5 Hal Tentang Masa Remaja yang Wajib Diketahui oleh Orang Tua

5 Hal Tentang Masa Remaja yang Wajib Diketahui oleh Orang Tua

5 hal tentang masa remaja yang wajib diketahui orang tua, remaja, teen


Tentang Masa Remaja dan Perubahannya


Menjadi remaja itu tidak mudah.

Saya masih ingat sama-samar ketika mulai beranjak remaja, sekitar umur 10 tahunan. Semua terasa membingungkan, apalagi saya terbilang mengalami pubertas lebih awal ketimbang teman-teman lainnya.

Kalau tidak salah saat itu saya mengalami Haid pertama kelas 4 SD. Bayangkan, ketika yang lainnya masih sibuk bermain, saya sudah pusing memikirkan telah datang bulan. Kala itu saya menangis, kenapa datangnya lebih awal hingga Mami sempat ingin membawa saya ke klinik Tumbuh Kembang Remaja. Sayangnya, saat itu kliniknya tutup. Eh tapi Haidnya hanya sehari saja lalu tidak keluar lagi sampai saya kelas 6 SD (mungkin bisa dibilang itu kayak persiapan gitu lah)

Sehabis momen datang bulan, saya jadi lebih pemalu terhadap lawan jenis ya mungkin karena sudah mulai ada rasa tertarik gitu ya. Jadi, kayak nggak bisa leluasa lagi bergaul sama mereka. Haha, lucu deh.

Oke, kembali ke topik ya.

Masa Remaja itu bisa dibilang sebagai masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Dikenal dengan masa badai di mana banyak perubahan-perubahan yang nantinya kalau tidak tertangani akan membawa dampak besar bagi tahapan selanjutnya.

Lalu, harus bagaimana orang tua harus memahami remaja biar bisa mengalami fase tersebut dengan sedikit badai?

Orang tua harus paham mengenai perubahan-perubahan yang terjadi di pada ada masa remaja


5 Hal Tentang Masa Remaja yang Wajib Diketahui oleh Orang Tua


Pubertas


Pubertas berasal dari bahasa latin Pubic yang berarti bulu di kemaluan.

Fase Pubertas diawali dengan tumbuhnya bulu-bulu halus di kemaluan dan ketiak, kemudian diikuti dengan perubahan fisik, seperti tumbuhnya Payudara, penumpukan lemak di beberapa area pada anak perempuan. Sedangkan, pada anak lelaki ditandai dengan membesarnya buah zakar yang diikuti perubahan suara.

Oh iya, pada masa pubertas perubahan dan perkembangan fisik yang sangat cepat seringkali membuat para remaja tidak percaya diri pada penampilan tumbuhnya, jangan heran jika di masa-masa ini mereka jadi sensitif kalau ngomongin bentuk tubuh.

Penting bagi orang tua untuk memahami perubahan fisik pada anak yang mungkin lipatan lemak yang tidak semestinya di beberapa area tubuh. Daripada mengolok anak-anak karena perubahan tubuhnya, ada baiknya mereka mulai diajarkan untuk merawat tubuh dengan cara tepat supaya tidak terjadi gangguan citra tubuh yang dampaknya akan terbawa hingga dewasa.

Banyak juga kasus-kasus yang berkaitan dengan Body Image pada remaja seperti anorexia, bulimia dan bahkan tren diet itu laris di kalangan remaja.

Selanjutnya, anak perempuan akan mengalami yang namanya menarche/menstruasi, dan mimpi basah untuk lelaki yang menandakan tubuh mereka mulai memproduksi hormon-hormon seksual yang membuat alat reproduksi berfungsi sebagaimana mestinya.

Perlu digaris bawahi oleh orang tua bahwa pubertas bukan sekedar perubahan fisik semata, poin yang penting adalah bagaimana orang tua mempersiapkan mereka selanjutnya.

Bahkan, dalam agama Islam, Akil Baligh merupakan masa yang harus dipersiapkan sebaik-baiknya biar anak belajar menahan diri karena serangan syahwat.

Anak lelaki harus diajarkan langsung oleh Ayah, apa itu mimpi basah, apa yang harus dilakukan ketika mimpi basah itu datang (bersuci dari mimpi basah)

Anak perempuan harus diajari Ibu ketika menjelang remaja mengenai apa itu Haid, bagaimana cara membersihkannya dan bersuci ketika selesai menstruasi.

Saya jadi ingat perkataan Ibu Elly Risman, Psikolog dalam sebuah seminar yang pernah saya ikuti.

“Sekarang ini banyak orang tua yang lalai mengajarkan anak tentang haid dan mimpi basah. Sehingga saat dewasa, anak-anak ini tumbuh menjadi tidak malu mengumbar syahwatnya.”


Sebuah ironi.


Ketertarikan Seksual



Fase pubertas bukan sekedar perubahan fisik semata, namun juga diiringi dengan produksi hormon seksual yaitu Testosteron (pada lelaki), estrogen dan progesteron (pada wanita) yang membuat remaja mulai mengalami ketertarikan terhadap seksualitas.

Momentum yang tepat bagi orang tua untuk mulai mengenalkan pendidikan seksual pada anak yang menjelang remaja. Mereka perlu diberikan pemahaman bahwa saat mereka sudah mengalami yang namanya haid dan mimpi basah, akan ada masanya muncul dorongan seksual dari dalam tubuh.

Orang tua juga harus memberitahu kepada mereka apa resiko melakukan hubungan seksual dini dan bagaimana menekan ketika gejolak itu hadir. Mungkin ini terdengar Tabu tapi ini sebuah pendidikan yang harus dikenalkan pada mereka.

Jumlah remaja yang melakukan hubungan seksual semakin meningkat dari tahun ke tahun karena mudah akses yang didapat saat ini.

Jika dorongan seksual ini tidak diimbangi dengan pendidikan seksual yang tepat oleh orang tua akan membuat anak mencari tahu dengan cara yang salah atau bahkan mencobanya langsung.

Perubahan Emosi


Pada masa pubertas anak juga mengalami perubahan emosi yang drastis. Kerap kali membuat orang tua harus sering tarik napas karena tingkah laku mereka yang labil. Ngomong baik-baik dicuekin, dengan suara lantang malah bikin emosi, ngambek.

Mood swing merupakan salah satu fase yang akan hadir dalam masa remaja yang harus dipahami oleh ortu. Perubahan dan pertumbuhan yang pesat kerap kali membuat mereka bingung harus seperti apa. Mereka inginnya bebas bertingkah seperti orang dewasa tapi nyatanya mereka masih harus berpangku pada ortu.

Perbedaan keinginan antara ortu dan anak seringkali menyebabkan gesekan di antara keduanya, sehingga ortu memutuskan memakai kekuasaan untuk menekan mereka. Hal ini yang membuat anak tidak nyaman sehingga emosinya meledak.

Perubahan suasana hati pada remaja juga dikarenakan peran hormon, perbedaan pola pikir dan hal-hal di luar yang ikut mempengaruhi perkembangan emosi anak. Pada fase ini orang tua harus mulai mengajarkan pada anak bagaimana mengelola emosi, menjadi pendengar yang baik saat mereka ingin didengarkan.

Ngomong sama remaja itu harus tahu situasi, biar pesan yang ingin disampaikan terdengar dengan baik.


Baca juga:

Pertemanan


Pada masa remaja, peran orang tua mulai tergantikan dengan kehadiran teman. Ortu bukan lagi tempat panutan bagi mereka. Standar baik dan benar itu kini merujuk pada pada teman.

Beberapa anak memilih hidup dengan gaya temannya. Pada masa remaja, penerimaan oleh teman sebaya merupakan hal yang penting bagi mereka, sehingga mereka kadang memilih mengikuti apa yang teman inginkan. Tak jarang membuat mereka tergabung dalam geng, kelompok-kelompok remaja.

Selain itu, tekanan teman sebaya seringkali menjadi permasalahan pada beberapa remaja. Ortu memiliki peran penting mengarahkan anak supaya menjalin pertemanan yang baik dengan mendorong mereka mengikuti kegiatan positif seperti olahraga, klub buku, klub science.


