Pulang
Sejauh apapun kaki akan melangkah, hatimu; yang kusebut rumah adalah sebaik-baiknya jalan pulang. (@rivelno)
Delapan Desember Dua Ribu Dua Belas
Delapan Desember Dua Ribu Dua Belas, ketika semua doa dipanjatkan untukku
Delapan Desember
Di mana Tuhan melahirkanku ke dunia
Delapan Desember,
Di mana Tuhan menitipkan banyak berkah dan harapan di hari kelahiranku
Delapan Desember,
Di mana kedua orang tuaku tersenyum menyambut kedatanganku di dunia
Delapan Desember,
Di mana aku bisa melihat dunia untuk pertama kalinya
Delapan Desember Dua Ribu Dua Belas,
Ketika semua doa dipanjatkan untukku
Happy Birthday To Me
Hari ini usiaku tepat 28 tahun. Tak ada perayaan khusus. Cukup merayakannya dengan sebuah tulisan untuk mengabadikan kenangan hari ini.
Bangun tidur disambut oleh dua sms dari seorang teman dan keponakan, lalu pergi bersepeda berkeliling komplek. Cukup sesederhana itulah caraku memaknai hari kelahiran.
Tahun ini, aku telah melewati banyak hal hebat, bertemu dengan orang-orang baru yang luar biasa. Begitulah cara Allah membahagiakanku.
Terima kasih buat semua teman, sahabat yang memberikan banyak doa dan ucapan pagi ini. Semoga semua doa-doa yang kalian panjatkan dikabulkan oleh SWT.
Selamat ulang tahun untuk diriku,
Semoga Allah selalu menguatkan hatimu, memberi kesehatan, selalu tersenyum.
Surabaya, 08-12-2012
Percakapan malam dengan hati
Aku terluka.
Lagi?
Huft, terlalu sering ya aku patah hati?
*tertawa
Apa yang kau tertawakan?
Kepolosanmu itu...
Kepolosan, maksudmu?
Maaf, bukan bermaksud mengejekmu. Hanya saja, buatku kamu terlalu polos. Kamu terlalu baik kepada semua orang.
Apakah itu salah?
Tidak, Dear. Hanya saja kamu harus lebih belajar untuk mawas diri. Tak semua orang bisa membalas kebaikanmu.
Aku harus berubah?
Sure, semua orang butuh berubah. Bukankah kamu tak ingin tersakiti lagi? Aku perhatikan kamu masih diam-diam mengaguminya, benarkan?
*menghela napas
Oke, jujur aku masih diam-diam mengamatinya. Entahlah, susah buatku untuk melupakan dia.
Why? Bukankah dia sudah tak lagi mengingatmu, bahkan tak berniat menghubungimu.
Kupikir rasa itu masih tersisa di sudut hatiku. Aku tahu dia tak lagi memperdulikanku lagi, tapi rindu ini selalu mendesak keluar. Lalu aku bisa apa?
Bisa melupakannya. Gampang, kan?
Tak semudah itu aku melupakannya. Ada kebiasaan yang tak bisa ditinggalkan begitu saja.
Bukan tak bisa. Hanya saja kamu yang masih menggenggamnya terlalu erat. Longgarkanlah, biarkan dia pergi.
Haruskah?
Harus. Jika kamu terus menengok ke belakang, kamu sudah melewatkan beberapa pria baik untukmu.
Kamu layak dapat yang terbaik
(Percakapan menjelang malam dengan hati)
So yesterday
I'm just a bird that's already flown away
Yang lalu biarlah berlalu
Mari hadapi hari baru
Buang semua kisah usang
GA Ya Allah Beri Aku Kekuatan
Mereka Panggil Aku Robot
Pernahkah kalian merasakan bagaimana jika salah satu organ terpenting dalam hidup kalian digantikan fungsinya oleh benda ciptaan manusia?
Itulah diriku.
Mungkin kalian yang pernah bertemu diriku pasti bertanya “Bagaimana bisa?” Apalagi kalau melihat fisikku yang terlihat sehat dari luar.
Ah, andaikan kalian mengerti bagaimana keadaanku sebenarnya.
