Tips Investasi Ala Orang Tua



investasi, tips investasi


Tips Investasi Ala Orang Tua



Mempunyai anak dengan kelainan Jantung Bawaan membuat orang tua saya harus mulai berpikir tentang bagaimana kelanjutan hidup anaknya kelak. Mereka sadar bahwa saya membutuhkan dana besar tiap delapan tahun untuk mengganti pacu jantung yang melekat di tubuh dan tentunya biaya tidak murah. Bahkan, biaya ganti pacu jantung itu mengikuti pergerakan dolar, kebayang betapa mahalnya jika nilai tukar dolar mengalami kenaikan.

Dua bulan lalu, saya baru menjalani operasi ganti pacemaker yang menghabiskan biaya sekitar 100 juta. Bukan jumlah uang yang sedikit terlebih lagi di era pandemi di mana katanya negara kita bakal terancam resesi.

Lalu, saya membayangkan bagaimana seandainya ortu tidak memiliki banyak uang untuk membayar operasi?

Mungkin hanya bisa pasrah sama penentu takdir.

Saya bukan keturunan bangsawan di mana punya pohon uang di belakang rumah. Mami adalah seorang Guru Aktif yang sebentar lagi Pensiun, sedangkan Papi merupakan Pensiunan POLRI,

Terus bagaimana cara orang tua saya mengelola uang sehingga memiliki investasi yang nantinya untuk membiayai kebutuhan operasi saya setiap 8 tahun.

Baca juga:

5 Ide Bisnis Kreatif Dilakukan Di Rumah

i'm Thankfull For Being Me 

Memilih Jadi Entepreneur 

Point Of View 

My Life As Blogger 

 

Daftar BPJS/Askes



Memiliki Asuransi Kesehatan seperti BPJS/Askes bisa dibilang amat sangat membantu. Kedua orang tua saya yang merupakan PNS tentu otomatis tergabung dalam ASKES yang biayanya dipotong dari gaji.

Operasi Jantung pertama saya kali itu dibiayai ASKES (meski tidak banyak) namun amat sangat membantu kala itu. Terlebih lagi, waktu itu saya dibilang cukup lama di RS yang tentunya membuat biaya pengobatan membengkak. Tidak hanya operasi jantung, saya juga harus melakukan operasi amandel, pemeliharaan gigi yang tentunya butuh biaya besar.

Sekarang, saya juga tergabung dengan BPJS. Meski operasi terakhir tidak bisa dicover oleh BPJS setidaknya saya masih bisa menggunakannya tiap bulan untuk berobat ke Dokter Penyakit Dalam dan Kebutuhan Obat tiap bulan yang harganya lumayan.


Membedakan Tabungan Pendidikan dan Kebutuhan Sehari-hari



Mami pernah bilang bahwa dia memiliki beberapa tabungan yang memang dialokasikan untuk Dana Pendidikan, Dana Darurat dan Kebutuhan sehari-hari. Uang gaji yang diterima Mami dan Papi tiap bulannya akan dipecah ke beberapa untuk dimasukkan ke dalam tabungan yang telah disiapkan. Jika Papi ada rejeki lebih, otomatis Mami akan memasukkannya ke dalam Tabungan Pendidikan sebab dibutuhkan banyak biaya untuk tiga orang anak.

Sama halnya dengan Mami, saya sendiri sekarang memiliki dua tabungan. Di mana tabungan utama tentu nilainya lebih banyak karena memang digunakan sebagai dana darurat, di mana jika saya membutuhkan sesuatu tidak lagi meminta pada ortu. Tabungan kedua, merupakan tabungan Jajan/Kebutuhan sehari-hari yang bisa saya pergunakan untuk membeli kebutuhan, misal skincare, ngemall, dll. Namun, tetap ada batasan yang akan saya gunakan dan tentunya tidak boleh sampai kosong.

Seperti pesan Mami, "jika punya uang banyak jangan langsung dihabiskan tapi sisakan beberapa untuk ditabung sehingga punya dana darurat."


Membeli Barang Secara Cash Supaya Tidak Terlilit Utang



Ortu pernah bilang bahwa kalau bisa membeli barang itu harus dengan uang cash, jangan sampai hutang/kredit karena tidak pernah tahu umur habis kapan. Jangan sampai menyisakan tanggungan untuk orang yang bersama kita.

Rasanya ortu hanya sekali membeli rumah pakai KPR, itu pun segera dilunasi karena nggak mau berlama-lama menyimpan hutang.

Terus bagaimana kalau pengin sesuatu tapi uang belum terkumpul?

Bersabar sampai uangnya terkumpul atau beli bekas (memang kualitasnya tidak sebagus yang baru, seperti kendaraan bermotor yang kami beli. Rata-rata ortu membelinya bekas.