Kenakalan Remaja



Masa remaja yang merupakan proses pencarian jati diri kerap kali membuat beberapa remaja ikut terbawa arus sehingga merefleksikan dirinya dengan perilaku negatif atau yang sering dikenal sebagai kenakalan remaja.

Remaja yang nakal disebabkan kontrol diri yang lemah, krisis identitas dan kurangnya dukungan yang kuat dari keluarga sehingga mudah terbawa arus yang membuatnya melakukan perilaku yang menyimpang norma sosial-masyarakat.

Kenakalan tersebut dimulai dari yang bersifat ringan seperti membolos, tawuran, mencuri hingga penggunaan obat terlarang dan tindakan kriminal yang berat
 
Peran dan dukungan orang tua dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan bagi anak amat dibutuhkan untuk mencegah anak dari kenakalan remaja. keluarga adalah unit terkecil yang membangun kepribadian anak. Jika anak memiliki kontrol diri yang kuat, itu akan lebih membuatnua bertahan dari keadaan lingkungan luar yang carut marut.

Mendidik anak remaja memang perkara mudah, dibutuhkan banyak kesabaran dan doa-doa panjang sehingga anak bisa melewati masa remajanya dengan damai.
Pasangan Selingkuh? Siapa yang Salah?

Pasangan Selingkuh? Siapa yang Salah?

selingkuh, perselingkuhan


Pasangan Selingkuh? Siapa yang Salah?



Belakangan ini, tema perselingkuhan menjadi sesuatu yang paling banyak dibicarakan di berbagai kalangan, tidak hanya itu bahkan sering dijadikan tema-tema dalam industri kreatif seperti film, drama, lirik lagu, dll.

Lihat saja, antusiasme mereka ketika membahas perselingkuhan. Ramai, riuh dan panas. Ada sebuah komunitas menulis di Facebook yang ketika ada penulis menulis topik selingkuh, ramainya bukan main. Mengalahkan antusiasme pemilihan Presiden. Sudah begitu, ujung-ujungnya semua berantem gara-gara merasa berhubungan dengan cerita yang ditulis.

Penghianatan cinta kerap kali menjadi salah satu ujian dalam sebuah hubungan, baik yang masih pacaran atau bagi mereka yang telah mengantongi izin dari KUA alias pernikahan. Hadirnya orang ketiga tiba-tiba membuat jalinan pondasi yang sudah dibangun sedemikian rupa mulai goyang, bahkan tak jarang ambruk.
 
Bagi yang belum menikah, perselingkuhan mungkin tidak terlalu rumit karena tidak menyangkut banyak orang karena lebih mudah memutuskan atau lanjut dalam hubungan. Beda, ketika sudah memasuki dunia pernikahan, berselingkuh akan membuat semuanya berantakan. Ada banyak banyak hati yang harus dijaga, tidak hanya sekadar hubungan dua orang, pun keluarga besar.

Lalu, apa yang sebenarnya mendasari kenapa seseorang menghadirkan pihak ketiga dalam hubungan mereka?


Baca juga:


Komunikasi yang Buruk Dengan Pasangan


Banyak kasus perselingkuhan biasanya disebabkan masalah komunikasi yang buruk dengan pasangan. Kebanyakan ini sudah terjadi saat masa penjajakan dan semakin memburuk ketika memasuki pernikahan karena tidak berusaha diperbaiki.

Komunikasi merupakan sebuah dasar dari hubungan. Jika tidak terbangun dengan baik, maka bisa dipastikan akan banyak kesalahpahaman yang terjadi. Banyak pesan yang tidak tersampaikan dengan baik kepada pasangan, sehingga memicu perselisihan. 

Komunikasi yang baik akan membangun pondasi yang kuat antar pasangan, sehingga membuat lebih bebas untuk mengekspresikan emosi, keinginan dan hasrat seksual kepada pasangan.

Saya tiap hari ngobrol kok sama pasangan?

Perlu diingat, komunikasi itu bukan hanya berbicara satu sama lain, tapi ada proses mendengar apa yang diceritakan pasangan tanpa ada prasangka. Tidak semua orang mempunyai kemampuan mendengar yang baik dan ada beberapa orang tak pandai mengungkapkan isi hatinya. Semua ini terkait dengan karakter dan pola asuh yang selama ini melekat kepadanya.

Pasanganmu bukan cenayang harus menebak semua keinginanmu. Jangan tiba-tiba diam seribu bahasa ketika menginginkan sesuatu dari pasanganmu, katakan. Mereka perlu mendengar apa yang kita pikirkan, rasakan, dan inginkan. 

Manusia itu rumit, tidak ada yang pasti.

Mengenai hal ini, saya jadi ingat perkataan Dosen saya, “Manusia itu tiap detik berubah, tidak bisa diprediksi. Bahkan pasangan yang sudah bertahun-tahun seranjang sama kamu,”

That’s why, hubungan komunikasi dengan pasangan harus terus diperbarui, harus belajar mendengar apa yang ingin dikemukakan oleh pasangan kita. Jika kebutuhan dasar ini terpenuhi, tidak mungkin dia ingin orang lain mendengarkan ceritanya.

Waktu terbaik memperbaiki komunikasi dengan pasangan ketika sama-sama tenang, seperti After Sex (masih saling memeluk, mulailah untuk berbicara), berduaan di dalam kamar. Pastikan tidak ada yang terdistraksi ketika sedang bersama.

Jika kesulitan memperbaiki hubungan komunikasi yang telah rusak, mungkin bisa mendatangi konselor pernikahan atau Psikolog Keluarga. Itu bukan merupakan hal yang tabu. 

Memang bukan hal yang mudah, lalu kenapa tidak bertumbuh bersama?



Masalah Kepercayaan Terhadap Orang Lain



Masih ingat dengan Park Seong Joon? Salah satu karakter dari drama VIP yang mengambil tema perselingkuhan.

Dalam drama tersebut digambarkan bahwa Park Seong Joon tidak pernah memberi tahu kepada Na Jeong Son, istrinya mengenai permasalahan keluarga yang selama ini dialaminya. Bahkan, dia memilih menghadiri pemakaman ibunya, sendirian tanpa memberitahu sang istri.

Dari ini kita bisa melihat bahwa pasangan ini tidak hanya memiliki masalah komunikasi yang buruk tapi juga tentang  kepercayaan Park Seong Joon sendiri terhadap sang istri. Menikahi orang yang kita cintai bukan berarti ikut meletakan kepercayaan di dalamnya. 

Alasan Seong Joon lebih percaya kepada Yoo Ri karena bisa dibilang mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang.

Ada beberapa orang yang mengalami masalah kepercayaan terhadap orang lain. Bisa disebabkan oleh banyak hal tapi biasanya karena pola asuh di masa lalu. Anak-anak yang lahir dari orang tua bermasalah, ditelantarkan, biasanya lebih rentan terhadap kepercayaan terhadap orang lain. 

Bonding yang tidak terbentuk dengan baik di masa bayi, akan membuat anak mengalami masalah trust terhadap orang lain kemudian hari, terlebih jika didukung oleh lingkungan yang tidak menyediakan kehangatan.


Masalah Respek/Harga Diri



Dalam KBBI, Respek berarti rasa hormat; kehormatan

Hormat di sini bukan seperti hubungan antara antara atasan dan bawahan. Lebih tepatnya saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Tidak saling merasa dominan karena tugasnya lebih berat.

Sebagai Kepala Keluarga, lelaki memang diberikan beban lebih berat karena harus menghidupi anak, istri dan juga membimbing mereka. Istri juga memiliki tugas yang yang juga tidak ringan yaitu merawat, mendidik dan memastikan kebutuhan pangan semua anggota rumah itu terpenuhi.

Beberapa orang menjadikan pasangannya sebagai saingan, sehingga ujung-ujungnya permasalahan yang dibahas nggak jauh-jauh dari siapa yang lebih banyak menghasilkan materi atau saling tuding siapa yang tidak becus menjalankan tugas, saling menyalahkan dan terluka.

