Orang Ketiga Pertama

Orang Ketiga Pertama

Aku membuka jendela kamarku lebar-lebar, membiarkan angin malam masuk ke dalam. Tak kupedulikan nyamuk yang mungkin mengambil kesempatan untuk masuk ke dalam kamar.


Sayup-sayup terdengar alunan suara Taylor Swift dari ponselku yang sengaja kugunakan untuk pemutar lagu sebagai pemecah kesunyian.


"We are never ever ever getting back together, we are never ever ever getting back together,"   aku ikut menyanyikannya dengan sepenuh hati sambil sesekali melakukan gerakan waltz di jendela.


Aku berjalan ke arah meja, menyambar sebungkus rokok lengkap dengan korek apinya. Kuambil sebatang lalu dengan cepat menyulutnya. Kunikmati setiap hembusan asap yang mulai memenuhi dadaku, lalu dengan cepat kukeluarkan lewat hidung.


Aku memutar arah,  menyandarkan tubuhku di jendela melihat betapa berantakannya kamarku. Di meja bercangkir-cangkir bekas kopi semalam masih berada di atas meja, di samping foto-foto yang tersebar hampir di seluruh penjuru meja.


Aku menarik napas panjang. Aku benar-benar kelelahan, setelah semalaman harus menelanjangi semua foto-foto itu. Mungkin terlihat bodoh, tapi itulah tugas yang diberikan boss besar. Mempelajari semua foto-foto itu, hingga mendapatkan gambaran yang tepat.


Drrt...drrttt


Ponsel di atas mejaku bergetar.  Kurasakan jantungku berdetak cepat, beberapa peluh menetes dari dahiku. Segera kutekan tombol hijau.


"Orang Ketiga Pertama."


Klik..pembicaraan terputus.


Segera kusambar tas hitam yang sejak tadi kuletakkan dekat pintu, dan berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa.


Sekarang waktunya, dan harus tepat sasaran.

Selamat Tuan, kamu telah kehilanganku

Selamat Tuan, kamu telah kehilanganku

Sebut saja aku orang yang sensitif.  Mudah meneteskan air mata, ketika melihat sesuatu yang begitu menyentuh. Tapi, jangan panggil aku cengeng. Sebab, aku hanya menangis saat hatiku ingin menangis.


Ketika aku putus denganmu, lalu kau membayangkan aku akan menangis meraung-raung, meratapi punggungmu yang menjauh itu, tentu kamu salah besar. Aku tak menangis sedikit pun.


Mungkin, terasa perih di hati, tapi sayangnya otak tak menyatukan hati dan mata. Hujan di mataku tak lagi turun hanya untuk menangisi kepergianmu.


Kamu, boleh saja berbangga hati karena mendepakku dari hatimu. Tapi, ingatlah tentang satu hal. Kelak, akulah yang akan menuai garam di atas luka hatimu yang membasah.


Silahkan kau panggil aku pendendam.


Maaf, rasanya terlalu disayangkan jika aku harus membuang waktuku untuk itu.


Selamat, Tuan. Kamu telah kehilanganku :)


im-sorry

Tentang Anak-anak

Tentang Anak-anak

Malam ini, tiba-tiba saja saya ingin membahas sedikit tentang pendidikan anak.


Sebagai pendidik, tentunya ada saja hal yang menggelitik untuk saya bahas. Kali ini, saya lebih menyoroti tentang pendidikan anak usia dini.  Dan, bahasan dalam tulisan ini, saya ambil dari pengalaman diri sehari-hari.


Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan ananya tak mengenal warna dasar.


Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan anaknya tidak mengenal bentuk-bentuk dasar.


Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis.  Dibandingkan anaknya tidak mengenal dunia luar


Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis.  Dibandingkan anaknya tidak tersenyum  dan tidak memiliki rasa ingin tahu.


Hal ini sedikit menganggu buat saya, ketika beberapa orang tua mengambil raport dan saya mengemukakan beberapa permasalahan anak mereka. Dan, hampir semua orang tua bertanya tentang kemampuan membaca dan menulis anaknya :((


Tidakkah mereka peduli terhadap perkembangan yang lain? Bukankah kemampuan membaca dan menulis masih bisa dipelajari, dibandingkan sebuah perilaku atau dunia anak-anak yang takkan pernah terulang lagi


Semuanya kembali kepada anda :)

Aksara yang berserakan

Aksara yang berserakan

280ef7b439d8e463ee0f7099b1111548







Ribuan aksara tergeletak tanpa nyawa, ketika pena tak lagi menuliskan kisah

cinta kita.

