I Guess You Don't Know (M Signal)

I Guess You Don't Know (M Signal)

www.google.com

I met you, loved you and hurt by that love
Just looking at you without being beside you, I’m a fool.
When you cried, I cried. When you smiled, I smiled.
Like a child, just following you whatever you do, I’m a fool.
I love you but you can’t hear it
I love you but you don’t know it
I shed teardrops in my heart but you don’t see it
I call out your name but you can’t hear it.
You are the only one for me but you don’t know it.
My love is blind, my love is poignant, and I can’t do that.
Just turn around and I’m right here behind you.
When you’re tired of someone else’s  love, hurt by someone else’s love
Just turn around once.
I love you but you can’t hear it
I love you but you don’t know it
I shed teardrops in my heart but you don’t see it
I call out your name but you can’t hear it.
You are the only one but you don’t know it.
My love is blind, my love is poignant, and I can’t do that.
Today I call you a thousand times..
Even though you can’t hear it.
I love you so, please look at me
I love you so, please come to me
Please come one step closer, I will wait for you.
I’m sorry because I only know you
I’m nothing without you.
Because of this bitter love, I call for you.

You don’t know…




p.s: Lagu ini bercerita tentang cinta diam-diam. Diambil dari OST Heart String. Entah kenapa kalau dengar lagu ini saya sedih.

Arti Sebuah Nama

Arti Sebuah Nama

Memiliki nama yang mencermin Ras tertentu selalu memberikan cerita tertentu. Sebelumnya, kenalkan nama saya Swastikha Maulidya Mulyana. Kalau melihat nama depan, kira-kira ada yang bisa nebak nggak saya berasal darimana?

Kata Mama arti Swastikha adalah bintang dari segala bintang. Mungkin orang tua memberi nama Swastikha dengan harapan saya akan bersinar di langit layaknya bintang. Amin.

Oke, kembali ke topik.
Gara-gara nama Swastikha ini saya seringkali dikira berasal dari Bali. Katanya nama Swastikha itu erat kaitannya dengan agama Hindu. Dulu, saat jaman kuliah beberapa teman dan dosen mengira saya orang Bali. Mereka terkejut ketika saya bilang bahwa saya madura asli. Beberapa orang tidak percaya. Sampai-sampai saya harus menunjukkan kartu identitas.

Adalagi yang mengkaitkan nama depan saya dengan lambang Nazi Jerman. Pernah ada yang nanya apakah saya keturunan Jerman. Wkwk, memangnya mereka nggak bisa melihat wajah saya yang asia banget :p

Lalu, apa arti namamu?
I'm A Gadget Freak

I'm A Gadget Freak

Bisa dibilang aku ini pencinta gadget, salah satunya telepon genggam. Di rumah orang yang paling suka gonta-ganti hp adalah aku dan kakak perempuan. Bukan bermaksud meninggikan diri, hampir semua merek ternama dicoba. Sampai-sampai kakak laki-lakiku suka sebal kalau aku sudah ngelirik ponsel baru.
Bagiku ponsel bukan hanya alat bantu komunikasi, tapi sebagai sarana relaksasi. Di ponsel saya bisa menikmati lagu, berfoto, menonton video atau mencari inspirasi.
Kalau ditanya kenapa suka berganti ponsel?
Jawabannya karena disitulah saya merasa nyaman. Selain buku, ponsel adalah benda yang membuat saya tergila-gila. Dan, menemukan ponsel yang tepat untuk diri itu tidak mudah. Itulah kenapa saya selalu berganti-ganti.
Yah. Semoga ke depannya saya nggak lapar mata lagi.

:D


Diam-diam cinta (prolog)

Diam-diam cinta (prolog)



Pernahkah kamu mencintai seseorang dalam diam?

Aku pernah.

Aku bertemu dengannya tanpa sengaja di bawah sebuah emperan toko di kota Tua. Hari itu hujan turun tiba-tiba ketika aku asyik mengambil gambar. Seperti biasa, di saat jadwal mengajarku di sebuah sekolah musik sedang kosong. Aku memilih memotret.
Aku sedang mengambil gambar seorang gadis kecil yang tengah membawa permen kapas.  Di belakangnya seorang wanita muda yang mungkin mamanya berteriak agar gadis kecil berkulit putih, berambut ikal yang dikuncir ke atas itu untuk tidak berlari. Gadis kecil itu menarik perhatian lensaku. Momen seperti inilah yang ingin kuabadikan. 
Karena terlalu memerhatikan obyekku, aku tak menyadari bahwa langit biru cerah di atas kepalaku sudah berganti kelabu. Ribuan butiran air berjatuhan dari langit, membuatku berlari secepatnya untuk menyelamatkan Canon D Mark II kesayanganku. Sialnya, aku lupa memakai tas kedap air dan kantong plastik yang biasa kugunakan untuk melindungi kameraku. 
Kota tua yang tadi ramai menjelma bangunan kosong tak berpenghuni. Orang-orang sibuk menyelamatkan diri dari rintik hujan yang semakin besar. Beberapa pedagang yang tadi menjajakan makanan pun tak ketinggalan. Mereka membawa serta bawaan mereka untuk mencari tempat berteduh.
Aku berteduh di depan toko souvenir yang tutup ketika tahu hujan datang. Mungkin, pemiliknya malas melihat lantai basah dan kotor, karena orang-orang akan menjadikan toko mereka sebagai tempat berteduh. Aku mengibaskan bulir-bulir air di atas rambutku. Lalu, memeriksa apakah kameraku baik-baik saja. Aku bisa bernapas lega, saat mengetahui kameraku tidak terkena hujan.
Pandanganku berkeliling. Saat itulah aku melihatnya. Gadis itu berdiri tidak jauh dari tempatku berada. Sama  halnya denganku, gadis itu melindungi dirinya dari percikan renyai hujan yang masih berjatuhan.
"Cuaca memang tidak menentu. Sebentar hujan, sebentar panas." Aku membuka pembicaraan.
Gadis itu menoleh. Melemparkan pandangan takut bercampur heran. Lantas, memalingkan wajahnya ke arah yang berbeda. Gadis itu memberi pesan bahwa dia tak ingin diganggu. Aku tersenyum masam, belum apa-apa aku sudah diabaikan.
Aku mengamati gadis itu lekat. Tubuhnya mungil, kalau ditaksir tingginya sekitar 150-an. Kulitnya seputih pualam, dan kulihat pipinya kemerahan karena udara dingin. Rambut lurus hitam legam milik gadis itu dibiarkan terurai sampai menyentuh pundaknya, matanya sipit, berbingkai alis tipis melengkung, hidung mancung, dan bibir mungil berwarna fushia. Gadis itu seperti seorang anak perempuan yang terperangkap dalam tubuh dewasa.
 Aku mengeluarkan kamera, membuka tutup lensa. Kemudian memutar fokus, mencari titik yang tepat. Klik. Beberapa kali aku mengabadikan wajahnya.
Gadis itu memalingkan wajah. Menyadari bahwa sedang dipotret. 
"Berhenti memotretku."


Bersambung.....




Ciuman Pertama

Ciuman Pertama

www.google.com

 "Have you ever been kissed?"

Pertanyaan Rayyi menohokku. Lelaki yang sudah dua tahun tak berjumpa, tiba-tiba di awal pertemuan kami menanyakan apakah aku pernah dicium. Pertanyaan macam apa ini?

 "I Have." aku memasang wajah seserius mungkin.

"Really?" Rayyi menatapku dengan tatapan meledek.

My Writing Progress

My Writing Progress

Saya sebenarnya tidak terlalu suka menceritakan proyek menulis yang sedang dikerjakan. Saya biasanya hanya berbagi dengan si  Wulan Sari. Dia adalah patner saya mencetuskan banyak ide. Biasanya kami suka menukar tulisan dan yang terbaru kami suka menukar Bab 1 dari proyek menulis yang sedang kami kerjakan.

Oke. Saya sedang menulis novel. Ini draft Novel ketiga saya. Jangan tanya sudah berapa banyak draft novel yang saya punya?

Jawabannya: Banyak

Mungkin di antara kalian bertanya kenapa tidak ada naskahnya yang coba dikirim ke penerbit? kenapa harus menulis naskah baru?

Well.
Saya pernah mengirimkan sebuah naskah novel saya ke dua penerbit. Hasilnya ditolak. Jadi, untuk sementara naskah itu saya endapkan. Menunggu otak saya bekerja agar tokoh-tokoh yang telah saya ciptakan tidak sia-sia. Draft naskah ke-2 sebenarnya sudah selesai. Tapi, ketika masuk tahapan editing ada banyak yang harus dirombak ulang. Hal itu yang membuat saya mengendapkannya dulu. *jangan ditiru ya.


Oke. Kembali ke proyek menulis yang sekarang saya kerjakan.

Saya sedang menulis kisah cinta Antara Raka, Milana dan Rey. Sebuah kisah cinta  sederhana. Dalam naskah ini saya hanya hendak menyampaikan bahwa cinta sejati seringkali dari orang terdekat yang tidak pernah kita duga.

Naskah kali ini agak berbeda. Karena di naskah ini saya menulis menggunakan pov 1. Sudut pandang yang paling sering dipakai ketika saya menulis cerpen. 
Saat menulis naskah ini perlu banyak penyesuaian. Saya sedang dalam tahapan mencari tahu teknik menulis saya.

