Koleksi Buku

Koleksi Buku

Koleksi buku

Kegemaran saya membaca buku dimulai sejak usia 5 tahun. Mama-lah yang berperan besar dalam kegilaan saya membaca.

Mama yang mengenalkan kepada saya tentang dunia imajinasi dalam sebuah buku. Beliau setiap pulang bekerja akan membacakan buku cerita kepada kami.
Kotakwarna ganti warna

Kotakwarna ganti warna

Setelah berhari-hari dilanda kebimbangan setelah tema blog mendadak kacau. Gambar pada lima terbesar menjadi lebih besar ukurannya.

Berhubung saya nggak paham dengan urusan beginian. Tentu saja saya laporan sama sahabat saya si Wulan Kenanga. Tahu apa respon dia saat itu: "udah saatnya ganti template."
Kartu Nama. Penting nggak sih?

Kartu Nama. Penting nggak sih?



Jujur, saya bukan orang yang percaya diri. Bahkan, saat memutuskan untuk menulis blog. Saya tidak ingin diketahui banyak orang.

Mungkin, pengalaman diremehkan banyak orang membuat saya takut mendengar pendapat orang lain.

Lambat laun, saya bertemu dengan orang-orang yang luar biasa. Mereka menilai saya bukan dari kelemahan tapi dari kelebihan yang mereka miliki.
How I learn English

How I learn English

 

Salah satu orang yang mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan Bahasa Inggris saya adalah kakak laki-laki.

Melalui lagu-lagu yang diputarnya saya mengalami ketertarikan pada Bahasa Inggris. Kalau tidak salah waktu itu saya baru duduk di Sekolah Dasar. Di antara tiga bersaudara, kakak lelaki sayalah yang kemampuan Bahasa Inggrisnya melejit. Bahkan, dialah menjadi jujukan saya dan kakak perempuan jika ada tugas yang berkenaan dengan Bahasa Inggris.

Bersama kakak lelaki, saya berkenalan dengan banyak kosakata baru. Menurut dia kalau ingin cepat menguasai Bahasa Inggris adalah berani ngomong dan sering-sering buka kamus kalau menemukan kata-kata yang baru. Jadi, tiap kali saya ingin tahu arti dari sebuah kata, dia akan menyuruh saya untuk membuka kamus terlebih dahulu. Begitulah seterusnya.

Wish list on my wedding

Wish list on my wedding


Seringkali mengkhayalkan akan seperti apa pesta pernikahan saya kelak. Biasanya mulai dari dekorasi, tema, lagu pernikahan dan tempat. Dan, itu sudah bisa membuat saya senyum-senyum sendiri.

Ngomongin pernikahan pasti nggak jauh dari yang namanya seserahan. Itu loh pemberian barang-barang dari pihak laki-laki kepada pihak wanita. Nah, kalau di Jawa biasanya diberikan pada saat lamaran atau akad nikah. Namun, itu berbeda dari mas kawin.
Sebuah Catatan Perjalanan: Malaysia-Singapura-Malaysia Trip (1)

Sebuah Catatan Perjalanan: Malaysia-Singapura-Malaysia Trip (1)




Satu kata bagi saya untuk mendeskripsikan bulan Desember tahun ini adalah bahagia. Bagaimana tidak pada bulan Desember ini, usia saya genap 31 Tahun. Usia yang terbilang sudah matang dalam menjalani hidup seperti yang sudah pernah saya tulis Fabulous 31. Bisa dibilang saya udah makan-asam garam kehidupan. 

Satu alasan lagi kenapa bulan Desember saya begitu bahagia adalah bisa Travelling. Perjalanan kali ini begitu istimewa yaitu saya bisa ke Luar Negeri lagi. Norak ya? Biarin aja sih.