Luka di dadaku masih saja terlalu basah untuk kau lukai

Tuan, kenapa dengan mudahnya kau hunuskan sebilah belati tepat di luka lama?

Aku terkapar karena cinta menoreh dadaku.

Tak akan ada lagi barisan larik-larik berisi tentang kamu

Tak akan ada lagi ribuan aksara yang kupintal untuk memujamu

Cukup Tuan. Cukup sekali saja pisau itu kau hunuskan tepat di dadaku

Sebab cinta tak selamanya bersemayam di sana

Kini ribuan aksaraku tergeletak di antara kertas-kertas usang, karena dirimu telah lama mati di benakku.

Tentang Hidup

Tentang Hidup

 

Bahwa hidup tak selamanya terang, akan ada masa di mana kita akan melewati zona tergelap dalam hidup. Di sanalah kita akan diuji. Siapa yang sanggup melewatinya, akan ada jalan yang menuntunmu dalam sinar terang.


Trip to Yogya

Trip to Yogya

Hai, apa kabar semua?


Sebenarnya perjalanan ini sudah berlangsung seminggu yang lalu, tapi tak apalah kalau saya ingin buat artikel tentang perjalanan.


Selamat menyimak :)


Rasanya sudah lama tak berkunjung ke kota Yogyakarta, kota dengan banyak cerita dan tempat yang tak bosan untuk dikunjungi.


Ketika duduk di bangku kuliah, saya sering berkunjung ke kota ini, kebetulan kakak perempuan saya tinggal di sana. Jadilah, Yogya menjadi jujukan kami sekeluarga untuk berlibur.


Nah, semenjak saya mulai berkerja. Rasanya tak ada waktu untuk pergi ke suatu tempat dalam waktu yang lama. Maklum liburnya hanya sabtu-minggu.


Dan buat saya, perjalanan kemarin terasa istimewa dan banyak sekali kejadian yang menarik untuk diceritakan.


Pertama: Dimulai keberangkatan yang terlambat dari waktu yang ditentukan, lalu berlanjut ke bus yang mendadak acnya mati. Sempat diperbaiki, tapi malah membuat mesin jadi mati. Jadi, rombongan harus menunggu satu jam untuk diperbaiki. Setelah selesai diperbaiki kita diberi bus pengganti yang lebih baik.


Kedua: Keberangkatan yang molor, membuat kedatangan juga terlambat. Seharusnya kami sampai di kota jogja jam 3 sore, ternyata baru sampai hotel jam 10 malam. Waw, 12 jam perjalanan. Akhirnya semua acara dibatalkan.


Tapi, semua hal itu terbayarkan ketika diajak ke gua pindul. Jujur, saya belum pernah masuk gua yang alami, dan ketika sampai di sana saya sangat bersemangat.


Hei, ternyata untuk mencapai gua tak semudah yang kubayangkan. Kita harus berjalan tanpa alas kaki sambil membawa ban yang ukurannya lebih besar dari badan, melewati tangga yang sempit, curam, dan licin, terakhir duduk di atas ban.


Semua perjuangan itu terbayar ketika ban mulai masuk mulut gua, waw. Saya disuguhi pemandangan yang luar biasa, stalagtit dan stalagmit yang besar-besar, udara dingin, pokoknya luar biasa.


Ada satu hal yang bisa saya pelajari ketika masuk goa ini. Ketika memasuki Zona paling gelap, membuat saya sedikit merenung.




Bahwa hidup tak selamanya terang, akan ada masa di mana kita akan melewati zona tergelap dalam hidup. Di sanalah kita akan diuji. Siapa yang sanggup melewatinya, akan ada jalan yang menuntunmu dalam sinar terang.



Hari terakhir di Jogja, dilewatkan dengan mengunjungi Merapi. Saya tak sempat naik, jadinya melihat-lihat dari bawah.


Sekian sekilas perjalanan saya ke Jogja


Have a nice day everyone