Jadi, nanti kita lihat saja seperti apa akhirnya. Doakan proyek ini berjalan mulus
Tentang Impian

Tentang Impian

Impian terbesarku adalah memiliki buku solo. Di mana namaku tercetak besar di sana. Rasanya pasti menyenangkan. Menunjukkan pada khalayak bahwa aku punya kemampuan.
Saya mulai menulis sejak SMP. Menggunakan mesin ketik milik papa. Tulisan saya seputar opini, kegiatan sehari. Belum terlintas untuk mencoba jalur fiksi. Pernah sih berhasil menulis naskah drama untuk pementasan akhir sekolah. 
Menjelang SMA, saya mulai menyukai puisi. Menuliskannya di atas buku diary. Biasanya buku itu saya bawa kemana-mana. Lalu, beberapa bulan kemudian saya mencoba menulis cerpen. Cerpen cinta ala remaja era 1990-an. Saya pernah mengirimkan ke media, tapi sayangnya tidak pernah mendapatkan kabar apakah cerpen saya diterima atau ditolak. 
Saya pun mencoba menulis novel. Ya, menulis langsung tanpa ada kerangka atau outline. Dan, saya berhasil menyelesaikan novel perdana sebanyak 200 hal. Itu sebuah pencapaian besar untuk saya.
Sampai sekarang saya masih menulis. Masih memperjuangkan naskah novel yang saya punya agar tembus ke penerbit. Tiga kali surat penolakan tak membuat saya berhenti menulis. Kalau saat itu saya menyerah untuk menulis. Impian saya tamat.

Mungkin, saya masih harus belajar untuk bisa menghasilkan buku solo. Dengan sabar harus kembali menulis naskah baru. Bukankah kita tidak pernah tahu nasib ke depannya gimana? Setidaknya saya masih ingin terus bermimpi.

Saya pernah ditolak penerbit tiga kali. Kalau hari itu saya menyerah. Mimpi saya menjadi penulis tamat.

Move On

Move On

Sore. Tulisan kali ini saya tujukan bagi kalian-kalian yang belum move on (Saya juga sih :P )
Beberapa minggu lalu seorang teman menghubungi saya. Dia meminta saya untuk menulis artikel tentang move on. Saat itu saya belum menyanggupinya karena memang nggak tahu apa yang harus ditulis. Dan, semoga postingan sederhana ini bisa mencerahkan jiwa-jiwa yang tersesat dengan masa lalu.

:D


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Move On berarti bergerak.

Apa sih maksudnya bergerak? Terus hubungannya dengan patah hati apa?

 Oke. Bergerak di sini maksudnya beralih dari masa meratapi kegagalan dalam asmara. Sudah deh cukup nangis bombaynya. Cukup juga ngerasa bahwa diri ini nggak baik sampai pasangan kita rela meninggalkan kita. Ayo singkirkan semua tissue yang ada di rumah. Berhenti memutar lagu yang membuat diri ini menangis. Berhenti mencari tahu segala tentang dia.

Hello. Diputusin bukan berarti duniamu berakhirnya. Harusnya kamu bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk mendapatkan yang lebih baik. Siapa tahu pasangan yang meninggalkanmu ternyata seorang psikopat. Who knows?

Rasanya memang sakit, tapi percayalah semua akan baik-baik saja. Semua hanya masalah kebiasaan yang sudah lama terjalin. Yakinlah ketika kamu mulai terbiasa. Kamu akan mudah untuk perlahan-lahan menghapus dia dari ingatanmu. Hanya satu hal yang harus kamu lakukan adalah kamu rela atau tidak melepaskan segala kenangan tentang dia.

Percuma kamu mau bergerak, tapi masih nggak rela melepas kenangan manis dengan dia. Akhirnya mewek lagi deh setiap buka Facebooknya atau mencoba menghubungi dia untuk mencari serpihan rasa yang tertinggal.

Ya. Bergeraklah ke depan. Terlalu sering menengok masa lalu akan membuatmu terus meratapi. Padahal di depan sana ada seseorang yang dengan tulus menyayangi kamu. Kenapa kamu tidak mencoba untuk mencarinya?

Pernah baca di sebuah tulisan, bahwa kamu dianggap berhasil move on ketika kamu tidak merasakan apa-apa ketika kenangan itu kembali muncul. Atau saat ketemu mantan kamu merasa kayak ketemu teman. 
Ya itulah move on.

Sulit?

Itu kembali kepadamu sendiri. Ingin  melepas atau mengenang masa lalu?

"Just Because you miss someone, doesn't mean you need then back in your life. Missing is just part of moving on. - Moving On Quotes

 
 
Aku mengenang kamu yang telah pergi

Aku mengenang kamu yang telah pergi

Hari segalanya kembali menyeruak
Potongan-potongan rekam jejakmu memenuhi benak
Aku terpelanting ke masa silam

Kamu, lelaki yang kerap  kali kurindukan
Kubisikkan namanya sebelum mata ini terpejam

Kini, hanya tersisa patahan yang terburai menjadi serpihan
Kala rindu datang akan membuatmu tergugu beberapa saat
Mengenang dia yang telah pergi

Hari ini aku hanya ingin mengenangmu
Merindukanmu walau hanya sejenak
Mengulang kembali masa-masa di mana kita saling merindu


Hanya hari ini saja
Ijinkan aku mengenangmu
Ijinkan aku mengenang sebelum punggungmu meninggalkanku jauh di belakang




Sejatinya, cinta itu saling menghormati. Bukan saling berperang siapa yang paling hebat
Larut

Larut

Rasa sakit ini seperti ribuan jarum yang menancap di ulu hatiku

Memar di hatiku kembali berdarah

Aku ingin larut dalam air
Menghilang tak berbekas
Membawa sakit ini

Dengarkah kamu isi hatiku?
Tahukah kamu rasa sakit ini?

Larut
Dalam air dan menghilang

Pasca Pilpres

Pasca Pilpres

Alhamdulillah. Akhirnya bisa bikin postingan lagi di blog. Adakah yang merindukan tulisan-tulisan saya?

Akhirnya Pemilihan Presiden berakhor juga. Lega rasanya. Setelah beberapa bulan terakhir seluruh perhatian masyarakat Indonesia terpusat pada acara Pesta Demokrasi yang digelar tiap 5 tahun.

Yey. Akhirnya media sosial saya bersih dari segala macam kampanye. Eh. Nggak juga sih. Buktinya masih banyak yang saling menghujat, menyindir dan menjatuhkan.

Capek deh.

Serius saya capek. Baca cerita yang bikin dahi berkerut. Saya rindu kedamaian. Bukan adu perang tulisan yang isinya nyinyiran. Ngakunya sih pada dewasa. Tapi, kelakuan lebih parah dari anak-anak.
Harusnya mereka malu dong sama anak-anak.
Semarah-marahnya mereka sama temannya. Nggak sampai lima menit juga udah baikan. Hih.
Sadar nggak sih kalian yang ngakunya 'dewasa' kalau kalian secara tidak sadar udah turut andil membentuk karakter bangsa. Memberikan pendidikan tak kasat mata sama generasi muda ini.
Gimana generasi muda Indonesia mau bangkit. Lah wong para dewasanya sibuk menghujat.
Kritiklah dengan santun. Bukan pakai acara saling melemparkan kosakata perhewanan.

Malulah.

Ya. Sudahlah. Postingan ini hanya suara hati saya.

Selamat untuk Presiden yang terpilih. Jangan kasih kami mimpi, tapi bukti

Enjoy your holiday.

Best Regard,

Swastikha

Pink Lovers

Pink Lovers

Mungkin kalian nggak pernah tahu kalau aku sebenarnya adalah penyuka warna pink.
Yes. I loved pink
Aku punya beberapa barang berwarna pink. Bahkan, setiap memilih benda yang kusuka. Pasti kutanya dulu ada yang warna pink nggak?
Kalau ada ya pasti langsung kuambil.
Buat aku warna pink itu melambangkan ketenangan dan anggun dan unyu :D

Berarti saya unyu dong ya?

Kalau aku suka warna pink. Kamu?

Negara 1000 tangisan

Negara 1000 tangisan

Aku tergugu di balik layar
Dengan berlinang air mata
Menyaksikan kebiadaban di tanah Palestina

Ratusan anak tak berdosa kehilangan nyawa
Para wanita menangis, karena dipaksa berpisah dari suami dan anaknya
Tak ada lagi kenyamanan
Bahkan sekadar melelapkan mata yang terlampau lelah

Tangan-tangan berbau mesiu
Jemari-jemari mungil tak lagi sembunyi dibalik ketiak sang ibu
Kehangatan yang biasa merengkuhnya tercabik-cabik
Mata-mata tanpa dosa siap menunggu kematiannya

Ya Allah...
Sampai kapan bumi Palestina memerah karena darah?
Sampai kapan mereka berhenti mendengar desingan peluru?
Sampai kapan mereka bisa tersenyum untuk menatap masa depan?

Ya Allah
Turunkan kekuatanmu
Lapangkanlah kesabaran pada mereka
Suntikkanlah kekuatan
Agar bisa memukul balik Yahudi

Semoga esok matahari masih bersinar di bumi Palestina

Karena mereka tak mau lagi dikenal dengan negara 1000 tangisan
Bersimbah darah

Surabaya, 10-07-2014

Titik Nol

Titik Nol

Kita sebagai manusia tanpa disadari kerap kali mengeluh pada Allah tentang apa yang terjadi dalam hidup kita.
Jika ada musibah, ada kalanya menyalahkan Allah.
Dulu, aku pernah dalam titik ini. Marah pada Allah atas sakit yang ada ditubuhku. Pertanyaan dan keluhan selalu mewarnai hariku. Saat itu aku kehilangan gairah hidup.
Rasanya dunia terasa abu-abu.

Hingga seorang teman memberiku sebuah kata ajaib.
"Allah memberimu sakit karena Dia mencintaimu. Dengan sakit itu kamu akan selalu mengingatNya."

Kata itu seperti sebuah tamparan atas keluh kesahku selama ini. Lalu, aku mencoba melihatnya dari sisi yang berbeda.

Dan, Subahanallahu. Allah memang menyayangiku dengan caranya. Sakit ini sebagai pengingat di saat aku mulai lalai dengan perintahnya. Allah pun memberiku banyak kemudahan, melebihi orang yang lebih sehat dariku.
Beribu syukur kupanjatkan, ketika Allah mengundangku ke Baitullah.

Sekarang, aku malah berharap sakit ini tetap berada di tempatnya. Karena aku masih ingin disayang Allah. Aku masih ingin dalam pelukanNya.

Amin.