Beberapa kali saya sempat iri melihat foto-foto perjalanan beberapa teman saya di Facebook atau saat kebetulan blogwalking blog, pemiliknya adalah Traveller.  Pasti habis melihat/membaca catatan perjalanan mereka saya langsung berpikir kapan bisa seperti mereka.
Berbagi Keceriaan dengan anak-anak Yayasan Kanker Anak Jatim

Berbagi Keceriaan dengan anak-anak Yayasan Kanker Anak Jatim

Sabtu kemarin buat saya merupakan hari tak terlupakan. Saya bersama teman-teman dari Komunitas Muslimah Peduli Sosial kembali mengadakan Bakti Sosial. Kali ini tempatnya istimewa yaitu Mengunjungi Yayasan Kasih Anak Kanker Jatim yang bertempat di Jalan Karamenjangan No. 5 Surabaya.

Begitu teman memposting acara ini, saya sudah lebih dulu bilang pada dia bahwa saya ingin ikut serta dalam acara kali. Saya ingin sekali lebih dekat dengan anak-anak penderita Kanker.

Dulu, waktu masih di rawat di RSUD Dr. Soetomo saya pernah 1 ruangan dengan anak-anak penderita Leukimia. Bahkan, dalam benak saya saat itu saya punya mimpi kalau sudah besar nanti saya ingin menjadi relawan di RS (ya, pengalaman berada di rumah sakit dalam waktu lama membuat saya belajar banyak hal).

Color Therapy

Color Therapy


Holla,

Berawal dari foto salah satu teman kuliah yang tengah asyik menggunakan cat air membuat rasa penasaran saya muncul. Sudah lama saya ingin mencoba bermain-main dengan cat air tapi belum terpenuhi.

Sampai saya diajak oleh kakak ke toko buku. Saya berjalan ke rak Alat Tulis untuk mencari cat air seperti kepunyaan teman. Rasanya seneng banget begitu menemukan. Lagi-lagi bimbang antara pengin beli dan tidak. Saya tanya dong sama kakak. Terus kakak bilang udah beli aja nanti dibayarin. Saya langsung membawanya ke kasir dan tak lupa buku sketsa. *mumpung dibayarin

Tujuan membeli cat air ini sebenarnya bukan karena saya suka seni, tapi lebih ke arah relaksasi. Menurut beberapa penelitian warna memiliki kaitan erat dengan psikologis tubuh.  Dalam bidang Psikologi pun mulai diterapkan yang namanya Psikologi Warna. Warna-warna diyakini bisa mewakili mood dalam diri manusia
Math Haters

Math Haters





Salah satu pelajaran yang tidak saya sukai adalah Matematika. Tapi, anehnya saya menyukai pelajaran semacam Kimia dan Fisika. Bahkan nilai keduanya melebihi nilai matematika saya.

Loh. Itukan juga ada berhitungnya.

Ya. Begitulah kenyataannya.

Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar saya tidak suka dengan Matematika. Saya masih ingat waktu kelas 1 SD nilai harian saya jelek. Pernah dapat nilai 2. Lalu, pada Caturwulan berikutnya saya akan lebih bekerja keras untuk mendapat nilai lebih baik.

Naik ke SMP nilai matematika saya pas-pasan. Tapi, lumayanlah saya akhirnya hisa lulus dengan nilai cukup memuaskan.

Di bangku SMA saya pernah mendapat nilai 4 di raport. Mama sempat marah lihat nilai saya. Sampai akhirnya beliau memanggil guru les privat. Dan nilai Unas saya untuk Matematika nggak sampai 6.
*huft
Sahabat Pena

Sahabat Pena

Malam ini nggak tahu kenapa saya merasa kesepian dan sedikit bosan. Buka-buka Medsos, mulai dari twitter, facebook sampai pinterest masih aja bosan.

Tiba-tiba aja saya kangen nulis surat. 

Ah. Surat sekarang udah menjadi barang langka. Semua pada tergantikan teknologi yang canggih. Bahkan untuk ngobrol sama teman di samping nggak perlu ngomong. Tinggal nulis status beres.
Buka Bersama di Rumah Baca Lintang

Buka Bersama di Rumah Baca Lintang

Assalamulaikum,
Fyuh akhirnya bisa posting lagi setelah sehari sebelumnya sibuk dengan menghias kelas buat menyambut murid-murid baru.