Membeli Properti Rumah/Tanah


Untuk urusan membeli properti, Papi ahlinya. Beliaulah yang rajin menyimpan uang lalu jika terkumpul banyak untuk dibelikan properti yang kelak bisa dijual ketika saya membutuhkan biaya untuk operasi.

Kelebihan properti harga jualnya cenderung stabil/meningkat tergantung lokasi di mana tanah itu berada. Kekurangannya, tidak mudah untuk dijual karena membutuhkan waktu dan tenaga supaya lekas laku.


Membeli Perhiasan


Mami pernah bilang, sebaik-baiknya investasi itu adalah Emas. Mami jika punya uang lebih biasanya akan dibelikan emas perhiasan seperti kalung, cincin atau gelang. Harga jualnya juga relatif stabil dan mudah. Sehingga jika ada kebutuhan mendadak bisa langsung dijual tidak seperti properti.

Nah, untuk Emas ini saya hanya punya beberapa itu juga pemberian kakak dan Mami. ya semoga punya rejeki lagi untuk bisa menambah jumlah emas, terlebih lagi belakangan ini harga Emas dan Logam Mulia beranjak naik.


Nah, itulah tips investasi ala orang tua saya, semoga bisa ambil manfaatnya dan jangan lupa berdoa karena Allah sebaik-baiknya perencana.


Selamat menikmati hari,

8 comments

  1. Sama dengan orang tuaku, investasinya tanah dan emas.Semoga aku bisa mengikuti jejaknya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kayaknya rata-rata orang tua jaman dulu, investasinya model begini

      Delete
  2. betul "Jangan lupa berdoa karena Allah sebaik-baiknya perencana." setuju banget mbak. Semoga kita semua diparingi sehat rezeki barokah ya mbak Tika.

    Dan orang tua-orang tua dulu ini aku salut, kadang seperti mustahil tapi mereka bisa membesarkan kita sampai di titik ini. Allahu Akbar

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin, semoga orang tua kita sehat selalu

      Delete
  3. Saya setuju mbak tentang kebiasaan menghindari utang. Lebih baik ngumpulin uang dari pada bayar utang.

    Takjub juga dengan apa yang dilakukan orang tua sampean mbak. Baca biaya operasi sampean yang begitu besar aja kaget. Sabar ya Bapak Ibu sampean mbak

    Seperti yang dilakukan orang tua, aku pelan-pelan mengikuti investasi ala mereka. Beli emas, nabung, sampe memiliki properti. Wes mbuh opo jare pokoknya kita berusaha menjalani hidup ya mbak

    ReplyDelete
  4. Sebisa mungkin tidak berhutang. Setuju pakai banget ini, mbak. Krn hutang ini yang menghambat pertumbuhan investasi kita juga sih

    ReplyDelete
  5. Masuk akal banget Mbak Tik, jujur saya dan paksu paling kacau finnsialnya, sama-sama parah financial plannya.
    jadinya ya kacauuuu...

    tapi meski demikian nggak putus asa sih, setidaknya kami mengalokasikan ke pendidikan anak, karena anak itu tanggung jawab sampai akhirat buat orang tua, investasi akhirat juga insha Allah.

    Kalau perhiasan nih, saya kurang suka atau nggak terbiasa pakai perhiasan, jadinya nggak ada semangat buat bebelian perhiasan, even mau disimpan gitu, jadinya malah kepikiran.

    Saya sebenarnya lebih tertarik investasi tanah, paling aman, tinggal bayar pajaknya doang, jangan dibangun dulu.
    Nggak mungkin bakal ada yang nyuri, asalkan kita urus surat-suratnya dengan sebaik-baiknya.

    Kalau properti juga kadang butuh maintenance lebih, kecuali yang memang punya waktu lebih buat dipakai urus investasi properti :D

    ReplyDelete
  6. Semoga dimudahkan segalanya yaa mbaaa :). Beruntung orangtuamu sangat sadar pentingnya memanage keuangan dari dini. Salut.

    Aku mulai berinvestasi sjk baru nikah, sebelumnya boro2, terlalu banyak jajan :D.

    Tp sjk nikah , lgs sadar Ama keuangan. Aku dari dulu rutin beli Logam Mulia sejak harganya msh 400rb an. Dan skr bersyukur banget nilainya naik jauh :). Tp aku ttp rutin beli, krn ini utk bekalku dan suami kalo udh pensiun nanti. Ga pengen ngerepotin anak2.

    Selain LM, aku jg investasi di Reksadana dan beberapa platform investasi kayak P2P lending. Biar gimana, jgn taro semua dana dalam 1 wadah :).

    ReplyDelete


EmoticonEmoticon