Pusaran

Pusaran

Makkah
Hari ini ribuan manusia berpusat
Pada satu pusaran yang selalu bergerak  di titik yang sama
Bersujud pada Sang Maha Tertinggi

Ya Allah aku penuhi undanganmu
Bersimpuh ku dihadapanmu
Aku menyerah dalam kuasamu
Hamba bagai titik kecil dalam lautan manusia.

Makkah, 23 Juni 2014 (23.02)

Perjalanan

Perjalanan

Perjalanan kali ini terasa beda. Allah memberiku sebuah kesempatan untuk bisa kembali mengunjungi Baitullah. Rasanya senang tak terkira.
Terima kasih Ya Allah semoga perjalanan ini membawa perubahan dan berita baik.
Ijinkan kami berangkat dan pulang kembali dengan selamat. Amin

Bolehkah?

Bolehkah?

Bolehkah kubilang ini rindu?
Jika hanya aku yang rasa

Bolehkah kubilang ini rindu?
Jika hanya bibirku saja yang memanggil namamu

Bolehkah kubilang ini rindu?
Jika hanya ada aku

Dan, kamu tidak
10 Novel Favorit

10 Novel Favorit

Masih berhubungan dengan Hari Buku Dunia, saya tiba-tiba ingin menuliskan beberapa judul novel yang saya sukai. Entah karakter atau alurnya. Beberapa di antaranya saya baca berkali-kali dan tidak merasa bosan. Mungkin nggak sih ada buku yang juga kalian suka dalam list berikut?

1. Sunshines Becomes You- Ilana Tan
    Saya penggemar berat Ilana Tan. Penulis yang misterius ini selalu mempunyai cara agar pembacanya terhanyut dari setiap kata yang dia torehkan. Alur dan karakterisasi yang kuat membuat saya jatuh cinta pada kisah cinta antara Mia Clark dan Alex Hirano.

2. Autumn In Paris- Ilana Tan
       Dari Tetralogi novel milik Ilana Tan. Saya paling suka dengan Autum In Paris. Di Novel ini, Ilana bermain dengan alur yang lembut, tapi memberikan ledakan di akhir-akhir bab. Membuat kisah Cinta antara Tatsuya Fujiwara dan Tara Dupont yang berakhir tragis tetap terasa manis. Cuman endingnya kenapa Tatsuya harus mati ya?

Lie To Me (Movie Review)

Lie To Me (Movie Review)



http://www.koreandrama.org/?p=7830

Title: 내게 거짓말을 해봐 / Naege Geojitmaleul Haebwa / Lie to Me
Chinese Title : 骗我试试 / 對我說謊看看
Also known as: Try Lying to Me
Previously known as: 달콤한 스캔들 / Sweet Scandal
Genre: Romance, comedy
Episodes: 16
Broadcast network: SBS
Broadcast period: 2011-May-09 to 2011-June-28
Air time: Monday & Tuesday 21:55

For you

For you

Andai kamu tahu seberapa besar aku mengharapkan kehadiranmu.
Di sini, memelukku erat dengan kedua lengan kokohmu dan mengatakan semuanya baik-baik saja.
Lalu, jari-jari lembutmu mengusap bulir bening yang mengalir di pipiku.
Dan, membiarkanku merasakan detak kehidupanmu.

Hai, kamu
Aku sudah menunggu lama
Menghabiskan banyak waktuku untuk menemukanmu
Tapi, aku hanya bisa tergugu
Karena kamu tak pernah nyata

Kita hanya sepasang takdir yang dipertemukan dalam mimpi.
Mungkinkah kisah kita hanya akan terjadi saat aku terlelap?

Hai, Kamu!
Kumohon jangan terlalu lama bersembunyi

Hatiku sudah tak sabar berbagi debarannya bersamamu.


Posted via Blogaway
Kepada Lelaki Tanpa Nama

Kepada Lelaki Tanpa Nama

http://www.pinterest.com/pin/302374562454277210/




Dear Lelaki Tanpa Nama,
Aku lebih suka memanggilmu dengan sebutan tanpa nama. Lelaki yang diam-diam suka mengunjungiku dalam mimpi. Lalu, menyisakan debaran hangat dalam dada ketika aku bangun.

Berkali-kali aku mencoba mengingat bagaimana bentuk mata, bibir, dan hidungmu ketika sepenuhnya aku telah terjaga. Dan, sialnya aku selalu gagal untuk mengingat. Entahlah, mungkin Allah sedang ingin menyembunyikan identitasmu sampai tiba waktu untuk kita saling bertemu.
Semoga saja.

Kurasa kamu harus sering-sering mengunjungiku dalam mimpi. Memberiku lebih banyak petunjuk tentang keberadaanmu. Agar suatu hari nanti aku bisa langsung mengenalimu di awal perjumpaan kita.

Hei, ketika datang dalam mimpiku nanti malam. Tolong sebutkan namamu :)



Salam hangat,

Tikha





Anak-anak

Anak-anak

Sejatinya anak-anak tak butuh mainan. Yang dibutuhkan mereka adalah kedua orang tua yang selalu merentangkan kedua tangannya untuk memeluk. - Lupyhta



Hal-hal Yang Aku Suka

Hal-hal Yang Aku Suka

Malam ini mau posting tulisan yang santai-santai aja ah. Hmm, kemarin sempat baca postingan tentang bagaimana cara menggali ide dari blog seorang teman.
Salah satu cara yang dia pakai adalah menuliskan hal-hal yang disukainya. Lalu, menyelipkannya ke dalam tulisan yang sedang dia buat. Ya, seperti memasukkan beberapa bagian ke dalam diri kita dalam tokoh yang sedang ditulis.
Dan, postingan saya kali ini terinspirasi dari tulisan dia. 
Nggak usah panjang kali lebar deh. Simak yuk beberapa hal yang paling saya sukai. Mau tahu?
  1. Saya suka memandang langit dan terkadang mengabadikan dengan kamera kalau kebetulan sedang bagus. Ada rasa tenang ketika melihat hamparan warna biru di atas kepala. Terkadang ada bentuk-bentuk awan yang aneh.
  2. Saya penyuka warna pink. Meskipun tidak terlalu fanatik. Tapi, beberapa barang yang saya punyai berwarna pink, seperti lampu baca, tas, gantungan Flash Disk, dll.
  3. Saya suka musik yang beraliran pop atau musik yang bikin nyaman di telinga.
  4. Suka baca novel
  5. Genre film favorit sih masih romance, drama, romance comedy. Sesekali nonton thriller, Sci-fi, dan action. 
  6. Suka makanan yang rasanya gurih
  7. Nggak terlalu suka manis. Tapi, nggak bisa menolak ice cream dan coklat
  8. Suka mendengarkan suara hujan. Rasanya syahdu di telinga
  9. Pecinta makanan berbahan ayam sejati
  10. Penyuka makanan pedas
  11. Suka ngelihat cowok memakai pakaian berwarna putih
  12. Suka dengan keindahalan alam
  13. Lebih suka pergi ke toko buku ketimbang butik pakaian
  14. Suka melihat matahari terbit atau terbenam
  15. Suka cowok memegang kamera
  16. Pecinta Gadget
  17. Suka tidur dalam kendaraan pas perjalanan jauh

Segini dulu deh. Ternyata  pusing juga bikin daftar hal yang disukai.
Punggung....ummm Sexy

Punggung....ummm Sexy



http://www.pinterest.com/pin/302374562454224788/




Salah satu bagian dari anggota tubuh lelaki yang  paling saya sukai adalah punggung. Buat saya punggung itu melambangkan ketenangan dan kekuatan. Karena dari punggunglah kita bisa menilai apakah lelaki itu bisa dijadikan sandaran. *egh apa sih ini :D

Dan, saya paling suka melihat lelaki dari balik punggungnya. Err, apalagi kalau yang punggungnya sexy. Rasanya pengin peluk dari belakang dan menyandarkan kepala.


Damn, I miss u

Damn, I miss u

Harusnya aku tak menulis ini, tapi tangan ini menggerakkan jemari di atas papan ketuk. Menuliskan sebuah perasaan yang sedang  bergejolak di hati.


Aku merindukanmu, Tuan!

  Sepertinya cinta belum benar-benar menghilang. Karena ada masanya aku sangat merindukanmu.
Punggungmu

Punggungmu

Aku tak menemukan  punggungmu di keheningan malam
Aku tak menemukan punggungmu dalam bunga tidurku
Aku tak menemukan punggungmu dalam benakku
Aku tak menemukan punggungmu dalam kenangan

Rupanya angin telah menerbangkan semua cerita tentangmu
Kini, punggungmu tak lagi kutemukan di mana biasa mataku memandang
Calon Legislatif

Calon Legislatif


www.faktametropolis.com

2 Hari lagi Pemilu untuk menyaring Anggota Legislatif Pusat dan Daerah akan diselenggarakan serentak di seluruh Indonesia. Beberapa orang menyambut dengan antusias Pesta Demokrasi yang katanya untuk rakyat, beberapa orang yang lain menyambutnya dengan biasa saja. Bahkan, ada yang tidak tertarik untuk mengikuti jalannya pemilu.
 Kalau Saya?

Saya termasuk golongan yang kedua. Saya menganggap Pemilu seperti kejadian yang biasa saja. Tak ada yang membuatnya terasa istimewa. Entahlah, mungkin saya sudah bosan melihat perpolitikan yang ada di negara Indonesia ini. Sudah agak muak juga terhadap kelakuan para anggota dewan yang terhormat. Mereka yang diberi amanah oleh rakyat untuk menyampaikan aspirasinya. Nyatanya malah membuat rakyat semakin menderita.

Ah, sudahlah.

Saya sadar manusia tidak ada yang sempurna. Saya saja masih banyak kekurangan di mana-mana. Tapi, ada baiknya para Calon Legislatif yang hendak duduk di kursi pemerintahan memiliki kualifikasi yang mumpuni. Bukan hanya bermodal janji, dan kata-kata manis belaka. Malah yang lebih sinting ada yang memakai ritual gaib. 

Oalah.

Gimana mau menyampaikan aspirasi rakyat. Orang mereka sendiri aja belum tahu kelebihan yang mereka miliki agar bisa mewakili isi kepala banyak orang.