Harga diri yang terluka, merasa tidak penting bagi pasangan membuka celah kehadiran orang lain yang mungkin lebih memahaminya.

Coba diingat-ingat? Berapa banyak kita berterima kasih kepada pasangan karena sudah melahirkan anak yang sehat, mengurus keuangan keluarga?

Mungkin itu yang jarang kita lakukan. Semua saling sibuk mengukur ego masing-masing.  Padahal, jika kita mau saja saling menghargai, setidaknya tidak akan membuat hubungan semakin rumit.

 
Kesimpulan:



Jika terjadi perselingkuhan, siapa yang disalahkan? Tentu saja pasangan yang menghadirkan pihak ketiga dalam keluarga, alih-alih membereskan semua permasalahan yang memang terjadi.  

Seharusnya jika pernikahannya mulai bermasalah, mulai mencari titik terang di mana sebenarnya letak masalahnya, lalu diselesaikan bersama. Bukan, lantas mengambil jalan pintas untuk menghadirkan seseorang yang katanya lebih perhatian. Buat saya itu perbuatan yang egois.

Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua ikatan tapi bagaimana bertumbuh bersama karena memang dua individu yang berbeda karakter, pola asuh dan keseharian. 

Jangan Jadi Teman yang Menyebalkan!

Jangan Jadi Teman yang Menyebalkan!

jangan jadi teman menyebalkan, friendship, persahabatan



"Jangan jadi teman yang menyebalkan." 



Kalimat ini yang selalu saya pegang tiap kali hendak menjalin pertemanan dengan orang baru.

Bukan apa-apa. Hanya saja, ada kalanya ketika kita sudah dianggap 'dekat' dengan orang lain tanpa disadari kita bertingkah menyebalkan. Yah, berasa sudah kenal luar dalam gitu, jadi gampang banget melakukan hal-hal yang sebetulnya mengganggu bagi dia. Hanya karena embel-embel 'pertemanan' hal itu dikesampingkan.

Ayo coba deh diingat-ingat?

Saya sendiri bukan tipe orang yang suka bermain konflik. Saya lebih memilih mengalah ketimbang beradu urat dengan orang lain, kecuali orang tersebut sudah benar-benar kelewatan. Sebenarnya sikap mengalah ini tidak baik juga sih, harusnya bisa dihadapi biar orang lain tahu juga perasaan kita. 

Beberapa kali dimanfaatkan oleh teman karena sifat saya yang selalu mengalah. Sampai sadar bahwa sebenarnya mereka sudah mengambil kendali akan hidup saya. Melelahkan.

Kalau sudah berada di ujung tersebut? Saya memilih pergi, keluar dari lingkaran yang membuat jiwa saya sakit. Seperti yang pernah saya lakukan beberapa tahun lalu. Hubungan pertemanan kami sudah tidak sehat lagi. 

Teman menyebalkan itu bisa jadi siapa saja atau bahkan kita sendiri. Beberapa orang terkadang tidak sadar kalau pernah menjadi Toxic buat orang lain. Begitu sadar, orang lain mulai menjauh pergi dan ujung-ujungnya merasa menjadi korban. Padahal, sumbernya ya dari dia.

Lalu seperti apa sebenarnya pertemanan yang sehat itu?


Baca juga:



Tuntutan merawat penampilan bukan hanya masalah gender
Belajar Ilmu Psikologi untuk diri sendiri dan orang lain
Kita Tidak Akan Pernah Membuat Puas Orang Lain


Berhenti Menanyakan Hal-Hal yang Nggak Penting


 
“Kapan nikah?
“Kemarin kamu habis liburan kemana? Sama siapa sih?”
“Kamu lagi sedih ya? Kok dari kemarin kelihatan murung?”

Merasa sadar nggak, kalau pertanyaan-pertanyaan seperti ini hampir selalu datang dari orang-orang terdekat di sekitar kita, salah satunya teman.  Merasa dekat lalu mereka bebas gitu menanyakan hal-hal yang nggak penting.

Sesekali mungkin wajar ya tapi ini sampai berkali-kali. Kok rasanya mengganggu. Coba deh dibalik, kalau pertanyaan seperti ini diajukan kepadamu? Pasti BT juga, kan?

Menjadi teman yang baik itu adalah tahu kapan waktu yang tepat untuk bertanya terlebih lagi jika pertanyaannya merujuk ke sesuatu yang bersifat pribadi. Pahami situasi sebelum kamu bertanya, jangan sampai rasa ingin tahu itu membuat orang lain lain nggak nyaman.  Jika temanmu belum mau berbicara, jangan kamu tiba-tiba berondong dia dengan berbagai pertanyaan. Bisa-bisa kamu diblokir dari daftar pertemanan.


Teman Bukan Cenayang yang Harus Tahu Semua Masalah



Long time ago, saya punya teman yang tiba-tiba mendiamkan saya tanpa alasan. Tahu-tahu dia main dengan geng lain dan saya ditinggal. Dasar saya yang cuek, ditinggalkan satu teman ya basa saja. Sampai suatu hari saya mendengar celotehan teman, katanya saya bukan teman yang perhatian.

Loh.

Saya waktu itu cuman ngelus dada saja. Sebagai seorang sahabat/teman bukan berarti harus tahu semua masalah temanmu. Ya kali sampai segitunya pengin tahu semua urusan dia. Berasa hidup cuman isinya dia. 

Saya bukannya tidak perhatian, hanya menjaga dan menunggu waktu yang tepat kapan dia harus diperhatikan. Diam-diam saya pengamat ulung, mengamati beberapa pola tingkah laku teman terdekat. Hanya saja ketika yang di sana tidak memberikan sinyal untuk bercerita. Tentu saya tidak punya hak mendobrak hal pribadi mereka hanya karena status teman.


Beri Dia Waktu Ketika Tidak Mau Diganggu


Menjadi teman bukan berarti selama 24 jam dia harus bersama kamu. Setiap orang punya hak menjalani kehidupan pribadinya. Ketika dia  tidak segera cepat membalas pesanmu seperti biasanya, bukan berarti dia tidak ingin berteman denganmu. Berarti dia sedang ingin menjalani kehidupan pribadinya.

Jangan drama atau baper.

Siklus pertemanan itu memang nggak selalu seiring sejalan. Ada masanya dia sedang tidak ingin berbagi cerita dengan kita tapi dengan temannya yang berbeda. Itu bisa saja terjadi. That's a life.

Beri saja jarak. Maka akan menimbulkan kerinduan. Doakan saja temanmu baik-baik saja.


Teman Bukan Hanya Tempat Berkeluh Kesah


Temanmu bukan ember rusak yang harus selalu mendengarkan keluh kesah tentang keseharian. Bercerita tentang hal pribadi yang membingungkan itu wajar tapi bukan berarti setiap kali bertemu dengan dia, obrolannya hanya didominasi keluhanmu saja.

Membosankan, tahu.

Yuk ah, kalau ketemu teman itu ditanyakan kabarnya dulu, membicarakan hal-hal yang dilakukan atau mengingat-ingat masa lalu yang bahagia. Pahami juga keadaanya, Jangan sampai menambah beban apalagi bikin teman sakit kepala memikirkan masalahmu.


Teman Bukan Ajang Persaingan



Jika memiliki teman yang mungkin keahliannya di atas kita jangan dijadikan sebagai saingan. Pasti bikin pertemananmu rumit karena diiringi rasa iri. Terus merasa kesal karena dia jauh lebih beruntung daripada kita.  Gitu saja terus sampai dua kali lebaran.

Iri sama kemampuan teman sebenarnya wajar tapi kita ubah energi negatif tadi sebagai pelecut untuk bisa belajar lebih baik lagi. Bisa jadi temanmu yang lebih beruntung tadi memang berusaha lebih keras dari kamu.

Kenapa tidak kita tumbuh bersama dengan meminta bantuan dia untuk mengajari kita. Rangkul saja temanmu jangan dianggap sebagai rival.