Ceritanya, hari Sabtu kemarin saya dibersama teman-teman semasa kuliah dan Komunitas Muslim Peduli Sosial mengadakan acara buka puasa bersama di Rumah Baca Lintang milik mbak Watiek Ideo di daerah Ngelom-Sidoarjo. *belakangan saya baru tahu kalau mbak Watiek adalah pengarang buku anak yang udah beken.

Sempat kebingungan mencari lokasi. Akhirnya saya sampai sekitar pukul 16.30 dan acara sudah berlangsung. Ketika saya datang, ada dua anak laki-laki sedang membacakan cerita buat teman-temannya. Anak-anak yang lain memilih menjadi pendengar. Mereka dengan semangat menceritakan isi cerita dari buku yang cerita yang mereka bawa.
Ramadhan DI Baitullah

Ramadhan DI Baitullah

Pelataran Masjid Nabawi, suasana buka puasa di nabawi
Buka Puasa Pertama di Pelataran Masjid Nabawi

Ramadhan di Baitullah


Sebagai seorang pengkhayal, kerap kali saya membayangkan bagaimana rasanya merayakan hiruk pikuk Ramadhan di Negeri Orang? 

Apakah sama saja dengan di Indonesia atau ada yang berbeda?

Rupanya Allah mendengar mimpi saya. Tahun lalu, kami sekeluarga diberi hadiah sama Allah untuk merasakan nikmatnya Ramadhan di Baitullah. Sungguh sebuah petualangan yang tidak terlupakan. Istimewanya lagi, kali ini saya tidak berangkat bertiga bersama ortu saja, melainkan juga dengan Kakak Peremuan dan Suaminya. 

Yap, kami pergi berlima.

Kami ingin mengulang momen kebersamaan seperti kali pertama Umroh, waktu itu formasinya lengkap plus Kakak Lelaki. Sayangnya, uang yang kami miliki tidak mencukupi untuk membawa serta keluarga kakak lelaki. Mungkin nanti, ketika Allah merasa itu waktu yang tepat untuk kami sekeluarga.


Persiapan Sebelum Berangkat


Perjalanan kali ini, kami menggunakan agen perjalanan yang berbeda seperti yang sebelumnya. Mami memilih agen perjalanan yang lokasinya lebih dekat dengan rumah dan kebetulan milik tetangga sendiri. Tenang saja, agen perjalanan tersebut amanah.

Segala persiapan mulai diurus. Dokumen-dokumen penting dan paspor mulai dipersiapkan. Lalu dilanjutkan dengan vaksinasi Meningitis dan Flu, ini kali pertama bagi saya setelah sebelumnya konsultasi dengan dokter. Saat kami mau berangkah Umroh, sedang marak isu tentang virus Mers di Saudi Arabia.

Alhamdulillah. Dokter memberi lampu hijau untuk melakukan vaksinasi. Tak lupa memberi cara bagaimana cara saya menjaga kesehatan selama berada di tanah suci. Pokoknya kata Dokter, selama dalam kerumunan saya diwajibkan mengenakan masker, banyak konsumsi air putih supaya tidak dehidrasi. 

Barang-barang selama perjalanan sudah dikemas, tidak ketinggalan obat dan vitamin yang wajib dibawa selama perjalanan. Supaya jika ada kendala kesehatan bisa diatasi dengan baik, meski kami tidak menginginkan hal itu terjadi tentunya.

1 Ramadhan di Madinah


Dalam perjalanan Umroh kali ini, kami mengambil program mengunjungi Makkah terlebih dahulu. Baru dilanjutkan perjalanan menuju Madinah.Alhamdulillah tidak halangan selama di Makkah. Semua ibadah berjalan lancar. Hanya suhu yang kali itu cukup panas.

Bulan Juni di Makkah berarti masuk musim panas. Suhu saat itu berkisar antara 38-42 celcius. Cukup panas untuk kami yang tinggal di negara tropis.Ibadah inti Umroh sudah selesai. Perjalanan dilanjutkan menuju Madinah untuk Ziarah Nabi. Ternyata Madinah lebih panas dari Makkah beberapa derajat.