Sejatinya, calon legislatif adalah orang yang mempunyai kontrol hidup yang baik terhadap dirinya sendiri di segala situasi. Tidak usah muluk-muluk dengan janji. Cukup melakoni kebiasaan yang kecil tapi memiliki pengaruh besar. Misalnya saat kampanye harus tertib lalu lintas, membuang sampah di tempatnya, bersabar dalam antrean, tidak memasang atribut kampanye yang merusak pohon-pohon.

Kalau mengubah diri sendiri aja mereka nggak mampu. Jangan harap mampu mengubah dunia.



Salam Hangat,

Luphyta

Di Bawah Rinai Hujan

Di Bawah Rinai Hujan


http://www.pinterest.com/pin/302374562454143596/







"Apa kubilang. Kita kehujanan, kan?" omel Sarah ketika kami dalam perjalanan pulang menuju Apartemen. Saat itu kami baru saja dari perpustakaan, mencari buku untuk bahan ujian kami minggu depan.
Tidak ada yang bisa menebak cuaca di kota London. Langit yang berwarna biru cerah tiba-tiba menjadi gelap tanpa ada perencanaan terlebih dahulu. Sarah --gadis di sampingku ini tidak begitu menyukai hujan. Katanya hujan membuat seluruh badannya nyeri. Entahlah aku tak tahu.
"Albert. Kita berhenti, Aku nggak mau baju dan sepatu bootku basah karena hujan sialan ini," sentak Sarah.
Aku hanya mengangguk, tapi tak meloloskan permintaan Sarah. Aku tetap melangkah di depannya. Tanpa memedulikan raut wajah Sarah yang mengeras.
"Albert! Jangan main-main begini. Aku nggak suka!" gadis berambut tembaga itu mengentakkan kakinya, bibirnya mengatup, sepasang mata zamrudnya melotot. 
Oke, Sarah benar-benar marah.
Aku yang berada beberapa jengkal dari tubuhnya berbalik. Kuloloskan jaket yang membalut tubuhku, lalu berjalan menghampiri Sarah yang memberengut. Tanganku menyampirkan jaket di pundaknya, lantas kutarik tubuhnya dengan cepat dalam pelukanku.
Hening.
Hanya terdengar deru napas kami berdua. Sarah menatapku lebih lembut. Kilat amarah di matanya mereda. Pipinya yang pucat seperti porselin merona. Gadis itu menundukkan pandangan dalam pelukanku.
 "Tak akan kubiarkan hujan menyentuhmu," ucapku lirih.
 Sarah mendongak, lalu tersenyum malu-malu. "Aku tak peduli hujan membuat kita basah kuyup."
Gadis itu berjinjit, dan dengan cepat mendaratkan bibirnya pada bibirku.




Postingan Perdana

Postingan Perdana

Yuhuuu...
Pertama, saya ucapkan selamat datang di rumah baru. Sebenarnya blog ini tidak benar-benar baru. Ini hanya blog lama yang kemudian nganggu karena sudah lama tidak ditengok.

Mungkin bagi kalian yang sudah mengenal saya di blog Rumah lama bertanya-tanya kenapa saya pindahan ke blogger. Terus terang selama ini saya sudah nyaman pakai WP karena buat saya lebih mudah pengaturannya. Namun, seorang teman menyarankan saya pindah blogger supaya domain yang sudah saya beli lebih berguna. 

Dan, saya memutuskan untuk pindah rumah.

Rumah baru perlu adaptasi lagi. Semoga saya betah di rumah ini.


Salam Hangat,

Luphyta
Racauan

Racauan

Ingin aku menuliskan cerita tentang kita. Kilasan ingatan masih melekat di benakku. Tapi, aku tak yakin apakah kusanggup. Menorehkan baris demi baris kisah usang tentang kita.
Kisah yang akhirnya tak bermuara pada satu tujuan. Aku tetap menjadi aliran air yang masih mencari kemana cinta ini dilabuhkan.
Harusnya aku bersyukur bahwa Tuhan menciptakan hati dengan lentur. Mampu menahan lebam biru karena ditinggalkan cinta.

Kamu tahu?
Aku kerap merindukanmu, senyumanmu. Lalu membayangkan tubuhku dalam dekapanmu.
Ah, itu hanya khayalanku. Anggap saja aku sedang meracau saat ini.
Merayakan 5 tahun menulis blog

Merayakan 5 tahun menulis blog

Tanggal 17 kemarin dapat notifikasi dari wordpress yang menyatakan kalau umur blog saya menginjak 5 tahun.
Blog ini merupakan catatan perjalanan pengalaman menulis saya. Dari tulisan yang alakadarnya, lalu berkembang hingga hari ini.
Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk terus menulis meskipun kerap kali malas melanda.
Blog ini banyak bercerita tentang kisah hidup saya dan tempat saya melatih kemampuan menulis cerita.

Terima kasih buat pembaca yang sudah menyempatkan waktunya untuk mampir ke rumah mungil saya ini.
Semoga ke depannya saya akan banyak menulis dengan penuh warna.

Menulislah, maka kamu akan bahagia.

Salam hangat,
Luphyta
Kamu tahu

Kamu tahu

Kamu tahu aku memujamu
Kamu tahu aku menggilaimu
Kamu tahu aku kerap kali memimpikanmu
Kamu tahu aku penggemar nomor 1-mu

Apa yang harus aku lakukan agar kamu menjadikanku yang pertama
Menulis membuat hidupku berwarna

Menulis membuat hidupku berwarna

Dahulu, saya menulis hanya untuk menghibur diri yang sering kesepian.

Menumpahkan perasaan ke dalam diary terasa menyenangkan ketimbang menceritakan kepada orang lain. Maklum saat itu lagi sensitif sama komentar orang tentang diri saya.  Kebiasaan menulis diary itu kemudian berkembang. Tidak hanya menulis curhatan yang menye-menye, saya mulai mencoba menulis puisi, cerpen dan draft novel (kalau membaca ulang tulisan yang ditulis dulu rasanya malu. Soalnya masih cupu :D )


Masuk perguruan tinggi, saya mencoba untuk membuat blog. Tujuannya sih masih sama yaitu mencurahkan isi hati. Tak ada teman atau saudara yang tahu kalau saya punya blog. Sengaja, biar nggak ketahuan kalau curhat. Aktivitas menulis blog sempat terhenti karena koneksi internet yang masih mengandalkan gratisan. Maklum, saat jaman saya kuliah, internet adalah barang mahal. Saya pun kembali nulis diary.


Hingga, kakak perempuan saya mengenalkan pada sebuah situs ngerumpi.com. ngerumpi.com semacam wadah bagi para orang-orang punya ketertarikan untuk menulis. Awalnya, saya lebih memilih silent reader dan meninggalkan komentar di mana-mana. Sampai, akhirnya punya keberanian untuk memposting tulisan saya di akun itu.


Postingan pertama cukup mendapatkan tanggapan. Respon mereka mendorong saya untuk lebih aktif menulis. Mencari tema-tema baru sebagai bahan tulisan. Di ngerumpi.com saya bertemu banyak penulis-penulis keren. Rasanya menyenangkan berada di dalam lingkungan yang memiliki passion sama. Dan, karena ngerumpi.com saya bisa ikutan dalam proyek 2 teman maya. Kita bertiga berhasil menang dalam lomba menulis kumcer. Yeay, buku pertama saya. :D


Kenangan

Kenangan

Kamu ibarat nyala api

Memantik gas-gas rindu yang telah lama tertidur

Menyeretku ke pusaran waktu silam

Aku tergugu

Mungkin benar adanya

Cinta telah lama pergi, tapi aku masih menyimpan kenangan tentangmu





[caption id="attachment_3315" align="aligncenter" width="560"]https://www.facebook.com/photo.php?fbid=438531789530876&set=a.211080582275999.68340.211070425610348&type=3&theater https://www.facebook.com/photo.php?fbid=438531789530876&set=a.211080582275999.68340.211070425610348&type=3&theater[/caption]
Jarak

Jarak


Jarak itu selalu bisa membuatmu lebih keras berusaha, lebih menyadari bahwa kedekatan bukan hanya raga melainkan juga jiwa. - @adelladellaide


Travelling dengan ortu, siapa takut?

Travelling dengan ortu, siapa takut?

20140129-201233.jpg
Bersama ortu pas ke Lombok


Dulu, saya suka iri melihat teman-teman atau kedua kakak yang bisa berpergian tanpa ada yang melarang. Bahkan, di usia yang hampir menginjak usia 30 ini saya belum pernah travelling sendirian. Kemana-mana harus didampingi ortu.

Marah?
Tentu. Bagaimana pun ada kalanya saya ingin berpergian sendiri. Menikmati petualangan seperti yang teman-teman atau kedua kakak saya sering lakukan. Namun, rasanya tak mungkin. Ijin itu tak akan pernah keluar kecuali saya menikah. Saking seringnya saya nggak boleh kemana-mana. Beberapa teman menjuluki saya anak mama.
Tentang Kamu

Tentang Kamu

Waktu berganti
Tapi, kenangan tentangmu masih mengendap di sudut hati terkecilku
Yang terkadang menyeruak tanpa aku meminta.

Kamu,

Lelaki yang menorehkan semburat merah di pualam pipiku
Menggores ribuan rindu di dadaku

Dan, kepergianmu membuat luka besar di dadaku.

Sejauh apa pun aku berusaha melupakanmu.
Kenangan tentangmu seperti bayangan yang terus menghantuiku
Memaksaku untuk kembali mengingatmu



Aku masih mengais-ngais rindu di antara kepingan hati yang kau patahkan
(Bukan) Resolusi 2014

(Bukan) Resolusi 2014

Well, postingan ini mungkin bukan resolusi. Tapi, hanya sekadar perenungan untuk tahun ke depannya supaya lebih baik lagi.