Hubungan pertemanan memang tidak selamanya seiring sejalan, namun kita juga harus belajar untuk memahami kondisi orang lain. Jangan melulu hanya fokus sama diri kita tapi mengesampingkan perasaan teman. Yuk ah, jangan jadi teman yang menyebalkan.

 

Tuntutan Merawat Penampilan, Bukan Hanya Masalah Gender

Tuntutan Merawat Penampilan, Bukan Hanya Masalah Gender



Wanita yang Dituntut Untuk Menjaga Penampilan


Beberapa hari yang lalu saya membaca sebuah kisah tentang seorang wanita yang melakukan diet dan pada akhirnya meninggal karena diet tersebut. Sebuah cerita yang memilukan, singkat cerita wanita itu mengonsumsi pil pelangsing supaya langsing karena tuntutan sang suami. Bukannya mendapatkan hasil yang diinginkan, efek panjang dari mengkonsumsi pil tersebut, dia mendapat diagnosa kanker hati. Pada akhirnya meninggal.

Kisah di atas hanya merupakan segelintir kisah tentang para wanita berjuang keras menjaga penampilan. Beragam cara mereka coba demi memuaskan diri, pasangan atau hubungan sosial di masyarakat. Mulai dari diet, minum obat pelangsing hingga melakukan operasi medis.

Daya tarik wanita akan kecantikan sudah berjalan sejak dahulu kala. Wanita-wanita jaman dulu sudah belajar bagaimana merawat kecantikan, hanya saja dengan standar yang berbeda. Mungkin, wanita seperti Monalisa dianggap paling cantik meski tidak memiliki badan sintal seperti gitar Spanyol.

Lambat laun standar akan kecantikan makin berkembang, media-media menggencarkan stigma bahwa wanita cantik itu memiliki kulit putih, tubuh langsing tanpa lemak. Alhasil produk-produk kecantikan menjadi komoditas paling banyak dijual demi memenuhi kebutuhan wanita.


Why woman?


Sebab wanita itu mengedepankan perasaan.

Kita sebagai para wanita sejak masih kecil kerap kali didoktrin (katanya itu kodrat) untuk ‘behave’ alias menjaga sikap. Tidak boleh sembarangan, anggun dan tentu saja harus tampil menarik. Saya selalu ingat omongan Mami, “Nanti kalau sudah menikah, badan itu harus dijaga biar suaminya tidak melirik wanita lain.”

Alhasil, kita tumbuh menjadi wanita sering merasa tidak aman berkaitan dengan bentuk tubuh. Tidak hanya yang sudah menikah, bahkan ketika kamu melajang. Rasanya masalah berat dan bentuk badan menjadi sebuah pembahasan sensitif setelah pembicaraan mengenai umur.

Tuntutan untuk merawat tubuh berkutat pada 3 hal: wanita itu pada dasarnya insecure alias merasa tidak aman dengan wanita lain yang memiliki tubuh ideal, pengaruh akan body image serta demi pasangan hidup.

Baca Juga: 


Tuntutan Merawat Penampilan, Bukan Hanya Masalah Gender


Lelaki dianggap makhluk visual yang harus katanya harus selalu dijaga supaya tidak melirik ke lain arah. Hal inilah yang membuat para lelaki seringkali menggunakan alasan ini untuk ‘memaksa’ pasangannya melakukan diet. Sebab mereka menyukai keindahan.

Berhubung wanita memiliki sifat yang mengedepankan perasaan ditambah juga hadirnya perasaan tidak aman. Mereka pun rela melakukan hal yang diminta oleh pasangan, salah satunya berdiet.

Ada beberapa lelaki yang hanya ingin hasil akhir tanpa peduli proses yang dilakukan oleh pasangannya. Nggak mau tahu kalau istri/pacarnya melakukan diet ekstrim, pokoknya bentuk badan sesuai idaman dia.

What the heck.
Sepertinya para lelaki sudah lupa kalau kami para Wanita juga memiliki mata yang menyukai keindahan. Jangan salah kalau pada akhirnya banyak wanita yang suka nonton drama korea, demi menemukan sosok lelaki idaman pada diri aktor korea. Mungkin itu terlihat seperti sebuah pembenaran, tapi realitas yang ada.

Salahkah meminta pasangan merawat tubuh?

Tidak.

Hanya saja janganlah egois. Jangan hanya menitikberatkan pada sisi wanita saja. Lalu dirinya sendiri sebagai lelaki tidak ingin menjaga badan. Kalau kata orang jaman sekarang perut prenagen (perut ibu hamil).

Saya ingat pernah melihat talkshow salah satu pasangan Selebgram Indonesia. Dia bercerita bahwa ingin memiliki istri yang menjaga penampilan wangi. Namun, sebelum dia meminta istrinya melakukan hal tersebut, dia intropeksi akan dirinya sendiri. Apakah penampilannya sudah sesuai yang diharapkan oleh sang Istri.

Jika ingin pasangan kita merawat diri, kenapa tidak melakukannya berdua. Alih-alih hanya meminta sang istri saja. Toh demi kesehatan bersama. Ajak pasangan untuk berolahraga di akhir pekan atau ikut serta dalam program yang sedang dijalankan oleh istri.

Temani proses pasangan kita dalam menjaga tubuh, cek asupan dan kondisi yang dia lakukan. Jangan sampai menyesal karena ingin punya istri langsing, malah berujung pada kematian.

Pada akhirnya, merawat tubuh dan menjaganya bukan perkara urusan wanita saja, melainkan juga kewajiban seorang lelaki. Demi menjaga debaran di dada supaya hubungan pernikahan/asmara tetap hangat.

Selain itu, semua orang berkewajiban menjaga kesehatannya sendiri termasuk dalam hal merawat tubuh.

Penyakit Kejiwaan Tidak Bisa Dengan Self Diagnosis

Penyakit Kejiwaan Tidak Bisa Dengan Self Diagnosis

woman crying, mental ilness, Penyakit Kejiwaan Tidak Bisa Dengan Self Diagnosis




Sebuah pesan singkat masuk ke Whatsapp saya waktu itu dari seseorang yang kenal.


X: “Mba, kayaknya anakku mengalami masalah xxxx deh?
”Y: Oh iya, hasil diagnosa Psikolog?” 
X: “Bukan, saya baca-baca dari google dan kayaknya ini sesuai dengan yang terjadi pada anak saya?” 
Y: (hening)


Percakapan ini mengingatkan beberapa tahun lalu, di saat saya duduk di bangku perkuliahan, menyimak kuliah Psikologi Abnormal, di mana kala itu Dosen sedang menjelaskan gejala-gejala dari penyakit kejiwaan. Membaca ciri-ciri tersebut membuat saya terpaku, hampir semua yang disebutkan di presentasi Dosen, cocok dengan diri saya.

Saat Dosen menjelaskan penyakit jiwa lainnya, lagi-lagi saya merasa semua gejala yang dijelaskan tadi ada pada diri saya. Oh, oke. Saya mulai merasa nggak nyaman.

Am I Crazy?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut terus bergaung di telinga. Sehabis kuliah saya sibuk membayangkan tentang ciri-ciri tadi. Apakah betul saya menderita seperti apa yang dijelaskan Dosen tadi? Terus terang itu amat mengganggu pikiran.

Kembali ke masalah awal ya. Belakangan ini di Media Sosial, saya banyak menemukan orang-orang dengan mudahnya mendiagnosa dirinya sendiri dengan penyakit kejiwaan setelah membaca ciri-ciri yang ada di mesin pencaharian atau bahkan dari tes-tes yang banyak ada di dunia maya. Padahal, belum jelas validitas dan reabilitasnya.

So Sad, saat saya tahu ada seorang teman yang kemudian dengan gampangnya mendiagnosis dirinya sendiri dengan gangguan jiwa tanpa bantuan ahli, hanya berbekal dari cerita-cerita yang dia dapat dari media sosial.

Baca juga: Belajar Ilmu Psikologi Untuk Diri Sendiri

Bahaya Self Diagnosis


Penyakit Kejiwaan Berbeda dengan penyakit biasa yang mudah dilihat gejalanya dari luar. Sedangkan kejiwaan banyak berhubungan dengan masalah psikis/jiwa yang notabene tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, meskipun terkadang ada gejala yang nampak.

