Menjadi Petani di Era Millennial

cara menjadi petani millennial, demfarm

Profesi Petani yang Mulai Banyak Ditinggalkan



Belakangan, sadar nggak sih bahwa banyak lulusan sarjana pertanian yang kemudian bekerja yang tidak sesuai dengan bidang keilmuannya. Mereka lebih menyukai pekerjaan yang tidak mengharuskan mereka untuk tidak berkutat pada lumpur, air dan tanah becek.

Padahal, petani merupakan salah satu profesi yang memiliki peranan penting dalam ketahanan pangan seluruh seluruh manusia. Tanpa ada petani, tidak mungkin kita bisa menghadirkan sepiring nasi putih hangat di rumah.

Saya masih ingat saat masih kanak-kanak, Indonesia sebagai negara agraris pernah melakukan swasembada pangan terutama di bidang pertanian, bahkan pernah melakukan ekspor beras ke luar negeri.

Keadaan sekarang berbanding terbalik, Indonesia masih melakukan impor beras demi memenuhi kebutuhan seluruh rakyatnya karena dianggap hasil panen beras para petani di Indonesia tidak mencukupi. Sebuah ironi yang menyedihkan.

Cerita Petani Millenial

cerita petani millennial


Menjadi petani di era milenial tidak melulu harus memiliki tanah yang luas berhektar-hektar. Perkembangan teknologi di bidang pangan dan pertanian memungkin kita untuk bercocok tanam di halaman rumah sendiri.

Kesan itulah yang saya tangkap dari hasil Talkshow bersama Demfarm yang mengambil tajuk, “Cerita Petani Millennial, Mendapat Berkah dari Kebun.” Dilaksanakan pada tanggal 28 November 2021 yang kebetulan bertepatan dengan Hari Menanam Pohon Nasional.

Acara yang dilaksanakan secara daring ini tidak menyurutkan semangat saya untuk belajar, demi memperluas pengetahuan tentang pertanian. Kebetulan dua tahun terakhir ini saya mulai mempunyai kebun sayuran mini di rumah. Acara seperti ini memang amat sangat membantu.

Menghadirkan 3 Narasumber dengan latar belakang yang berbeda, di antaranya ada Soraya Cassandra, selaku founder Kebun Kumara, Adrian R.D Putera yang merupakan Project Manager Program Makmur PKT, serta Iqbal Adhipraya sebagai perwakilan petani millennial binaan PKT.


Virtual tree planting
Menanam Pohon Bersama Secara Virtual


Sebelum acara talkshow dimulai, semua peserta yang hadir diajak bersama-sama melakukan Virtual Tree Planting. Penanaman pohon bersama secara daring merupakan suatu wujud kebaikan. Di mana seperti yang kita tahu bahwa pohon merupakan sumber oksigen, menjaga kadar air tanah. Kebayang betapa kacaunya dunia ini tanpa kehadiran hutan. Dengan menanam pohon di rumah, kita juga ikut menjaga kelestarian alam supaya bisa terus digunakan oleh generasi penerus. Nggak perlu muluk-muluk menanam pohon yang besar, bisa dimulai dari menanam sayur sendiri di rumah.

Dari paparan Soraya Cassandra, saya mendapatkan pembelajaran bahwa menanam sendiri apa yang kita makan, berarti kita juga belajar untuk dekat dengan alam. Ketika kita sudah dekat dengan alam, kita akan belajar untuk menghargai apa yang telah alam berikan dengan cara menjaga kelestarian alam dan belajar juga bahwa ada profesi-profesi penting yang kadang terlupakan. Namun, peranannya besar dalam menjaga ketahanan pangan, yaitu petani.

Menurut Mas Iqbal Adhipraya, yang merupakan petani muda dari Jember. Menurut mas Iqbal, nggak banyak orang yang ingin jadi petani karena apa yang masih berkembang di masyarakat itu bahwa petani itu buruh kasar, kotor dan kok kayaknya sayang banget lulusan sarjana hanya jadi petani. Belum lagi petani senior yang enggan menerima wawasan baru tentang teknologi sehingga teknik pertaniannya hanya berkutat pada itu-itu saja. Menurut beliau itu adalah sebuah tantangan yang sangat besar.

Padahal pemerintah cukup banyak berperan untuk kembali meningkatkan gairah sektor pertanian dengan membuat sejumlah program dan pengembangan, salah satunya Program Makmur dari PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT).

Project Manager Program Makmur PKT, Adrian R.D. Putera mengatakan, “program ini merupakan komitmen perusahaan dalam rangka meningkatkan pemberdayaan petani dan produktivitas pertanian di Indonesia.” Adrian juga mengatakan,”pihaknya terus mendukung dan melakukan pendampingan kepada petani milenial untuk meningkatkan produktivitas dengan cara-cara yang lebih kekinian.”


Baca juga:


Tips Menjadi Petani Millenial


Pahami ilmunya


Mengutip apa dari apa yang disampaikan oleh Mas Iqbal, “menjadi petani itu ada ilmunya.”

Menjadi petani bukan hanya sekadar menanam dan menjual hasil panennya tanpa strategi. Seorang petani harus belajar memahami karakteristik dari tanaman yang akan ditanam. Jangan sampai salah sehingga bisa mengakibatkan gagal panen atau hasilnya tidak memuaskan.

Begitu juga dengan strategi penjualan, petani harus punya ilmu untuk menjual hasil panen sehingga bisa dijangkau lebih banyak pembeli dan tentunya mendapatkan profit.

Itulah kenapa saat menekuni sebuah profesi, kita tidak boleh berhenti belajar dan mencoba terbuka dengan kehadiran teknologi yang nanti akan banyak membantu.


Mulai Dari Memenuhi Kebutuhan Sendiri

Jangan berpikir bahwa menjadi petani itu harus memiliki lahan yang luas. Coba mulai dulu dari pekarangan rumah. Kita menanam sayuran untuk memenuhi kebutuhan sendiri sehingga ketahanan pangan di rumah akan terbentuk. Dengan begitu kita belajar menjadi petani rumahan.


Banyak Mencari Wawasan Tentang Dunia Pertanian

Sebagai petani millennial kita juga harus memperkaya wawasan, sehingga kita mendapatkan pengetahuan yang bisa diaplikasikan pada kebun sendiri. Salah satunya dengan mengunjungi Demfarm, di sini kamu akan menemukan banyak artikel, kisah inspiratif dan tips-tips tentang urban farming.

Yuk mulai sekarang kita manfaatkan lahan pekarangan rumah untuk kebutuhan pangan dan tanaman yang bisa dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari atau pun sebagai profesi dan bisnis.

Mulailah menjadi petani milenial dimulai dari rumahmu sendiri.

Selamat berkebun.


0 COMENTÁRIOS

Post a Comment