Saya membayangkan gimana dengan puasa kami besok. Saat itu malam 1 Ramadhan kami sudah masuk di Madinah dan ikut melaksanakan sholat tarawih di masjid Nabawi.

Pengalaman pertama Shalat Tarawih di Madinah itu menakjubkan. Duduk berdampingan dengan umat muslim seluruh dunia. Kami harus berangkat lebih awal ketika Shalat Isya karena tarawih pertama orang-orang berduyun-duyun untuk sholat berjamaah. Alhamdulillah kami mendapat tempat yang nyaman.

Di Masjid Nabawi lebih tertib dalam pengaturan Shaf Sholat berbeda dengan Masjidil Haram. Ada Askar/polisi wanita yang akan mengatur ketertiban beribadah shalat. Jika kita salah dalam memilih shaf pasti mereka akan menyuruh kita pindah.

Di Masjid Nabawi shalat Tarawih terdiri dari 23 Rakaat dengan bacaan shalat yang panjang-panjang. 1 rakaat bisa memakan waktu kurang lebih 20 menit. Bisa diperkirakan sholat tarawih akan selesai.

Yang paling dinanti adalah sahur pertama. Sejak pukul 2 saya sudah gelisah. Jam 3 kami turun ke bawah untuk makan sahur. Di resto hotel sudah penuh dengan orang. Kami makan sahur untuk pertama kali. Sambil membayangkan bagaimana rasanya berpuasa dengan suhu panas sepanas ini. Sempat terbersit "kuat nggak ya?"

Alhamdulillah ternyata seperti dibayangkan. Puasa pertama berjalan lancar. Rasa panas tak menghalangi kami untuk beribadah. Bahkan, untuk melakukan Ziarah ke Masjid Quba, Jabal Uhud. Udara panas tak membuat kami merasakan dahaga.

Persiapan buka puasa bersama di Masjid Nabawi sudah dimulai sejak habis sholat Dhuhur. Mobil-mobil kontainer membawa makanan hilir mudik di pelataran masjid. Nabawi. Ada perusahan katering yang mulai menata meja-meja di depan halaman masjid.

Yang menarik dari Ramadhan di Tanah Suci adalah pada orang-orang kaya di sini berlomba-lomba untuk beramal. Nggak tanggung-tanggung mereka bersedekah dalam jumlah cukup besar. Pakai kontainer loh.

Menurut salah satu pembimbing kami di Madinah. Semua orang akan membuat area masing-masing. Nanti seluruh Jamaah bisa memilih tempat di mana mereka akan berbuka. Semakin banyak yang datang ke area mereka. Mereka akan semakin senang.

Baca juga:

Pengalaman Umroh yang tidak terlupakan

 8 Hal yang wajib dibawa ketika umroh



Pukul 5 sore waktu setempat, kami sudah bersiap-siap mencari tempat berbuka puasa. Bingung menentukan apakah akan berbuka di depan halaman, dipelataran masjid atau di dalam masjid.

Di depan halaman masjid sudah tumpah ruah dengan para jamaah. Mereka berkumpul tanpa memandang pangkat dan jabatan. Aku, kakak dan mama sempat bingung ketika mau berbuka di depan halaman masjid. Soalnya di sana sudah banyak penduduk lokal. Jarang terlihat orang asia.

Kami beruntung. Ada meja yang berisi orang Indonesia. Saya bertanya apakah boleh duduk bersama. Dan, Allhamdulillah kami bisa mendapat tempat duduk.

Satu persatu hidangan mulai disajikan. Dimulai dari air mineral, yogurt, jus buah, buah-buahan, kurma, roti yang ukuran besar dan es krim. Satu per satu dari pekerja katering akan memeriksa apakah makanan kami ada yang kurang.

Begitu adzan berkumandang. Nasi mulai dibagikan. Ah. Saya terharu melihat pemandangan ini. Bahkan ketika menuliskan kembali pengalaman ini bulu kuduk saya merinding. Buat saya ini pengalaman tak terlupakan.

Ya Allah kami diberi kesempatan untuk merasakan 1 Ramadhan di Tanah Suci. Itu sungguh hadiah yang tak ternilai.

