Tanggal 06 April saya yang kebetulan dapat jadwal yang sama dengan Ibu, Bapak dan Kakak Ipar. Kami berangkat menuju RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan, Sidoarjo jam 08.00 pagi. Pelaksanaan vaksin ini diprakarsai oleh RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan, bersama tokoh masyarakat Aisyiyah.
Kami tiba di rumah sakit jam 9 pagi. Pelaksanaan vaksin dilaksanakan di lantai 2. Hal ini cukup memberatkan Mami, apalagi kondisi kaki beliau yang OA membuatnya sedikit kepayahan saat naik tangga.
Sampai di lantai 2, kami melakukan registrasi lalu diminta menunggu di luar untuk mencegah kerumunan di dalam. Saat melakukan registrasi, kami diminta untuk mengumpulkan foto copy KTP 2 lembar sebagai administrasi.
10 menit berikutnya nama saya dipanggil. Ada 2 meja yang berfungsi sebagai screening alias penyaringan awal, apakah layak untuk divaksin atau tidak. Dalam penyaringan ini, ada baiknya kita menjawab dengan jujur semua pertanyaan supaya tidak terjadi efek negatif kemudian hari.
Di meja pertama, saya ditanya tentang data pribadi. Mulai dari nama lengkap, nomor ponsel aktif (untuk menerima sms dari peduli, jadi jangan sampai salah ya). Selanjutnya bergeser ke meja 2. Di sini saya diukur tekanan darah, lalu ditanya seputar latar belakang penyakit yang mungkin saya derita.
Tekanan darah saya saat itu bisa dibilang lumayan tinggi yaitu 160/80, ini kayaknya gara-gara naik tangga dan rasa cemas menjelang vaksin. Saat saya menjelaskan semua penyakit yang saya derita, Dokter yang memeriksa sedikit kebingungan. Namun, saya kemudian memberitahu bahwa Dokter Jantung memberikan Izin untuk divaksin. Akhirnya, saya disetujui untuk mendapatkan vaksin dosis pertama.
Dengan sedikit rasa cemas, saya menuju ruang penyuntikan. Seorang Dokter wanita dengan menggunakan APD lengkap sudah menunggu. Suntikan pertama diberikan, lengan saya terasa nyeri selesai disuntik.
Sehabis disuntik, saya disuruh menunggu selama 30 menit untuk mengevaluasi apakah terjadi reaksi yang tidak nyaman. Beberapa menit sehabis disuntik, saya merasakan gatal di beberapa area tubuh. Dimulai dari tangan, kaki dan punggung. Tidak hanya itu, disertai nyeri pada area yang disuntik. Oh no, ini terlalu dini untuk mendapat reaksi.
Fyuh, untungnya rasa gatal tersebut hanya berlangsung beberapa menit lalu menghilang, tapi rasa nyeri pada pundak tetap berlangsung. Saya sempat tanya sama petugas, katanya itu merupakan reaksi wajar. Beberapa orang mengalaminya. Oh. Oke.

Selama pelaksanaan Vaksin, semuanya berlangsung tertib. Kursi-kursi untuk menunggu antrian diatur sesuai protokol kesehatan. Pulang vaksin, kami dapat sekotak nasi. Alhamdulillah.
KIPI Vaksinasi Astrazeneca Dosis 1
Sore hari, saya merasa badan nyeri semua dimulai dari pergelangan kaki hingga sekujur tubuh ditambah saat itu saya sedang datang bulan. Alhasil nyerinya dobel-dobel dong. Sedikit merasa suhu badan meningkat dan tentu saja nyeri pada lokasi suntikan yang tak kunjung kelar. Merasa tidak tahan, saya pun minum Demacolin dan tidur.
Keesokan harinya, saya merasa malas bangun. Masih tersisa rasa pegal di sekujur tubuh, akhirnya cuman malas-malasan di atas kasur setelah kembali minum Demacolin. Oh, iya rasa lemas ini berlangsung hingga hari ketiga, tapi badan sudah terasa lebih segar.
Buat saya efek vaksin Astrazeneca dosis I yang paling menyiksa adalah nyeri pada area suntikan. Tersentuh sedikit saja rasanya pengin nangis, belum lagi drama pas buka baju. Nah, di malam hari lebih tersiksa karena nggak bisa miring ke kiri. Nyeri ini berlangsung sampai 5 harian.
Kunci melewati efek samping vaksin ini adalah istirahat dan memperbaiki asupan makan. Jika demam, bisa konsumsi paracetamol.
KIPI Vaksinasi Astrazeneca Dosis 2
Berbeda dengan vaksin Sinovac yang hanya membutuhkan jarak waktu 21 hari dari pemberian dosis 1. Astrazeneca membutuhkan waktu yang lama sekitar 90 hari untuk pemberian dosis 2.
Tanggal 16 Juni 2021, akhirnya saya vaksinasi dosis 2. Masih pada tempat yang sama yaitu RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan. Prosesnya hampir sama dengan pemberian dosis 1. Ada 2x screening sebelum pelaksanaan vaksin.
Di meja pertama, saya diukur tekanan darah kemudian ditanya mengenai reaksi yang saya dapat pasca vaksin dosis 1, lalu diarahkan ke meja dua untuk pengecekan data. Setelahnya, saya langsung menuju ruang vaksin. Sempat cemas karena takut rasanya akan sesakit saat dosis 1. Eh, ternyata nggak. Bahkan saya tidak lagi mengalami nyeri di area suntik.
Setelah menunggu sekitar 10 menit, saya mendapatkan lembaran vaksin lengkap dan tentunya kue. Selama perjalanan pulang, anehnya saya pengin makan sesuatu yang pedas. Astaga, kenapa begini coba.
Reaksi Vaksin Astrazeneca dosis 2 ini menurut saya lebih kalem. Tidak menunjukkan tanda-tanda saya lemas. Malah, nafsu makan meningkat pesat. Dalam sehari, entah berapa banyak saya menghabiskan makanan. Rasanya mulut pengin ngunyah aja. Suhu tubuh stabil tidak ada peningkatan. Lega. Saya pikir akan sama lemasnya dengan dosis pertama.
Oh iya saya lupa di hari keberapa, ketika malam menjelang tidur. Saya merasakan leher gatal. Semakin digaruk semakin gatal, akhirnya ditaburi bedak salicyl baru tenang. Entah ini reaksi dari vaksin atau bukan.
Nah, itu dia pengalaman saya mendapatkan Vaksin Covid-19 Astrazeneca semoga memberikan manfaat. Terima kasih juga buat RS Aisyiyah Siti Fatimah Tulangan, saya dan keluarga bisa melakukan program vaksin dengan nyaman.
Kalian sudah divaksin juga?