Penyakit medis, jika salah diagnosa mungkin Dokter bisa mengeluarkan efek obatnya dengan obat lainnya atau bisa dengan metode detoksifikasi. Tapi, beda dengan masalah kejiwaan. Jika kamu salah diagnosa dirimu sendiri, berakibat fatal bagi hidupmu.

Mau saya kasih tahu bagian fatalnya?

Seorang Psikolog/Psikiater dalam memutuskan diagnosis terhadap kliennya itu membutuhkan waktu yang panjang, bukan pada pertemuan pertama karena mereka bukan cenayang. Bahkan, jika mereka menemukan 2-3 gejala sesuai dengan kondisi klien, mereka tidak akan segampang itu untuk menjatuhkan diagnosa.

Biasanya mereka akan melakukan serangkaian tes yang berbeda demi memperkuat apa yang mereka duga. Beberapa dari mereka juga ada yang meminta melakukan pemeriksaan silang dengan medis dikarenakan ada beberapa penyakit jiwa yang disebabkan masalah medis.

Kenapa mereka harus sedetail itu?

“Begitu diagnosa diketuk, berarti seorang Psikolog/Psikiater harus siap memberikan sebuah label yang harus dilekatkan pada klien.”

Labelling pada klien berarti akan melekat seumur hidup yang pada akhirnya akan mengubah hampir segala kehidupannya. Mulai dari perlakuan, cara berpikir, bahkan juga mengenai hubungan sosial dan terakhir stigma masyarakat. As you know, masih banyak stigma negatif di luaran sana terhadap orang yang memiliki gangguan psikologis.

Kebayang nggak, kalau mendiagnosa dirimu sendiri dengan suatu penyakit kejiwaan/psikologis tertentu hanya karena membaca tulisan di Internet yang ternyata beberapa cirinya cocok denganmu?

Buat yang memiliki tingkat kesehatan mental yang baik, pastinya dia akan mulai mencari tahu lebih detail atau bahkan mengunjungi layanan Psikiater/Psikolog atau bahkan hanya sekedar mawas diri.

Respon yang berbeda, jika kamu sedang memiliki tingkat kesehatan mental yang rendah. Apa yang kamu baca tadi akan terus terngiang-ngiang di benakmu, tanpa kamu sadari alam bawah sadar membenarkan apa yang dikatakan tulisan tadi. Parahnya, kamu dengan pasrah menerima kondisi itu yang membuat kondisimu semakin menurun. Kamu mulai merasa perlu dikasihani atau bahkan merasa paling menderita. Padahal kenyataannya itu hanya perasaanmu saja karena kamu memang belum pernah datang ke ahlinya.

Sama seperti contoh ilustrasi yang saya jelaskan di atas. Seorang Ibu yang merasa yakin anaknya terdiagnosis seperti yang dikatakan di Internet. Untung saja diagnosa tersebut kebetulan sesuatu yang positif, lah bagaimana seandainya itu negatif dan sang Ibu percaya anaknya begitu. Blam, pada akhirnya Ibu tersebut akan salah memberikan perlakuan pada anaknya, sehingga perkembangan yang tadinya normal menjadi malah terganggu akibat self diagnosis.

Seperti drama korea Beautiful Mind yang pernah saya tonton, tentang seorang Anak yang didiagnosa mengalami gangguan emosi setelah kesalahan operasi pada otaknya di masa kecil. Anak itu kemudian dididik oleh orang tua layaknya diagnosa tersebut. Si anak besar dengan perilaku emosi yang datar yang menurut orang lain aneh. Di akhir cerita, baru ketahuan bahwa ternyata diagnosa itu salah, area di otak yang tadi diyakini oleh bapaknya terluka, ternyata tidak.

Kamu bisa membayangkan seperti apa hidup anak itu?

Seorang Dosen pernah mengatakan ini pada kami di sebuah perkuliahan Matrikulasi untuk Pendidikan Profesi Psikologi. Kala itu dia membahas peran Psikolog dalam kehidupan orang lain.

“Kalau Kamu nanti Jadi Psikolog, Jangan Pernah Jadi Tuhan Untuk Kehidupan Orang lain.”

Kata beliau, sebagai seorang Psikolog kita harus hati-hati dalam memberikan diagnosa kepada orang lain. Jangan sampai hasil diagnosa tersebut membuat kehidupan orang lain rusak.

Because labelling


Baca juga: 5 hal yang bisa diajarkan kepada anak tentang mudik lebaran

Apa yang harus dilakukan?


Jika kamu merasa ada sesuatu yang aneh atau ada perilaku yang mulai menganggu kehidupan rutinitasmu, carilah bantuan ahli. Sekarang rasanya hampir semua rumah sakit menyediakan jasa Psikolog dan Psikiater yang siap membantumu. Selain di Rumah Sakit, Jasa Psikolog bisa kamu temui di beberapa Puskesmas.

Mungkin, kamu yang masih merasa malu atau takut bertemu Psikolog/Psikiater secara langsung, teknologi sudah canggih. Konsultasi bisa dilakukan secara daring/online.

Selama ini banyak orang yang merasa malu untuk datang ke Psikolog/Psikiater karena takut dianggap gila. Padahal, tidak seperti yang dibayangkan oleh orang-orang. Psikolog dan Psikiater membantu kita untuk mengurai benang-benang kusut yang terjadi selama hidup kita, supaya kita tumbuh menjadi pribadi lebih baik.


Jangan takut untuk konsultasi dengan Ahlinya.


Salam,
Meningkatkan Bonding Ibu dan Bayi Melalui Sentuhan Cinta

Meningkatkan Bonding Ibu dan Bayi Melalui Sentuhan Cinta


wanita sedang memijat bayi


Problema Ibu yang Baru Melahirkan


Sejatinya perkembangan bayi dimulai sejak dalam kandungan (pre natal) yang berkesinambungan sampai bayi itu lahir (post natal). Itulah kenapa beberapa orang tua mempersiapkan segalanya bahkan sebelum sang Ibu hamil yang biasanya dikenal sebagai program kehamilan.

Berada dalam periode kehamilan bukan hal mudah. Seorang Ibu harus berjuang dalam mempersiapkan gizi bayi dalam kandungan, hormon yang naik turun bikin mood berubah-ubah, belum lagi tekanan dari orang sekitar mengenai mitos-mitos kehamilan yang kadang membuat para Ibu menjadi lebih dilema.

Bayangan indah tentang memiliki seorang bayi yang lucu, imut dan menggemaskan terkadang tidak seindah cerita drama korea. Rasanya semua jungkir balik begitu bayi itu siap lahir ke dunia. Ada perasaan bahagia, cemas, takut bercampur menjadi satu.

Apakah aku siap menjadi orang tua?

Pertanyaan-pertanyaan itu kerap hadir di setiap pikiran orang tua baru. Tugas baru sebagai ‘Ayah’ dan ‘Ibu’ merupakan mandat langsung yang diberikan oleh Sang Pencipta itu merupakan sebuah tugas yang berat. Mau tidak mau harus dilakukan. Mereka harus mulai beradaptasi dengan semua itu dan bisa dibilang tidak mudah.

Bahkan, untuk menyentuh bayi mungil di hadapannya. Seakan ada rasa tidak percaya yang kerap meliputi benak mereka.

Perubahan waktu tidur yang mengikuti pola tidur bayi dan hormon sehabis melahirkan yang kacau adalah kombinasi yang luar biasa. Bisa dibilang pada fase ini beberapa Ibu biasanya mengalaminya yang namanya sindrom Baby Blues. Kelelahan membuat jarak tak kasat mata antara Ibu dan Anak.

Padahal pada awal-awal kelahiran bayi, selain ASI/Susu ada hal lain yang penting lainnya yang harus diperhatikan oleh orang tua yaitu membangun bonding/ikatan dengan si bayi.

