebagai bukti saya melampirkan surat keterangan dari dokter.
Alhamdulillah, saya mendapatkan konfirmasi bahwa untuk tanggal 12 Juni ada slot kosong. Saya diminta untuk membayar biaya sejumlah Rp. 1.850.000 melalui transfer rekening. Lalu, melampirkan bukti pembayaran dan foto KTP (karena ini diminta untuk pencatatan ke Dinas Kesehatan).
Satu jam berikutnya, saya mendapatkan jadwal kapan harus melakukan tes.
kalau sudah daftar dan melakukan pembayaran, dapat jadwal |
Pengalaman Swab Test Covid Drive Thru Surabaya
Pukul 09.50, saya sudah sampai di depan pintu masuk RS. Sudah ada papan yang menunjukkan lokasi pengambilan sampel. Saat saya datang, sudah ada antrian beberapa mobil di depan saya.
Seorang petugas keamanan menanyakan nama yang akan diperiksa, lalu beliau akan menyodorkan form consent yang harus ditandatangani sebanyak dua kali. Selanjutkan saya diberikan sebuah kertas berisi label nama, diminta untuk diperiksa apakah sudah benar data yang tertera pada label. Petugas keamanan memberikan informasi bahwa label tersebut nanti diserahkan kepada petugas saat pengambilan lendir.
Ternyata di lokasi tersebut terdapat dua mekanisme yaitu Drive Thru dan Manual, di mana disediakan ruang tunggu bagi mereka yang tidak menggunakan mobil. Oh ya nantinya mereka akan diambil sampel di dalam bilik, sedangkan saya langsung dari atas mobil.
Berbeda dengan Rapid Test, metode Swab Test Covid 19 ini menggunakan metode pengumpulan lendir dari pangkal tenggorokan dan hidung. Sepanjang menunggu antrian, tangan dan kaki terasa dingin. Oke, saya psikosomatis.
Setiap kali selesai melakukan pengambilan sampel, petugas medis tersebut mengganti sarung tangannya. Jadi, satu sarung tangan untuk satu orang pun dengan alat pengambil lendir. Supaya tidak terjadi kontaminasi. Dengan begitu, pasien akan merasa aman.
Oke, tibalah giliran saya. Jendela saya turunkan lebar, seorang petugas medis datang membawa alat mirip dengan cotton bud. Memberitahukan bahwa akan dilakukan swab test sebanyak 2x yaitu hidung dan tenggorokan.
Gimana rasanya?
Ketika dilakukan swab di area tenggorokan, saya tidak terlalu tegang karena sebelumnya pernah melakukan pengobatan dengan metode serupa di dokter THT. Tenggorokan akan sedikit terasa perih sehabis pengambilan lendir, bahkan membuat saya batuk. Jadi, jangan lupa sediakan air minum di mobil saat melakukan swab test.
Bagian agak horor menurut saya ketika pengumpulan lendir di hidung. Bayangkan alat semacam pengorek telinga yang panjang dimasukkan ke dalam hidungmu sampai pangkalnya lalu diputar-putar beberapa kali. Rasanya hampir seperti hidungmu diisi banyak air dari atas. Byuh nyeri, si petugas meminta saya untuk menahan jangan sampai bersin atau bergerak. Alat tersebut didiamkan sekitar beberapa detik, rasanya sungguh nggak nyaman. Ketika dicabut, saya reflek mengeluarkan air mata dan batuk tanpa henti. Sehabis itu saya merasa sakit kepala.
Cukup satu kali aja ya Allah. Jangan lagi (amin).
Bagaimana hasilnya?
Hasilnya keluar sekitar 3-5 hari dan akan dikirim langsung lewat email. Minta doanya ya teman-teman semoga hasilnya negatif dan operasi saya berjalan lancar.
Buat teman-teman yang tidak berkepentingan, mending di rumah saja. Jaga kesehatan dan jangan sampai sakit. Swab test itu mahal dan nggak enak. Percaya deh.