1. Lebih menggunakan "hati" untuk melihat hal-hal yang ada di dunia.


2. Belajar untuk tidak mengeluh dan bersyukur


3. Membaca lebih banyak buku


4. Lebih rajin menulis


5. Setidaknya menerbitkan 1 buku untuk tahun ini.


#JanuariChallenge: Memori

#JanuariChallenge: Memori

1499685_10202749613677925_1484115692_n

"Andaikan otak punya fasilitas Recycle Bin, kayaknya gue bakal sering-sering make deh," ujar Risna --teman kantorku yang juga merangkap sahabat.

Sore itu, kami sedang menghabiskan waktu sambil menunggu hujan reda di sebuah coffe shop letaknya lima blok dari tempat kami bekerja.  Di atas meja dua cangkir teh yang masih mengepul baru saja diletakkan oleh pelayan.

#Januarichallenge: Petak Umpet

#Januarichallenge: Petak Umpet

20140102-211304.jpg
google.com
"Kak, aku ikut main ya?" Tanya ardi saat melihat Leo --kakaknya yang mau pergi main bola bersama teman-temannya.

"Kamu di rumah aja, Dek. Nanti dicari Bunda," ucap Leo.

"Iya di rumah aja. Ngapain sih pakai mau ikut segala," timpal salah satu teman kakaknya.

"Tapi, aku mau ikut, Kak. Aku janji nggak bakal bikin repot. Boleh ya, Kak?" Ardi merajuk.
#31HariFF: Nyonya Ros

#31HariFF: Nyonya Ros

20131222-204214.jpg

"Selamat hari Ibu. Semoga mama selalu sehat." Aku memeluk dan mencium pipi mama. Lalu, bergelayut mesra di pundak wanita yang sudah membesarkanku.

"Terima kasih. Jangan cuman karena hari Ibu aja kamu meluk mama begini," goda mama.

Aku pura-pura memberengut sambil tetap bergelayut di pundak mama.

"Rie. Kalau kamu sudah berkeluarga nanti. Jangan lupa sama mama ya." Mama menarik cuping hidungku.
Menikah? Siapa juga yang nggak mau?

Menikah? Siapa juga yang nggak mau?

Favim.com

"Kalau seumur kamu sudah jangan kebanyakan milih. Apalagi urusan tampang. Terima aja apa adanya."


Akkk, saya kenyang sekali dengan komentar semacam ini. Entah dari teman, keluarga, atau orang-orang yang mengetahui status saya yang masih single.

 Dongkol?
Dulu sih sebal setengah mati dengan komentar seperti ini. Sekarang masa bodoh. Lagian Mereka yang ngomong begitu juga bukan Tuhan yang harus merancang hidup saya seperti apa.

 Talk to my hand!

Kenapa sih kamu masih saja menulis?

Kenapa sih kamu masih saja menulis?

"Daripada novelmu nggak terbit-terbit. Mending berhenti nulis aja."

Kemarin, seorang teman mengatakan itu pada saya. Walaupun dengan nada setengah bercanda. Saya tahu bahwa itu adalah sebuah sindiran.


Sebenarnya itu bukan kali pertama saya disindir soal kesukaan saya sama dunia tulis-menulis. Beberapa orang terdekat mengganggap bahwa aktivitas menulis itu nggak penting. Apalagi kalau yang ditulis isinya tentang cinta. Katanya itu cuman bikin dirimu galau saja.

31HariFF: Kejutan

31HariFF: Kejutan

20131220-210056.jpg

Coba buka laci nomor 2. Aku meninggalkan sesuatu untukmu.


Airin mengerutkan dahi saat membaca pesan singkat yang dikirimkan oleh Rio --suaminya.
Dia bergegas menuju kamar. Mengikuti apa yang ditulis suaminya dalam sms yang baru saja diterimanya.
Airin membuka laci kamarnya. Merogoh ke dalam. Mencari apa yang ditinggalkan sang suami untuknya. Wanita itu mengernyit ketika menyadari satu-satunya benda yang ada di laci hanyalah sebuah kertas.
Dengan penuh rasa penasaran Airin membukanya. Hanya terdapat coretan seperti peta denah dan sebuah pesan yang ditulis dipojok bawah.
ikuti jalan ini dan kamu menemukan jawabannya.


Airin tersenyum. Rio menyiapkan sebuah kejutan untuknya.


#31HariFF: Mimpi Aiko

#31HariFF: Mimpi Aiko

20131218-193645.jpg

Foto: Koleksi Pribadi

 

"Akulah sepasang kupu-kupu dengan sayap yang cantik"

Aiko merentangkan tangannya, kemudian menggerakkannya seakan kupu-kupu yang sedang terbang. Bibir mungilnya tak berhenti melafalkan nyanyian yang tak jelas.
Tak jauh dari Aiko berdiri, seorang wanita paruh baya menatap dari kejauhan. Sepasang mata yang mulai menua itu berkaca-kaca saat menyaksikan Aiko yang sedang bernyanyi.
Dadanya terasa sesak menyaksikan putri semata wayangnya yang berputar-putar sambil meracaukan sesuatu yang tak jelas.


Kasihan dirimu, Nak. Semenjak ayahmu pergi. Kamu terobsesi menjadi kupu-kupu

#31HariFF: Di sudut taman

#31HariFF: Di sudut taman

20131216-211357.jpg

Aku menengadahkan tanganku. Membiarkan daun-daun berwarna oranye yang berjatuhan memenuhi ceruk tanganku.


Aku sangat suka musim gugur.


Rasanya menyenangkan melihat dedaunan beraneka warna berjatuhan dari langit. Belum lagi aroma khas daun kering yang bersentuhan dengan tanah. Menenangkan.


Hari ini seperti biasa, sepulang kerja aku mampir ke sebuah taman yang letaknya tak jauh dari kantor. Selain untuk menikmati udara sore. Ada hal yang lebih penting.


Aku menunggu seseorang.


#31HariFF: lelaki di sudut coffe shop

#31HariFF: lelaki di sudut coffe shop

20131215-205931.jpg

Lelaki itu datang lagi. Kali ini dia mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru laut dengan bawahan celana cargo berwarna dongker. Rambutnya diberi gel lalu dibentuk jambul ke depan. Dia sungguh manis.


Seperti biasa lelaki itu selalu duduk di sudut dekat jendela. Seakan menunjukkan bahwa dia ingin menjauh dari keramaian.
Aku membetulkan celemekku sesaat sebelum menyambar buku menu dan berjalan menghampiri lelaki itu.


"Mau pesan?" Tanyaku sambil memegang kertas pemesanan.
"Expresso,"ucapnya tanpa tersenyum.
"Baik ditunggu." Aku menyunggingkan senyuman ramah.
Lelaki itu menatapku dingin, kaku.


****

"Dia datang lagi?" Bisik Robi.
Aku mengangguk. "Pesanannya pun selalu sama Exspresso."
"Lelaki yang aneh. Pesan kopi tapi nggak pernah diminum," timpal Bowo yang sedang membuat pesanan lelaki itu.
Aku mengedikkan bahu. "Biarkan saja. Dia kan pelanggan kita."


"Rie. Kamu yang antar ya."


Aku mengambil baki dan meletakkan secangkir exspresso yang masih menepul. Lalu, membawanya ke meja nomor 16.


"Ini pesanannya." Aku meletakkan cangkir itu di hadapannya. "Silakan dinikmati."


Lelaki itu tak merespon apa yang kukatakan. Tatapannya hanya mengarah pada sebuah foto yang sudah usang.
Lelaki yang tampan. Tapi, sayang tak bisa melupakan kenangan.

#31HariFF: Langit Jingga

#31HariFF: Langit Jingga

20131215-032519.jpg

"Aku harus bisa menyelesaikannya sebelum Matahari tenggelam." Aku mengangkat kedua tangan sebagai perwujudan bahwa sedang bersemangat.
Di depanku ada beberapa tumpukan berkas-berkas yang harus segera diselesaikan. Aku menghela napas panjang. Ini akan menjadi hari yang sibuk.
***


"Naru, tolong kamu selesaikan laporan penjualan ni secepatnya. Kalau bisa sebelum Matahari tenggelam," perintah Budi.
"Hah?" Tanyaku kaget.
"Kamu harus selesaikan. Kalau tidak kamu kupecat." Suara pak Budi meninggi.
Aku meninggalkan ruangan Direksi dengan kaki lunglai.


bagaimana caranya aku menyelesaikan laporan sebanyak itu?


Ting...


Sebuah ide terlintas. Aku mengambil sebatang korek. Lalu, kulemparkan pada kertas-kertas yang sudah kutumpuk rapi.


Aku tertawa-tawa. Memandangi nyala api yang mulai membesar.


Pada hujan yang berjatuhan, aku sematkan doa-doa untukmu. Semoga kamu selalu baik-baik saja


#31HariFF: Pelangi di mata ayah

#31HariFF: Pelangi di mata ayah

20131211-183432.jpg

"Percayalah, Nak. Selalu ada pelangi setelah badai."


Aku mengingat pesan yang Ayah ucapkan setahun lalu. Saat itu, badai besar sedang menghantam keluarga kami. Ibu tiba-tiba memutuskan meninggalkan rumah setelah merasa menemukan 'belahan hatinya.' Seorang laki-laki yang dikenalnya di pusat perbelanjaan.


Sinting!


Sejak itu, tak kutemukan lagi pelangi di sepasang mata bulat yang selalu menatapku dengan penuh cinta. Sinarnya meredup, atau bahkan berhenti berpendar.
Ayah berubah menjadi lelaki yang pendiam. Mengurung diri di kamar dengan asap tembakau yang menyesaki dadanya. Dan, kerap kali kutemukan ayah menangis sambil memeluk foto Ibu.


Begitukah cinta? Melepaskan yang dia sayang agar terlihat bahagia.

Bodoh.
Harusnya Ayah berjuang. Bukan hanya diam mematung. Meratapi nasib karena takdir yang tak berpihak.

Dan, ayah selalu menjawab, "Melepaskan orang kamu cintai itu berarti kamu membiarkan dia bahagia."