Ikatan antara orang tua dan anak itu unik dan sangat berarti. Dalam ikatan tersebut baik orang tua dan anak akan membentuk sebuah kedekatan. Semacam menjalin hubungan timbal balik di mana orang tua memberikan perhatian lebih baik kepada bayi dan si bayi belajar untuk percaya kepada orang tua mereka.

Hal sepele namun memberikan dampak yang luar biasa.

Faktanya, anak-anak yang memiliki ikatan yang kuat dengan orang tuanya, akan tumbuh menjadi dewasa yang mandiri dan bahagia.

Baca juga: Kebiasaan kecil Orang Tua yang Berpengaruh pada anak

Meningkatkan Bonding Ibu dan Bayi Melalui Sentuhan Cinta


seorang wanita yang menggendong bayi


The miracle of touch

Membangun ikatan dengan bayi tidak semudah membalikkan mata terutama pada orang tua baru yang belum memiliki pengalaman. Meskipun sudah banyak yang mereka pelajari sebelum sang Bayi lahir ke dunia, namun kenyataan amatlah berbeda dengan realitas. Dibutuhkan waktu, tenaga dan pikiran.

Langkah pertama yang sederhana bisa orang tua lakukan dalam membentuk sebuah ikatan melalui sentuhan cinta. Sentuhan kecil penuh makna untuk meminimalisir ketakutan orang tua akan bayi mungil dihadapannya. Misalnya, menyentuh telunjuk tangan, inisiasi dini atau skin to skin.

Saking pentingnya sentuhan, beberapa RS bahkan menyediakan program Inisiasi dini, di mana sang bayi diletakkan di atas dada Ibu. Tujuannya supaya si bayi merasa lebih tenang setelah dikeluarkan dari rahim dan belajar beradaptasi dengan mengenal degup jantung dan aroma sang Ibu.

Semakin sering melakukan sentuhan dengan si bayi, tanpa sadar kita sudah membangun sebuah pondasi kecil tentang sebuah hubungan dengan si Bayi. Manfaat yang lain, sentuhan akan membantu menenangkan si bayi dan membantu Ibu melepas hormon setelah melahirkan yang kerap kali menimbulkan stress.

Tidak hanya baik untuk Ibu, Ayah juga bisa berperan serta untuk menjalin kedekatan erat dengan si bayi.

Baca Juga: Rokok harus mahal untuk peningkatan gizi anak indonesia

Pijat Bayi


Ada satu aktifitas menyenangkan yang bisa dilakukan oleh Ayah dan Ibu di rumah adalah pijat bayi.

Kenapa harus dilakukan oleh orang tua? Bukan diajak ke spa atau tukang pijat bayi

Pijatan pada bayi tidak hanya memberikan manfaat untuk si Bayi tapi menjadi salah satu cara membangun bonding antara Ayah, Ibu dan Si Bayi sendiri. Sehingga aktivitas yang satu ini tidak boleh dilupakan oleh para orang tua jika menginginkan sebuah hubungan yang hangat dengan si bayi. Yap, bayi belajar tentang kepercayaan pada orang tua kali pertama melalui sentuhan.

Jadi, jangan sia-siakan momen yang berharga ini.


Manfaat pijat bayi


cara memijat bayi


Memijat bayi merupakan sarana bagi orang tua untuk menunjukkan rasa cinta, kelekatan dan meningkatkan ikatan emosional dengan bayi. Perpaduan ritme dan sentuhan yang lembut akan meningkatkan produksi hormon oksitoksin pada Ibu dan bayi. Hormon oksitoksin menghasilkan perasaan hangat saat melakukan sentuhan dan menyusui anak.

Ritual pijat bayi ini bisa dilakukan oleh Ibu dan Ayah ketika menjelang mandi atau menjelang tidur dengan durasi hanya 15 menit.

Perlu diperhatikan bagi orang tua adalah pijatlah bayi ketika dia siap alias sedang dalam mood yang baik, tidak sedang sakit, dan sehabis makan. Jangan paksa bayi saat dia merasa tidak nyaman ketika dipijat.

Manfaat utama yang didapatkan dari pijat bayi, yaitu:
  1. Menstimulasi perkembangan syaraf bayi
  2. Membantu Bayi tidur lebih lama dan nyenyak
  3. Membangun ikatan kuat dengan bayi
  4. Membantu dalam pembentukan tulang
  5. Membantu mengurangi nyeri kolik
  6. Menyembuhkan konstipasi
  7. Meningkatkan kualitas kesehatan dan kesejahteraan bayi

Ritual terakhir yang bisa dilakukan setelah melakukan pemijatan pada bayi adalah memeluknya di dada (skin to skin) sembari membiarkan dia mendengar irama degup jantung kita.

Kampanye Sentuhan Cinta Oleh Johnson’s


kampanye sentuhan cinta johnsons


Permasalahan yang ada, tidak semua orang tua memahami akan pentingnya sentuhan cinta pada bayi di periode awal kelahiran.

Hal ini membuat Johnson’s, salah satu perusahaan produk bayi terkemuka yang menitikberatkan terhadap perkembangan anak secara menyeluruh, kembali menguatkan komitmennya dalam meningkat kualitas hidup bayi melalui program sentuhan cinta.


dinding berisi bentuk dukungan

Melalui program ini, Johnson’s mendorong para Ibu di Indonesia untuk terus mendukung pentingnya sentuhan cinta bagi kesehatan dan perkembangan bayi, khususnya selama periode emas.

Dalam acara ini, para Ibu akan diajarkan langsung oleh praktisi di bidang kesehatan anak yang akan membagikan ilmunya mengenai manfaat pijat bayi dan praktik langsung bagaimana cara memijat dengan benar.


produk johnsons


Selain itu, dalam kampanye tersebut Johnson's mengajak para Ibu untuk ikut berpartisipasi dalam program sentuhan cinta dengan cara berdonasi guna turut membantu pembangunan sarana kesehatan Ibu dan anak (Posyandu) di Randusongo, Gresik, Jawa Timur.

Tidak hanya itu, Johnson’s juga melakukan roadshow edukasi pelatihan pijat bayi ke 15 kota di Indonesia. Salah satunya, Surabaya.



Belajar Ilmu Psikologi, Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain

Belajar Ilmu Psikologi, Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain











Seumur hidup mana pernah saya membayangkan memilih belajar Psikologi atau setidaknya punya mimpi sebagai Psikolog?

Sama seperti anak-anak lainnya, saya juga punya mimpi pengin jadi Dokter. Namun, saking seringnya masuk rumah sakit, impian saya untuk jadi Dokter menguap. Entah kenapa pekerjaan menjadi Dokter sudah tidak lagi menarik di mata saya. Mami harus mengubur dalam-dalam mimpinya yang ingin mempunyai anak seorang Dokter karena kedua Kakak saya pun tidak menginginkannya.

Kelar dengan impian menjadi Dokter, saya pernah punya mimpi menjadi seorang content writer. Semua ini berawal dari sebuah artikel di majalah tentang pekerjaan-pekerjaan yang menarik, di antaranya adalah penulis konten. Dalam bayangan saya pekerjaan tersebut keren. Kelihatan ya kalau dari dulu saya lebih tertarik sama pekerjaan yang kata orang absurd itu.

Lulus SMA, saya kembali dihadapkan dengan banyak pilihan. Saya sendiri ingin jurusan yang berbau bahasa seperti Sastra Inggris atau Sastra Indonesia. Pilihan lainnya adalah Ilmu Komunikasi atau Hubungan Internasional. Saat SMA itu saya agak obsesi sama yang namanya bahasa Inggris. Intinya mah, saya ingin bahasa Inggris saya berkembang lebih pesat.

Lalu, ortu menyarankan saya untuk mengambil jurusan Psikologi. Alasannya sederhana karena Kakak Pertama saya juga tengah mengambil kuliah Jurusan Psikologi. Harapannya sih supaya kalau ada kesulitan, bisa tanya sama Kakak. Hahah, jangan pada ketawa ya sama alasan ini.