Aku adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara. Menurut ibuku, sejak dalam kandungan tak ada yang salah dengan perkembangan tubuhku bahkan ketika lahir. Seluruh anggota tubuhku lengkap, tanpa cacat. Hanya saja, kata mami berat badanku berbeda jauh dari kedua kakakku, yaitu 2,7 kg. Jadi, ketika melahirkanku mami tidak sesakit ketika melahirkan kakakku.
Mami menyusuiku hanya dua bulan, sebab kata mami aku selalu menangis saat disusui, dan cepat berhenti. Tubuhku juga sangat kurus, tak ada kenaikan berat badan. Tubuhku ketika bayi memang sangat rentan. Hampir setiap minggu mami selalu membawaku ke dokter. Kondisi ekonomi keluarga juga sedang tidak baik, jadi mami hanya membawaku ke dokter umum.
Suatu hari perutku kembung, karena setiap pergi ke dokter umum tak mendapat penjelasan yang pasti. Mami membawaku ke dokter penyakit dalam. Bagaikan disambar petir, Mami dan papi mendapatkan vonis yang menakutkan. Aku didiagnosa kelainan jantung bawaan.
Dokter merujuk kami ke RSUD yang ada di Surabaya. Di sana aku mendapatkan pemeriksaan lengkap. Dokter menyuruh agar aku segera dioperasi. Mami dan papi menolak. Usiaku saat itu masih terlalu kecil, 6 bulan. Selain itu kami terbentur masalah biaya. Dengan berat hati mami memutuskan membawaku pulang.
Papi yang seorang anggota Polisi mendapat tugas untuk berangkat ke Papua selama setahun. Sungguh, berat perjuangan mami. Ketidakhadiran papi dan harus mengurus tiga anak yang masih kecil.
Sebagai anak sakit, mami dan papi begitu menjagaku. Aku tak boleh main jauh-jauh, bahkan sekedar bermain dengan temanku. Masa kanak-kanakku banyak aku habiskan sendirian. Jangankan untuk main, berjalan beberapa langkah napasku sudah terengah-engah.
Kenaikan kelas dua tiba. Mami kembali mendapat surat dari rumah sakit. Dokter memintaku agar segera melakukan pemeriksaan. Karena letak rumah yang jauh dari rumah sakit, kami harus berangkat pagi-pagi.
Aku kembali melakukan serangkaian pemeriksaan. Dari hasil pemeriksaan diketahui lubang di jantungku semakin besar, kalau tidak segera dioperasi akan membahayakan nyawaku.
Ternyata sebelum dilakukan operasi, ada rangkaian pemeriksaan yang harus kembali aku lakukan. Gigiku harus bersih, jadi semua gigiku yang terlihat gigis, lubang harus dicabut. Selesai dengan pemeriksaan gigi, aku kembali dirujuk ke THT. Diketahui aku terkena amandel. Mau tidak mau aku harus melakukan operasi amandel.
Usiaku saat itu 7 tahun, beruntung aku menjadi anak yang kuat. Kalau lelah dengan pemeriksaan, biasanya aku menangis. Dan sabar mami selalu membisikkan doa dan menyemangatiku. Satu kata-kata mami yang selalu kuingat, “Kalau merasa sakit berdoalah, maka Allah akan menghilangkan sakitmu,”
Operasi amandel berjalan lancar, dokter THT menyatakan bersih. Aku pun mulai masuk RS lagi untuk persiapan operasi utama. Sebelum operasi utama tiba, lagi-lagi aku melakukan serangkaian pemeriksaan.
Yang paling menyakitkan buatku adalah katerisasi. Kedua pahaku dibius, lalu dokter memasukkan dua buah kawat panjang melalui paha hingga jantungku. Rasanya sangat sakit, tapi hebatnya aku tak menangis. Selama katerisasi, dokter mengajakku bercakap-cakap. Terakhir, dokter menyemprotkan cairan panas ke dalam jantungku. Aku hanya meringis menahan panas.
Semua pemeriksaan telah selesai, aku pun siap dioperasi. Ah, aku paling benci disuntik dan dimaksukkan ke dalam ruangan pra-operasi. Mami dan papi tak ada di sana. Aku hanya bisa menangis.
Hari operasiku tiba, kata mami berlangsung lama. Mulai dari pukul 08.00-16.00. Saat keluar dari ruangan operasi, aku seperti robot dikelilingi banyak kabel.