Ah, persetan dengan itu. Aku hanya ingin kembali melihat pelangi di mata ayah. Karena dari situlah hidupku berasal. Kalian boleh sebut aku Elextra Complex. Tapi, inilah kenyataan bahwa aku mencintai ayah melebihi apa pun.
#31hariff: Ayah

#31hariff: Ayah

20131210-173116.jpg

Satu hal yang paling aku inginkan saat ini adalah sentuhan lembut dari tangan ayah.
Ya. Aku amat merindukan jemari-jemari yang kini mulai keriput itu menyentuh wajahku, mengelap air mata yang menganak sungai di kedua tulang pipiku, atau sebuah sentuhan ringan di ujung rambutku.
Rasanya bertahun-tahun, jemari Ayah tak pernah menggenggamku. Sama seperti dulu saat kali pertama, lelaki itu mengajarkanku menapaki dunia.
Ya Tuhan. Aku rindu.


Kini, tak ada lagi pelukan yang terentang, dan dada yang kokoh untuk mengatakan bahwa semua baik-baik saja.


Lelaki itu kini menjelma monster, di mana jemarinya sibuk menggenggam botol-botol bearoma obat pembersih lantai. Bibirnya tak pernah berhenti mengeluarkan sumpah serapah setiap kali aku melakukan kesalahan.
Jemari yang dulu biasa menyentuhku, kini menjelma tangan-tangan kasar yang meninggalkan bekas pada kulit putihku.


Entah, apa yang membuatnya seperti itu. Yang pasti, lelaki itu kini tak lagi menjadi pelindung bagiku.


Aku menghapus air mata yang berjatuhan dari pelupukku, saat menatap foto usang Ayah yang menggengam erat tangan mungilku. Dulu.

My Eight December

My Eight December

20131208-194016.jpg

No cake no candle

Hanya sebuah perayaan makan bersama keluarga. Rasanya sudah menyenangkan.
Puluhan doa yang dikirimkan para sahabat dan kerabat adalah hal yang terindah.


Semoga tahun ke depan. Aku menjadi pribadi yang lebih baik. Memiliki karya untuk dibanggakan.

Selamat ulang tahun diriku. Semoga kebahagiaan terlimpahkan untukmu.

Surabaya, 08-12-1984
#31HariFF: Gadis di balik jendela

#31HariFF: Gadis di balik jendela

20131208-181624.jpg

Dari balik tirai aku suka memperhatikan apa yang ada di luar sana.
Sesekali aku mencoba untuk berinteraksi dengan mereka. Melambaikan tangan atau menyunggingkan senyum pada seseorang yang tak sengaja melihat sosokku. Anehnya tak satupun dari mereka menyadari keberadaanku. Meskipun aku melambaikan tangan beberapa kali ke arah mereka.
Seperti hari ini saat aku berusaha beramah tamah pada Ny. Ross --tetangga sebelah rumah. Sayangnya, wanita paruh baya itu tak melihat senyumku. Dia malah asyik berbicara dengan bunganya.


Lamat-lamat aku mendengar suara orang sedang bercakap-cakap. Dengan hati riang aku menuruni tangga. Melihat siapa yang berkunjung.


Aku mengintip dari jendela ruang tamu. Di luar ada 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan muda. Mereka sepertinya sedang mendiskusikan sesuatu.
Tunggu dulu, aku melihat sebuah mata mungil sedang melongok ke dalam rumah.


Aku melambaikan tangan untuk menyapanya. Mata mungil itu mengerjap. Dan, satu tangannya yang juga mungil membalas lambaianku.


Akhirnya, aku punya teman di rumah ini

Aksara Yang berserakan

Aksara Yang berserakan

Ada barisan kata yang masih berserakan di bukuku

semua kisah tentangmu yang tak selesai aku tulis

dan, juga kisah kita yang tiba-tiba berakhir

Inikah saatnya kita berpisah?

Bahkan sebelum sempat kita berjabat tangan

Ah, takdir.

Ternyata kita hanya dipertemukan dalam mimpi

 

Barisan aksara itu masih saja berserakan dalam buku kehidupanku

Menunggu sosokmu untuk menggenapkannya.
#31HariFF: Test Pack

#31HariFF: Test Pack

[caption id="attachment_3192" align="aligncenter" width="640"]Google.com Google.com[/caption]

"Huft....gagal lagi," keluh Nadira saat melihat garis merah satu pada test pack dalam genggamannya. Ada seberkas rasa kecewa bergelayut di dadanya. Semua perjuangannya beberapa bulan terakhir ini terasa sia-sia karena satu garis merah. Ya, hanya sebuah garis merah yang membuat seluruh hidupnya berubah.


****


Setahun sebelumnya.


"Kamu yakin akan melakukan semua ini, Jo?" tanya Bapak dengan raut wajah tak percaya.


"Paijo, yakin Pak. Ini adalah pilihan hidupku," jawab Paijo dengan suara bergetar.  Ditatapnya lelaki paruh baya yang telah membesarkannya itu. Paijo merengkuh jemari-jemari yang mengkisut karena usia, lalu meletakkanya di dada. "Paijo akan baik-baik saja Pak. Kata dokter operasi ini aman. Dan, sebentar lagi bapak akan memiliki anak gadis yang cantik."


#31HariFF: Black Magic

#31HariFF: Black Magic

20131205-182300.jpg

Sumber: google.com

"Apa yang harus saya lakukan Mbah biar Putri jadi milik saya?" Tanya Paijo pada Mbah Murji yang sedang berkomat-kamit di depan bara api yang menyala.
"Yang....kamu harus lakukan adalah menyalakan lilin selama 7 hari dalam kamar," ujar Mbah Murji.
"Hanya itu?" Paijo mengernyitkan dahi.
"Ini memang perihal mudah, tapi sulit untuk dijalankan. Dan, satu lagi. Kamu harus menghindar dari kucing hitam."
"Kucing hitam? Baiklah."
****
Malam semakin larut. Paijo terkantuk-kantuk menjaga nyala lilin di hadapannya. Kemarin saat mendapat syarat dari Mbah Murji semua terlihat mudah, namun kenyataan sulit. Menjaga lilin tanpa harus melakukan apa-apa itu membosankan. Belum lagi serbuan nyamuk yang tak henti mengganggunya.
Meong....meong
Samar-samar Paijo mendengar suara kucing. Dia mendiamkannya. Bukannya berhenti, kucing itu malah semakin keras mengeong.
"Ah, kucing sialan mengganggu saja." Paijo menyambar segelas air di atas nakas. Dia membuka jendela dan menyiramkan air di dalam gelas.
Paijo membeku saat mengetahui bahwa kucing yang dia siram berwarna hitam.


Meong....meong


Paijo menggaruk-garuk tubuhnya yang gatal sambil mengusapkan kedua kakinya ke muka.

#31HariFF: Kotak coklat

#31HariFF: Kotak coklat

20131204-184543.jpg

Sumber gambar: google

Aku sudah memutar pegangan pintu apartemen dan siap masuk ke dalam saat Thomas --tetanggaku datang.
"Ini ada kiriman untukmu." Lelaki berkebangsaan Norwegia itu mengulurkan sebuah kotak coklat berpita merah kepadaku.
"Terima kasih, Tom," ucapku sesaat sebelum lelaki itu kembali ke dalam apartemennya dan menutup pintu. Begitulah Thomas. Dia bukanlah tipe laki-laki yang suka berbasa-basi.
Aku menutup pintu sambil mengapit kotak itu. Kemudian menyalakan lampu apartemenku yang gelap gulita.
Sampai di ruang tengah aku membuka syal yang melilit leherku dan menjatuhkan diri di atas sofa. Kini, perhatianku hanya tertuju pada kotak coklat dalam genggamanku. Tak ada nama pengirimnya. Di sana hanya tertempel sebuah kertas kecil bertuliskan Untuk Marsha.
Aku membolak-balik kotak itu, tapi tak menemukan petunjuk siapa yang telah mengirimnya. Sudahlah. Itu tak penting.
Dengan hati-hati aku menarik ujung pita yang membungkus lapisan luar kotak, membuka tutupnya. Tak ada apa-apa di sana, selain sebuah amplop putih.


Dengan penuh tanda tanya aku mengambil amplop itu dan menyobeknya perlahan.


Sebuah tiket London-Jkt


Ponselku bergetar. Aku mengulum senyum saat melihat sebuah nama tertera di layar.
"Sudah terima hadiahku?" Suara Andi langsung menyerbu saat aku menekan tombol terima.
"Aku baru membukanya. It was surprising me," jawabku.
"Pulanglah, Sha. Aku merindukanmu."
"...."


"Sha...." Suara Andi kembali bergema di telinga.


"Aku akan pulang. Jika, kamu sudah resmi mengurus perceraianmu."

#30HariFF: Buket Pengantin

#30HariFF: Buket Pengantin

20131203-173904.jpg

Sumber gambar: pinterest

"Sayang, temenin aku ke nikahan Putri ya," tukas Dimas saat kami istirahat makan siang.
"Kapan?" Tanyaku malas-malasan.
"Besok. Dandan yang cantik ya." Dimas mencubit lembut daguku.
Aku menggembungkan pipi tak suka.
***
Aku mematut di depan cermin. Memastikan tak ada yang salah dengan riasan dan gaun halter neck berwarna merah marun yang kukenakan. Semua sempurna.
Tinggal menunggu Dimas menjemput.
Sejujurnya, hari ini aku ingin menghabiskan waktu di kamar saja. Menyalakan pendingin kamar, lagu romantis, dan sebuah novel roman yang baru aku beli rasanya lebih menyenangkan. Namun, ajakan Dimas untuk menemaninya ke resepsi Putri tak dapat kutolak. Soalnya Putri adalah sahabat Dimas dan kebetulan aku juga mengenal gadis itu. Jadi, kali ini aku harus sedikit menekan egoku.
Tin...
Bunyi klakson. Aku bergegas keluar kamar menyambut Dimas yang menjemputku.
***

#30HariFF: Permintaan

#30HariFF: Permintaan

20131202-170818.jpg

"Pa, aku mau cincin ini di hari jadi pernikahan kita nanti." Sasa menunjukkan gambar sepasang cincin di salah satu iklan majalah fashion yang digenggamnya.
Ardi yang sedang sibuk dengan pekerjaannya hanya menoleh sekilas, lalu kembali fokus pada laptopnya.
"Pa, coba lihat deh. Baguskan? Belikan ya?" Amelia bergelayut di pundak Ardi sambil menyorongkan gambar cincin di depan suaminya.
"Inikan mahal, Ma. Papa dapat uang dari mana?" keluh Ardi.
"Mama nggak mau tahu. Pokoknya Papa belikan cincin ini sebagai pengganti mas kawin yang sudah Papa gadaikan." Sasa menutup pintu kamar dengan keras.
Sepeninggal istrinya Ardi menghela napas panjang. Dia memijit pelipisnya yang mendadak nyeri setelah mendengar permintaan istrinya.
Dapat darimana uang sebanyak itu?
***
"Di. Kamu jangan lupa tugasmu," ujar seseorang di seberang sana.
Ardi tak menjawab. Dadanya berdebar keras.
"Sudah jangan kebanyakan mikir. Kalau tugasmu berhasil. Kamu bisa dapat 50 juta." Seseorang di sana berusaha meyakinkannya.
Haruskah aku melakukan hal ini? suara hatinya berbicara.
"Pokoknya Papa harus belikan Mama cincin itu." suara rengekan Sasa bergema di telinga Ardi.
"Oke. Tugasku hanya membuat Pak Direktur terkapar kan?"