Belajar Ilmu Psikologi


Ternyata nggak hanya saya yang masuk Fakultas Psikologi dengan alasan sepele. Ada salah satu teman saya yang menyangka bahwa Fakultas Psikologi itu sama kayak Fakultas Kedokteran. Dia sendiri emang pengin jadi Dokternya. Ternyata berbeda sekali sama Ilmu Kedokteran. Memang sih, ada beberapa mata kuliah yang berhubungan dengan Ilmu Kedokteran yang sempat kami pelajari seperti Ilmu Faal alias tentang tubuh manusia.

Dulu, dalam benak saya Ilmu Psikologi itu adalah ilmu Sosial. Nggak bakal ada yang namanya pelajaran Matematika alias berhitung. Kenyataannya, hampir 70% mata pelajaran dari Psikologi itu isinya berhitung mulai dari Statistik dasar, Metode Penelitian, Pembuatan Alat Ukur sampai analisa alat ukur membutuhkan ilmu berhitung. Ya, Allah saya sempat mabok lihat hitungan dan pengin ketawa kalau ingat hal itu. 

Ada satu mata kuliah Statistik dasar yang harus saya ulang sampai dua kali gara-gara nilainya jelek. Sampai harus kuliah bareng adek kelas yang 2 tahun lebih muda dari saya. Sumpah kalau kuliah agak malu-malu dan memilih duduk di belakang. Alasannya nggak mau ketahuan kalau lagi mengulang. Hahaha.

Memilih penjurusan sama galau dengan memilih jodoh. Bingung euy harus memilih peminatan yang mana karena semuanya menarik untuk dipelajari. Tapi ada satu peminatan yang memang menarik perhatian saya sejak awal yaitu Psikologi Perkembangan. Pada akhirnya saya memilih mata kuliah Psikologi Perkembangan sebagai yang utama sisanya saya mengambil beberapa mata kuliah Psikologi Klinis. Sampai ada seorang dosen yang bertanya sebenarnya saya mengambil peminatan apa? Kok saya sering muncul di kelasnya anak-anak Psikologi Klinis. Saya juga suka dengan hal-hal yang berhubungan dengan klinis, menarik untuk dipelajari. Saya belajar memahami sisi tergelap dari setiap manusia.

Percayalah, banyak orang yang salah kaprah tentang lulusan Psikologi. Saya dulu enggan membicarakan bahwa diri adalah sarjana Psikologi. Pasalnya, beberapa orang yang tahu bahwa saya memiliki latar belakang pendidikan Psikologi pasti berpikir bahwa kami bisa membaca pikiran mereka. Ada juga beberapa orang yang takut dekat-dekat dengan kami, alasannya sama. Takut dibaca pikirannya.

I’m Pychologist not a fortune teller. Woi, saya cuman manusia biasa bukan cenayang yang bisa baca pikiran apalagi menebak masa depan. Membaca pikiran sendiri aja sering salah apalagi pikiran orang. Enak dong ya, bisa tahu apa kehendak orang. Mungkin alasannya mereka takut, yah beberapa dari kami memang peka ketika melihat orang lain. Tapi bukan berarti kami bisa menebak isi pikiran kalian. Serius, nggak ada mata kuliah Psikologi yang mengajarkan tentang menebak isi pikiran orang lain. Saya hanya diajari bahwa gestur dan postur seseorang bisa mengindikasikan perilaku tertentu. Itu pun nggak langsung jago, kepekaan tiap orang beda. Ilmu Psikologi mengajarkan bagaimana memahami perilaku manusia. Jadi, stop tanya yang aneh-aneh pada saya.

Belajar Psikologi Untuk Diri Sendiri dan Orang Lain


Saya kasih tahu ya. Orang yang masuk Fakultas Psikologi itu rata-rata memiliki masalah. We are’nt perfect person. Bahkan, saat jaman kuliah, saya sering meminta bantuan sesama teman untuk mata kuliah tertentu. Saya sendiri pernah jadi subjek penelitian sendiri. Dan, itu hal biasa sih. Saling mencari kekurangan masing-masing. hahaha.

Ada seorang kakak kelas yang tiap kali ketemu orang pasti nggak mau memandang matanya langsung, selalu menundukkan kepala. Kesusahan berkomunikasi dengan teman atau dosen. Tapi, di akhir perkuliahan dia bertumbuh menjadi pribadi yang berbeda. Dia naik ke podium dengan langkah tegap, dan percaya diri. Saya nggak tahu sekarang dia kerja di mana, tapi saya melihat perubahan drastis dari dirinya. Setidaknya ilmu yang dia pelajari berguna untuk menolong dirinya sendiri

Seperti saya. Walaupun pada akhirnya saya nggak menjadi Psikolog. Setidaknya ilmu yang saya miliki banyak membantu diri sendiri. Setidaknya saya tahu apa yang tepat saya lakukan ketika stress datang atau setidaknya saya bisa memberikan pendapat terhadap orang yang membutuhkan.

Dan, saya tidak menyesalinya.

Salam,
5 Hal yang Bisa Diajarkan Kepada Anak Tentang Mudik Lebaran

5 Hal yang Bisa Diajarkan Kepada Anak Tentang Mudik Lebaran










5 Hal yang Bisa Diajarkan Kepada Anak Dari Kegiatan Mudik Lebaran

Holla,

Eh, bagaimana ni kabarnya setelah lebaran? Sudah pada kembali ke rumah (berkutat dengan cucian segunung) atau masih memperpanjang waktu libur demi berkumpul dengan keluarga?

Sebagai pekerja lepas, jadwal liburan saya sih tidak berbatas hanya saja keluarga yang lain adalah Abdi Negara. Alasan inilah yang membuat kami harus kembali ke Surabaya H+4 lebaran walaupun liburan untuk PNS berakhir tanggal 20 Juni. Setidaknya, beberapa anggota keluarga masih punya kesempatan untuk membereskan rumah dan jalan-jalan ke tempat lain. Satu lagi, kami ingin menghindari puncak arus balik. Kemarin saja saat kembali pulang ke Surabaya terjebak macet yang lumayan lama. Kebayang gimana macetnya kalau balik pas puncak lebaran. 

Dari berapa kali mudik lebaran, kayaknya lebaran tahun ini amat berkesan. Kami pulang dengan formasi lengkap. Biasanya, Kakak Perempuan saya berlebaran ke Bandung ikut suaminya. Untuk tahun ini, dia memilih berlebaran ke Pamekasan selain itu ada adik iparnya yang ingin merasakan suasana lebaran di kampung orang. Hadirnya Adik Ipar dari Kakak perempuan, membuat kami merencanakan jalan-jalan yang jarang bisa kami lakukan saat lebaran. Puas, saya bisa menjelajah tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi.

Kami pulang saat H+1 alias hari kedua lebaran. Berangkat pagi supaya tidak terjebak macet saat perjalanan menuju ke Pamekasan. Dulu, ketika Nenek masih ada, kami biasa pulang kampung H-2 sebelum Lebaran karena Nenek suka keluarga besarnya berkumpul. Sekarang, kami pulang lebaran hari ke dua karena tidak ada Nenek yang harus dikunjungi kecuali acara keluarga besar Papi.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, lebaran tahun ini ketiga keponakan saya ikut serta. Dari awal mereka sudah antusias dengan kata mudik. Bisa tidur di hotel menjadi salah satu alasan kebahagiaan mereka. Yah, namanya saja anak-anak. Bahagianya recehan yaitu bisa menikmati dinginnya kamar hotel (padahal di kamar sendiri juga ada AC tapi tetap senangnya tiada tara) dan kadang kami keluar untuk sekadar menyenangkan ketiga bocah ke pantai. Pokoknya kalau dengar kata ‘Mudik’ mereka bertiga udah kegirangan.

Mudik lebaran yang rasanya udah jadi tradisi di Indonesia ini memberikan banyak pengalaman buat para keponakan saya. Mereka belajar dan mendapatkan banyak informasi yang mungkin baru didengar. Dulu, saat masih kanak-kanak, saya menyukai momen mudik lebaran. Mudik itu buat saya bukan berarti hanya pulang ke kampung halaman tapi juga bisa bertemu dengan sanak saudara sembari merekatkan kembali ikatan silaturahmi dengan keluarga.