Operasi bisa dibilang berhasil, aku sudah bisa merasakan perubahan baik dalam tubuhku. Di hari keempat di ruang ICU, tiba-tiba tekanan darahku menurun, aku kehilangan kesadaran. Beruntung aku bisa selamat. Tapi, keesokan harinya tekanan darahku kembali menurun, aku kembali kehilangan kesadaran.
Menurut dokter, jantungku tidak kuat memompa darah hingga detaknya tidak sempurna seperti manusia normal lainnya. Untuk itu, dibutuhkan alat pacu jantung untuk menormalkannya. Aku kembali dioperasi untuk ketiga kalinya.
Yah, hingga sekarang alat pacu jantung itu masih tersimpan rapi di jantungku. Bahkan aku punya dua: satu di perut, satu lagi di dada. Setiap 8-10 tahun, pacu itu harus diganti kalau tidak detak jantungku akan kacau.
Robot
Panggilan itu sudah biasa aku dengar sejak jaman sekolah, teman-temanku suka memanggilku begitu. Marah? Pasti.
Masa-masa awal pake pacu ini aku mengutuk Allah yang tak adil. Aku sempat ingin mengakhiri hidupku, karena tak ingin membuat kedua orang tuaku terbebani, dan aku sudah muak dengan perlakuan orang.
Sekarang?
Aku paling bersyukur. Allah menitipkan kasih sayangnya lewat sakitku ini. Tak kupedulikan lagi cemoohan orang. Biarlah, bukankah Allah sudah menentukan jalan yang terbaik untukku.
Kalian tahu, aku terlihat lebih sehat dari orang-orang normal.
Someone Like You
Berulang-ulang potongan lirik lagu yang dipopulerkan oleh adele ini bergema di telingaku. Lirik lagu ini seolah memberikan semangat baru, bahwa kelak aku akan menemukan seseorang yang lebih baik darimu. Ya, pasti.
Insya Allah
Kepada Kamu yang masih saja bermain-main di benakku,
Semoga kamu selalu bahagia dengan pilihanmu.
Nevermind I'll find someone like you
Ya Allah Berikan Aku Kekuatan (Sebuah Review)
Judul Buku : Ya Allah Beri Aku Kekuatan
Penulis : Aida MA
Penerbit : Quanta
Tebal Halaman : 345 Halaman
Allah menciptakan hati wanita dengan kekuatan hebat, walaupun berungkali didera rasa sakit dan cobaan
Buku Ya Allah Beri Aku Kekuatan berisi kisah nyata para wanita yang diuji. Sang Penulis, Aida MA menuliskan setiap kisah dalam bentuk apik, seperti membaca kumpulan cerpen. Saat membaca buku ini saya seperti membaca sebuah cerita. Di setiap cerita yang disajikan, ada banyak ayat-ayat Al Quran dan hadis Nabi Muhammad SAW sebagai pembahasan, sehingga ada pengetahuan baru buat pembaca, terutama soal agama.
Ditengah kejenuhan saya membaca buku fiksi. Buku ini sangat menghibur, membuat saya terhenyak, meneteskan airmata hingga halaman terakhir. Rasanya ada kekuatan baru yang membuat saya lebih bersyukur menjalani cobaan dari Allah.
Tak hanya itu, buku ini memberikan gambaran betapa Allah menciptakan wanita dengan sebuah kelebihan, yaitu hati yang tegar walaupun berulangkali didera cobaan dan rasa sakit.
Ada banyak pelajaran yang bisa saya petik di dalamnya, tentang pernikahan, keluarga, ketegaran ketika mendapatkan cobaan. Sesudah membaca buku ini, saya sedikit merenung dan sedikit malu. Beberapa hari ini saya mewek karena patah hati, ternyata di luar sana ada banyak wanita tegar ketika diuji yang lebih berat.
Ya Allah, ampunilah hamba yang masih terkadang berprasangka.
Satu kata untuk buku ini, benar-benar memberikan pencerahan bagi kita para wanita :)
Tidak ada sebaiknya pertolongan, kecuali dari Allah SWT
Lengkungan Senyum di bibir Pelangi
warna-warna yang biasa menyelimutinya luruh bersama rinai hujan yang berjatuhan dari langit
Pelangiku kehilangan senyumannya
Kucoba bertanya padanya tentang, "ada apa gerangan?"