#30HariFF: Boneka Porselen

#30HariFF: Boneka Porselen

20131201-210934.jpg

"Lihat boneka itu lucu," tunjuk Mika pada teman-temannya.
"Kamu mau beli boneka itu?" Lidya menimpali.
Mika meraih boneka gadis berpita dua itu dalam rengkuhannya. "Iya, boneka ini cantik dan lucu."
"Hii. Kamu nggak takut kalau nanti malam-malam boneka itu bisa berjalan?" Lidya begidik.
Mika mencibir. "Kamu kebanyakan nonton horor." Gadis itu tak memedulikan respon Lidya dan ngeloyor ke kasir untuk membayar boneka dengan perasaan membuncah.
***
Mika
Suara lirih menelusup gendang telinga Mika. Gadis itu menggeliat. Matanya terlalu rapat untuk dibuka. Tak lama kemudian Mika kembali terlelap.
Mika
Suara itu terdengar lagi. Kali ini lebih keras.
Dengan mata setengah terbuka. Mika terduduk. Dia sejenak menarik napas untuk mengembalikan kesadarannya.


Gadis itu membeku saat mengarahkan pandangannya ke sudut jendela. Boneka porselen itu menatapnya sambil tersenyum


"Mika kita main yuk."

Fragmen Masa Lalu

Fragmen Masa Lalu

[caption id="attachment_3156" align="aligncenter" width="638"]Sumber: Zayd Ustman Sumber: Zayd Ustman[/caption]

Sore itu langit di Jakarta telihat muram. Arakan awan kelabu pekat memenuhi langit ibu kota. Samar-samar suara petir bersahutan di bentangan cakrawala. Menyisakan kilatan cahaya dan suara yang berdentum di angkasa.


Seorang laki-laki nampak tak terganggu dengan keadaan langit yang semakin gelap yang kemudian diikuti oleh milyaran butir air yang berjatuhan dari langit. Lelaki itu bergeming. Dia membiarkan air hujan membasahi tubuhnya.







"Rena pasti datang...pasti," racaunya di sela-sela guyuran air hujan yang menderas. Lelaki itu tetap bertahan.Ujung-ujung giginya bergemeretak, tubuhnya kurusnya kian menggigil tapi dia tetap bertahan membiarkan dirinya di bawah kucuran air hujan.

"Aku pasti akan menunggumu, Ren. Menunggumu datang." Lelaki itu merapatkan pelukan di tubuhnya. Berharap mengurangi dingin yang mulai menusuk ke dalam kulitnya. Semua sia-sia. Seberapa pun kuatnya pelukan itu, tubuhnya tetap saja menggigil.


 "Hentikan semua ini, Ndre." sebuah suara melindap di telinga lelaki itu.


Lelaki itu mendongak. Sebuah payung berwarna pelangi tepat di atas kepalanya dalam genggaman seorang gadis.


"Amel? Untuk apa kamu kesini. Sana pergi. Nanti Rena melihat kita," Rendra mengibaskan tangannya.


"Rena tak akan datang, Ndre," ucap Amel sambil tetap berusaha memayungi lelaki di hadapannya. Gadis itu melupakan tubuhnya yang mulai membasah karena payung yang dibawanya tak cukup melindungi mereka berdua.


"Rena pasti datang, Mel. Dia sudah janji." tubuh Andre bergetar.


"Sampai kapan kamu akan terus-terusan begini?" teriak Rena. Suara lantangnya terhalangi suara hujan yang menderu-deru.


Bahasa Cinta

Bahasa Cinta

20131128-185215.jpg

Sumber foto: koleksi Pribadi


 

Aku menurunkan novel di genggamanku. Lalu, pandanganku terarah pada lelaki berpotongan spike tengah memotret seekor kupu-kupu yang hinggap di atas bunga.
Aku mengulum senyum. Beberapa hari ini, Arya sedang tergila-gila dengan dunia fotografi. Hampir setiap waktunya tak bisa lepas dari DSLR yang tergantung di lehernya. Kecuali sedang tidur.
"Hai," aku melambaikan tangan ke arahnya.
Arya menoleh, lantas meletakkan satu jarinya di bibir sebagai tanda untuk tidak berisik. Aku menurutinya. Membiarkan lelaki itu sibuk dengan buruannya.
Aku menghela napas. Harusnya hari ini menjadi istimewa. Tepat di tanggal ini dua tahun lalu aku dan Arya resmi menjadi pasangan kekasih. Tapi, hari ini tak ada perayaan apa pun. Arya malah memintaku untuk menemaninya mengambil gambar di taman komplek.


Huft. Sekali saja aku ingin seperti pasangan lainnya yang menghabiskan waktu bersama pasangannya dengan kegiatan yang menarik. Misalnya nonton bioskop, makan di cafe. Bukan menunggui orang yang asyik dengan dunianya sendiri.
"Bosan?" Arya menghampiriku tanpa rasa bersalah. Lelaki itu ikut menjatuhkan diri di sampingku.
Aku menggembungkan pipi sebagai bentuk kekesalan pada Arya.


Bukannya mencoba mendinginkan hatiku. Arya hanya diam saja tanpa suara. Dari sudut mataku, kutemukan lelaki sibuk melihat hasil jepretannya hari ini. Aku mengerang. Rasanya ingin kulemparkan buku di atas pangkuanku.


Aku hendak bangkit meninggalkannya, saat sebuah sentuhan lembut menggenggam buku-buku jemariku. "Maaf. Aku sudah membuatmu bosan hari ini."


Hening.


Arya meletakkan dua tanganku di dadanya. Tanpa kata lelaki itu memagut lembut bibirku. Aku memejamkan mata. Membiarkan aliran hangat bergelenyar di dada. Semua rasa marah yang tadi penuh sesak kini menguap. Menyisakan rona merah di kedua pualam pipiku.



Aku membenamkan diri di dada Arya. Menikmati hari istimewa dengan cara kami sendiri.




Kami memang memiliki kesukaan yang berbeda. Arya dengan kamera dan aku dengan buku. Tapi, cinta menyatukan kami menjadi satu


Satu Permintaan

Satu Permintaan

20131127-035414.jpg

"Selamat pagi anak-anak." Annie menyapa muridnya dengan suara lantang.
"Pagi, Bu." suara koor anak-anak menyerbu gendang telinganya.
Gadis berusia 25 tahun itu mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Hampir separuh dari murid-muridnya tampak tak memedulikan kehadirannya. Ada yang mengobrol, ada yang asyik membaca dan beberapa lain terlihat acuh dengan keriuhan di dalam kelas.
Annie menghela napas. Ini hari pertamanya mengajar dan dia tak harus melakukan apa untuk menarik perhatian anak-anak didiknya itu
Ting.
Tiba-tiba terlintas sebuah ide. Annie membuka tas kerjanya. Dia mengeluarkan beberapa tumpukan kertas aneka warna yang masih terbungkus plastik. Annie merobek plastik itu dengan hati-hati, lalu perlahan mengeluarkan kertas berwarna-warni.
"Baiklah, pelajaran pertama hari ini. Kita mulai dengan membuat origami bangau." Annie berjalan membagikan kertas dalam genggamannya.
"Yah. Kita bukan anak TK Bu." salah seorang berkomentar.
Annie terus melangkah tanpa memedulikan tatapan sebal dari murid-muridnya.
****
"Bu Annie."
Annie selesai merapikan mejanya dan hendak keluar dari ruang guru saat seseorang memanggilnya.
"Ya." Annie membalikkan punggungnya dan mendapati Meta, siswa kelas 1 sedang berdiri di belakangnya.
"Ada apa Meta?"
Gadis itu tak bersuara. Dia mengeluarkan sebuah kotak kayu berukuran 8x8 cm dari tasnya. Dengan tangan gemetar Meta mengulurkan kotak dalam genggamannya pada Annie.
"Ini seribu bangau. Bisakah orang tua saya tidak jadi bercerai?"


Sumber foto: Zayd Ustman

Kamu

Kamu

 

[caption id="attachment_2588" align="aligncenter" width="500"] dari Favim.com dari Favim.com[/caption]

Aku mengagumimu layaknya ribuan aksara yang berserakan dalam cerita-cerita roman

Aku menggilaimu layaknya secangkir madu hangat yang kuseduh setiap pagi

Kamu,

Lelaki yang menyematkan senyuman di bibirku

Menciptakan debaran hangat di dadaku

dan, selalu membuat lidahku kelu.