Kesabaran

Perjalanan mudik ke kampung halaman adakalanya tidak semulus jalan tol yang bebas hambatan. Perjalanan mudik ke Pamekasan melewati beberapa titik area yang rawan macet. Kemacetan seringkali membuat mood anak turun drastis akibat rewel dan membuat orangtua stress. Sebisa mungkin sebelum acara mudik dimulai, anak diberi gambaran akan seperti apa perjalanan mereka nanti dan siapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk melepas kebosanan mereka saat terjebak macet. 

Kesabaran orangtua juga harus dijaga jangan sampai karena macet dan anak rewel akhirnya melanggar lalu lintas atau melakukan kegiatan yang membahayakan keluarga.

Kebersamaan

Saat lebaran biasanya kita berkumpul dengan keluarga besar, di mana akan banyak orang sehingga anak terkadang merasa bosan dan enggan untuk keluar dari kamar. Sebagai orang tua, kita harus memberikan penjelasan bahwa lebaran adalah saatnya berkumpul dengan keluarga. Orangtua harus memberikan contoh salah satunya menyimpan ponsel saat ada acara keluarga, dengan begitu anak belajar akan pentingnya kebersamaan bersama keluarga.

Mengenal Silsilah Keluarga

Ayo ngaku, siapa yang suka bingung saat ketemu sanak keluarga karena saking banyaknya anggota keluarga besar?

Saya salah satunya.

Mudik lebaran bisa menjadi momentum yang tepat bagi kita dan anak-anak untuk lebih mengenal anggota keluarga yang baru atau mungkin kita lupa. Hal ini akan membuat anak lebih mengenal siapa saja sanak famili dan mereka juga jadi tahu tentang konsep silsilah keluarga.

 

Semangat Berbagi

Lebaran identik dengan THR alias angpau. Biasanya anak-anak (saya yang udah besar begini aja masih pengin dikasih) suka banget dikasih angpau oleh sanak saudara. Sebisa mungkin anak tidak diajarkan untuk meminta tapi tanamkan dalam diri mereka saat nanti mereka sudah dewasa dan memiliki penghasilan berlebih, jangan lupa juga untuk berbagi bersama sanak saudara yang lainnya.


Mengenal Kebudayaan Lokal


Selain berkumpul dengan keluarga, mudik lebaran bisa dimanfaatkan untuk lebih mengenal daerah lokal yang kita datangi. Bisa melalui makanan khas, adat-istiadat, lokasi wisata dan kebiasaan. Ajak serta anak-anak untuk mengeksplorasi biar nanti mereka punya pengalaman yang bisa mereka ceritakan kepada teman-temannya. 


Jangan khawatir saat membawa anak mudik lebaran. Emang agak ribet karena harus mempersiapkan banyak hal tapi banyak pengalaman berharga yang bisa diajarkan kepada anak lewat kegiatan mudik lebaran ini.
8 Hadiah yang Bisa Diberikan Kepada Pasangan Di Hari Spesial

8 Hadiah yang Bisa Diberikan Kepada Pasangan Di Hari Spesial



Enaknya kasih kado apa ya buat suami/istri yang lagi ultah ya?”

Beberapa kali saya mendapatkan pertanyaan seperti entah ditanyakan langsung atau melalui WAG. Beberapa orang yang terbiasa memberikan hadiah buat pasangannya mungkin tidak akan bingung lagi tapi beda urusan jika orang tersebut termasuk jarang memberikan hadiah ke pada pasangannya. Dijamin akan mumet dan ujung-ujungnya sih cuman ngasih ucapan selamat aja. 

Salah? Nggak sih.

Nah. Saking seringnya saya mendapatkan pertanyaan semacam ini. Saya kepikiran untuk mempostingnya di blog. Biar kalian di luar sana bisa membaca dan jadi cinta sama blog saya ini (modus banget ya).

Berkunjung Ke Pemadam Kebakaran, Mengenalkan Anak Terhadap Bahaya Api Sejak Dini

Berkunjung Ke Pemadam Kebakaran, Mengenalkan Anak Terhadap Bahaya Api Sejak Dini

petugas pemadam kebakaran



Saat menulis postingan tentang kebakaran ini, saya teringat dengan kenangan satu tahun silam ketika mengajar di Taman Kanak-Kanak. Sebuah ingatan yang tidak akan pernah saya lupakan.

Sebagai seorang Guru Taman Kanak-Kanak, kami harus mencari cara bagaimana menyampaikan sebuah informasi kepada anak-anak usia dini dengan tidak menggurui. Salah satunya adalah dengan praktikum. Tahu sendiri, kan, bahwa perkembangan kognisi anak usia dini itu membutuhkan sesuatu yang bersifat langsung bukan melalui teori yang muluk-muluk. Karakteristik inilah yang menuntut kami sebagai seorang Guru untuk selalu kreatif supaya bisa menyampaikan banyak informasi kepada anak-anak.

Nah, beberapa tahun belakangan ini kasus kebakaran kembali merebak. Lihat saja siaran berita di televisi atau tulisan di koran yang menayangkan tentang kasus kebakaran. Kadang salah satu penyebabnya adalah sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan. Terlihat sepele tapi ternyata membuat orang lain kesusahan.
Mengapa Orang Tua Harus Mengerti Dengan Gaya Belajar Anak?

Mengapa Orang Tua Harus Mengerti Dengan Gaya Belajar Anak?




Holla,

Udah lama ya saya nggak nulis yang berhubungan dengan anak. Kebetulan kok pas saya lagi kangen sama murid-murid di sekolah. Mungkin saja tulisan ini bisa mengobati kerinduan saya akan murid-murid. FYI, bahwa sebelum menjadi full time blogger, saya adalah salah seorang Guru Taman Kanak-Kanak di Surabaya.


Saat masih mengajar dahulu saya sering banget mendapat curhatan/keluhan orang tua yang kebingungan gimana ngajarin anak.  Ada berbagai permasalahan yang masuk di antara kesulitan bikin anak konsentrasi, kesulitan ngajarin anak membaca, dll.

Sebagai seorang guru tentu saya memberikan saran dan beberapa cara supaya bisa diterapkan di rumah. Ada yang sukses dan ada yang balik beberapa kali karena merasa anaknya tidak mengalami perubahan.

Ada sebuah cerita menarik. Ada seorang Ibu yang beberapa kali datang menemui saya. Katanya anaknya tidak mengalami kemajuan tentang huruf. Padahal beberapa kali saya sudah memberinya metode yang bisa diterapkan di rumah. Selidik punya selidik ternyata dia gak pernah nerapin apa yang saya minta. Dueng. Oalah yo.
Anak Belajar Banyak Bahasa, Kenapa Tidak?

Anak Belajar Banyak Bahasa, Kenapa Tidak?



Anak Belajar Banyak Bahasa, Kenapa Tidak? 


Saya beruntung berada di dalam lingkungan keluarga yang mendukung dalam banyak hal. Mami dan Papi selalu berusaha supaya ketiga anaknya tidak merasa ketinggalan seperti anak lainnya. Emang terlihat seperti orangtua yang egois di mana memaksa anak-anaknya mengikuti ini itu. Belakangan, saya menyadari bahwa mereka ingin anak-anaknya berkembang, termasuk soal bahasa.

Bicara soal bahasa, di rumah kami ada sebuah peraturan khusus. Di mana kami harus menggunakan menggunakan Bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Kalau di luar rumah mah urusanmu. Menurut Mami, peraturan itu dibuat supaya kita lebih menghargai bahasa daerah. Sampai sekarang saat pulang ke kampung halaman, kami selalu berusaha berkomunikasi menggunakan bahasa Madura.

Masih soal bahasa. Di era saya masih mengenakan seragam merah putih, Bahasa Inggris itu adalah bahasa dewa. Melihat orang-orang yang bisa berbahasa Inggris sering membuat saya terpana. Maklum, di Madura sendiri saat itu belum ada pelajaran Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar. Kalau tidak salah saat itu hanya berlaku di Surabaya.