Sehabis Shalat Magrib Allah lagi-lagi memberi kami hadiah. Seorang gadis muda berkebangsaan Arab mendatangi kami. Dia memberi kami 3 kotak nasi, jus buah dan beberapa minuman. Allhamdulilah. Indah sekali berbuka puasa di sini. Sebuah perjalanan hati yang luar biasa.

Saya memang belum pernah berkunjung ke negara lain. Tapi buat saya Makkah dan Madinah selalu membuat saya ingin kembali lagi. Dua kota yang cantik dan selalu dirindukan.



Suasana sebelum buka puasa di depan halaman masjid Nabawi




Berfoto sehabis sholat magrib sama penduduk sana. Baik dan cantik




Menu pembuka buka puasa. Ada ice cream juga dan nasi



Suasana saat tarawih malam pertama


Pengalaman Ramadhan di Baitullah menjadi sebuah pengalaman yang tak ternilai, semoga Allah memberikan kami sekeluarga untuk kembali mengulang momen yang berharga ini dengan format yang lebih lengkap.

Semua Orang Bisa Menulis

Semua Orang Bisa Menulis





"Gue pingin jadi penulis, tapi tulisan gue jelek."
"Pengin bisa nulis, tapi nggak tahu caranya."
"Apa sih enaknya nulis? Buang-buang waktu saja." 

   Saya sering banget baca atau dengar seperti keluhan di atas. Entah di lingkungan sekitar atau dari status-status yang bertebaran di media sosial.
     Belakangan, penulis-penulis baru bermunculan. Ada banyak ribuan buku yang diterbitkan tiap menit. Persaingan untuk menjadi penulis semakin berat. Ada yang berjuang sampai titik darah penghabisan agar bukunya diterbitkan dan ada juga yang masih berupa angan-angan.
Lalu, apakah menjadi penulis itu sulit?

Bisa iya. Bisa tidak.
Going 30

Going 30

Selamat datang umur 30

Alhamdulillah, saya diberi kesempatan menyentuh umur 30 tahun. Sebuah pencapaian hidup yang cukup panjang. Ada banyak cerita, lika-liku dan sandungan yang mewarnai perjalanan hidup semuanya terajut dalam sebuah cerita yang kelak akan saya bagikan kepada anak dan cucu.

Kenapa sih kamu masih saja menulis?

Kenapa sih kamu masih saja menulis?

"Daripada novelmu nggak terbit-terbit. Mending berhenti nulis aja."

Kemarin, seorang teman mengatakan itu pada saya. Walaupun dengan nada setengah bercanda. Saya tahu bahwa itu adalah sebuah sindiran.


Sebenarnya itu bukan kali pertama saya disindir soal kesukaan saya sama dunia tulis-menulis. Beberapa orang terdekat mengganggap bahwa aktivitas menulis itu nggak penting. Apalagi kalau yang ditulis isinya tentang cinta. Katanya itu cuman bikin dirimu galau saja.

Kekonyolan di masa kecil

Kekonyolan di masa kecil

wpid-aku-berbahaya.jpg


Pic: Google.com


Masih pada ingat kan gimana rasanya menjadi anak-anak?

Saya sih ingat sekilas :D

Namanya anak-anak pasti rasa ingin tahunya tinggi. Semua dicoba-coba, kalaupun nantinya nggak berhasil 'emang gue pikirin' :D yang penting apa yang diinginkan terpenuhi. Walaupun akhirnya bikin ortu pusing tujuh keliling :D. Ayo ngaku sapa yang suka bikin emak-bapaknya marah?


Kekonyolan apa sih yang pernah kamu buat saat masih kecil?


Hihi, jawabannya banyak. Saya tulis beberapa yang diingat saja ya. Dan, tolong jangan diketawain karena saat nulis ini saya juga malu.


1. Saya pernah pegang rumah tawon yang dikira daun.  Alhasil kepala saja benjol karena disengat.


2. Pernah nelan kelereng kecil. Karena takut dimarahin sama mami akhirnya nggak pernah cerita. Baru lega setelah kelerengnya berhasil keluar lewat Pup :D