 

Kamu,

 

Aku menggilaimu dengan seluruh hatiku


Waktu tak pernah menunggu

Waktu tak pernah menunggu

20131126-040335.jpg

"Aku mau setangkai mawar," ucapnya saat kami bertemu.
"Setangkai mawar?" Alisku terangkat
"Iya. Setangkai mawar merah yang baru dipetik," ucapnya setengah merajuk. Aku bisa menangkap sorot kebahagiaan yang terpancar dari sepasang mata almond yang tengah menatapku.
"Hmm, baiklah. Aku akan membawakan pesananmu." Aku menyentuh ujung rambut Kania. Lalu, mendaratkan bibirku di keningnya.  "Sekarang waktunya kamu istirahat."
Seulas senyum terukir di bibir mungil Kania. Tak lama sepasang mata bulat milik Kania tertutup.


****


Tunggu aku
Sent


Aku menjejalkan ponselku ke dalam saku celana dan bergegas masuk ke dalam Jazz Hitam milikku. Menyalakan mesinnya dengan cepat. Lima menit kemudian dengan lincah mobil hitam yang kukendarai membelah jalanan yang masih lengang. Ini pukul 04.00 dini hari, saat di mana orang-orang masih bermain dengan mimpinya. Dan, aku sudah berada di jalanan menikmati dinginnya pagi.


Sepanjang perjalanan bibirku tak berhenti bersenandung. Hatiku sedang berbunga-bunga. Akhirnya aku mendapatkan pesanan Kania, walaupun harus mendapatkan tatapan sebal dari Rasya karena telah membangunkannya di pagi buta. Tak mengapa. Ini demi Kania.


Masih fokus dengan kemudi. Tangan kiriku mengambil sesuatu dari samping kursi penumpang. Dengan hati-hati tanganku menggenggam setangkai mawar yang masih berduri. Aku lupa, harusnya duri-duri di daun itu telah kutanggalkan supaya tak menyakiti jemari Kania yang selembut kapas.
Aroma khas bunga berwarna merah itu langsung menyerbu indra penciumanku. Aku melengos. Aku tak suka aroma mawar, tapi Kania --gadisku begitu tergila-gila dengan mawar.


Ponselku berdering.
Aku melambatkan laju kendaraan agar bisa melihat siapa yang menelponku pagi-pagi begini.


Seluruh persendianku melemas saat membaca sebuah pesan singkat yang masuk ke ponselku.


Van, Kania baru saja pergi. Maafkan dia tidak bisa menunggumu lebih lama lagi.  Tolong iklaskan kepergiannya.


Sumber foto: koleksi Zayd ustman

Jarak

Jarak


Andai saja jarak dapat dilipat dengan mudah. Aku ingin berlari ke dalam pelukanmu. Untuk sekadar menghidu aroma parfum yang menguar dari tubuhmu


Kamu

Kamu

[caption id="attachment_2767" align="aligncenter" width="640"]http://google.com http://google.com[/caption]

 

Mungkin ini bukan cinta

Ini hanya perasaan nyaman di saat aku bersamamu

perasaan yang membuatku merasa aman saat di sampingmu

 

Aku tahu tak akan pernah ada kata "kita"

karena kita hanya aku dan kamu yang saling melintas

berpapasan untuk saling mengajarkan tentang cinta

 

kelak, jika di ujung jalan kita berjumpa

aku ingin mengenangmu sebagai lelaki yang pernah menyisipkan rona merah di pualam pipiku
Seandainya menjadi Jurnalis Perang

Seandainya menjadi Jurnalis Perang

Jika kamu seorang jurnalis Perang, kamu ingin meliput di negara mana?


Inggris. Kota London


Memangnya di London ada perang?


Kagak. Ya pokoknya aku mau London. Masalah perang atau nggak itu urusan belakangan. Siapa tahu nanti di London ada perang boyband :D.


Ngasal banget sih postingan ini.


Terus terang saya nggak pernah bermimpi menjadi jurnalis perang. Soalnya saya nggak suka berada dalam tekanan dan negara yang penuh dengan ancaman. Sebut saja saya penakut. Nggak papa deh ketimbang di sana saya malah bikin semua orang repot.

Jika aku Presiden

Jika aku Presiden

Hoho..tema ini cukup lucu juga dan bikin garuk-garuk kepala. Pasalnya aku nggak pernah bermimpi ingin jadi Presiden. Kebayang gimana beratnya harus mengatur negara. Wong ngatur diri sendiri aja sulit.


Oke, balik ke topik utama.


Apa sih yang akan kamu lakukan jika menjadi Presiden?


Pertama, saya akan membenahi sistem pendidikan yang ada. Membenahi mekanisme perekrutan guru agar SDM untuk mengatur pendidikan lebih terjamin.


Kedua, memperbanyak taman kota. Ingin rasanya Indonesia memiliki taman-taman keren kayak di London. Ya, walaupun kita tidak punya musim yang sama dengan negara-negara Eropa. Rasanya tidak salah menikmati daun berguguran di taman yang indah.


Rasanya cukup segini aja. Nggak sanggup membayangkan jika jadi Presiden beneran :))


One night

One night

hot-relationship-black-and-white-couple-Favim.com-656592



Aku masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana Evan menciumku semalam. Tanpa persiapan apapun, tiba-tiba saja lelaki itu mendaratkan bibirnya di atas lipatan bibirku. Lembut. Dan, aku hanya bisa memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan bibirnya bergumul, mengecup permukaan bibirku, lalu tanpa sadar kedua tanganku sudah memeluk lehernya erat. Kami berdua hanyut malam itu.


Pagi ini, ketika aku terbangun. Hal kali pertama yang aku ingat adalah aroma bibir Evan yang masih menempel di bibirku. Aroma tembakau. Lelaki itu adalah seorang perokok, jadi wajar saja jika aroma tembakau menguar dari bibirnya. Sejenak, aku tersenyum sendiri lalu meraba pipinya yang mulai memanas. Mengingat Evan, seluruh tubuhku memanas.


Hubungan kami baru seumur jagung, jadi wajar kalau cinta itu masih terasa hangat-hangatnya. Seringkali aku merasakan gempa kecil di dada dan perutku. Kemudian, pualam pipi yang merona saat lelaki itu menyentuhkan buku-buku jemarinya di pipiku. Ah, Evan memang pandai memperlakukan wanita.


Lamat-lamat kudengar suara ponsel berdering. Aku masih yang terduduk di pinggiran tempat tidur spontan berdiri. Mencari di mana ponsel kecil itu berada. Di saat dibutuhkan begini benda itu mendadak menyembunyikan diri. Aku mencoba mengingat-ingat di mana aku meletakkannya semalam. Ah, akhirnya aku ingat. Semalam aku dan Evan berkirim pesan singkat hingga malam, dan tentu saja ponsel itu pasti berada di atas tempat tidurku. Aku membolak-balik selimut, bantal, dan juga guling yang berserakan. Akhirnya, kutemukan juga benda yang sedang berkedip-kedip. Aku tersenyum. Nama Evan tertera di sana.


"Hallo." Aku berjalan ke dekat jendela. Menyingkap sedikit tirai yang menutup kaca jendela kamarku.


"Ka, bisa kita bertemu hari ini?" sambut Evan tanpa membalas sapaanku.


Ada perasaaan tidak nyaman saat Evan tak membalas sapaanku dan mendadak ingin bertemu. Padahal semalam kami sudah makan malam bersama, lalu dilanjutkan dengan saling berkirim pesan hingga larut malam. Apa sesuatu telah terjadi?


Aku menggelengkan kepala, membuang semua pemikiran negatif dari benakku saat ini. Mungkin saja Evan memang ingin bertemu denganku saja. Bukankah wajar jika yang namanya kasmaran selalu ingin bertemu. "Bisa, kita mau ketemuan di mana?" tanyaku.


"Di tempat biasa pukul 15.00."


***


"Aku ingin semua ini berakhir, Inka." Suara berat Evan melindap di gendang telingaku.


Aku mendongak. Menatap pada dua buah manik mata hitam yang biasa menelanjangi diriku. Lelaki itu tertunduk. Hatiku terasa diremas-remas. Ini bukan Evan yang biasa menatapku dalam-dalam.


Aku merasakan firasat buruk.


"Kenapa Evan?" tanyaku dengan nada setenang mungkin.


"Aku tak bisa menjanjikan apa pun padamu," jawab Evan lirih.


Jawaban macam apa ini?


"Aku tak pernah memintamu menjadikanku yang pertama," aku meraih jemarinya. Mencari sisa kehangatan di buku-buku jemarinya.


Evan membalas remasanku pelan. "Aku tak mau menyakitimu lebih lama lagi, Inka."


Aku mencebik.


Aku sudah mempersiapkan hatiku jauh-jauh hari untuk kausakiti sejak kita bertemu dalam keadaan tidak sadar dalam sebuah kamar tanpa sehelai benang.

Hidupku seperti Semangkok Rujak Buah Pedas

Hidupku seperti Semangkok Rujak Buah Pedas

 Google.com 


Hidup ibarat semangkok Rujak Buah pedas di mana rasa manis, asam, gurih dan tentu saja pedas bercampur menjelma kemeriahan.

Saya pernah merasa sangat senang, merasakan kekalahan, ketakutan, sedih yang berkepanjangan dan tentu saja orang-orang yang mungkin tak menyukaimu. Tapi, saya belajar bahwa semua rasa itu menjadikan hidup penuh tantangan. Dan, selalu saja ada cara mengalahkan semua itu.

Ya. Bagi saya hidup itu ibarat semangkok rujak buah pedas, di mana semua rasa menjadi satu, tapi menjadikanmu lebih 'hidup.'

Hidup itu tak pernah mudah untuk dijalani, tapi bukan berarti menjadikanannya sebuah beban. Tak selamanya rasa manis akan hadir dalam hidupmu. Ada kalanya rasa asam yang akan merajai hampir seluruh hidupmu atau bahkan guyuran rasa pedas akan membuat hidupmu semakin berat. Tapi, percayalah semua rasa itu akan membuat hidupmu lebih berwarna.

Bagaimana jika hidupmu datar dan tak ada tegangan yang akan membuatmu bersemangat? Mungkin kamu akan menghabiskan waktu sepanjang harimu hanya untuk merutuki nasib yang tak berputar. Monoton, bukan?