Dia, diam seribu bahasa
Pelangiku membisu
Aku bertanya dalam hati Apakah ada yang salah?
tapi tetap saja tak kutemukan jawabannya
Mungkinkah Pelangi turut berduka atas kesedihanku?
Kalau itu benar,
Aku tampak kelihatan bodoh
Karena membuat pelangiku bersedih
Dear Pelangi,
Aku berjanji, tak akan lagi ada sedih yang menggelayutiku. Tak akan kubiarkan kamu bersedih lagi.
Bisakah seulas senyuman terukir di wajahmu kembali?
Desember
Ada satu yang aku selalu aku tunggu di bulan ini, yaitu hari kelahiranku. Walaupun tak pernah aku rayakan dengan pesta, tapi aku suka merayakannya dengan sebuah postingan di blog.
Nanti tepat hari kelahiranku, aku akan memposting sebuah tulisan. Semoga pembacaku suka.
Selamat datang Desember, semua kebahagiaan selalu menyertai kita
Thank's God
Demi menyelamatkan aku dari orang yang salah, Tuhan mematahkan hatiku (@commaditya)
Rasa sedih memang masih menggelayuti hatiku, tapi aku belajar menerima bahwa apa yang terjadi kemarin adalah jawaban dari setiap doaku. Aku yakin Tuhan punya maksud baik dengan mempertemukan kami.
Walaupun, pada akhirnya berujung kesedihan. Aku bersyukur Tuhan tak membiarkanku berlama-lama jatuh.
Terima kasih Allah, aku tahu kamu selalu menunjukkan kasih sayangMu padaku. Bahkan, dalam urusan memilih pasangan.
Tak mengapalah aku patah hati di awal, agar kelak ada seorang pria yang akan selalu menjagaku dan menua bersamaku.
...dan itu bukan kamu
Let me do with my own way
Silahkan kamu pergi dari hatiku, tolong kau bawa serta rasa nyeri yang seringkali mendiami ulu hatiku.
Aku ingin bahagia
Salam
Aku
Berkemas
Hai Luka, yang masih mendiami sudut hatiku. Mari kita berkemas! Cinta baru sudah menunggu di depan sana.
tentang (tak) memilikimu
Besok, tak akan ada lagi mimpi tentangmu
Besok, tak akan ada lagi sapaan hangat darimu
Besok, tak akan ada lagi cerita tentangmu
Ketika terbangun nanti, kamu tak lagi milikku
...dan aku harus berjuang untuk tabah
Ada (tidak) rindu?
Adakah hujan telah menyampaikannya kepadamu?
Mungkin tidak...!
Karena tak pernah kutemukan jawaban rindu darimu, baik yang disampaikan oleh bulir-bulir hujan atau pun desahan angin.
Lalu kemana rindu-rindu itu kau terbangkan?
Ataukah dia telah berguguran sebelum sampai di selasar hatiku?
Atau
Memang tak pernah ada rindu?
Kali ini hujan tak mengabarkan berita baik untukku. Mungkinkah dia lupa?
Di bawah rinai hujan
Di bawah rinai hujan, telah kugugurkan semua rasa kepadamu
Di bawah rinai hujan, telah kugugurkan semua kegundahan hati
Kepada Pria Senja,
Tahukah kamu di bawah rinai hujan, tangisku telah luruh berkali-kali --karenamu?
Semanis gulali
Menyemaikan bibit-bibit rindu pada jiwa-jiwa yang sepi
Meninggalkan semu merah pada tulang pipi para pengagum cinta
Cinta semacam candu
Memabukkan
Cinta, semanis gulali yang lengket tapi mencandukan
Seulas Kerinduan
Malam ini, kerinduan kembali menjejaki sudut kecil di dadaku
Menyesaki setiap aliran darahku dengan benakmu
Berkali-kali namamu bergaung di setiap detak jantungku
Wahai Tuan,
Mengapa hanya aku yang merasakannya?
Mengapa kau tak juga tersiksa dengan aliran rindu yang terkadang denyutnya sempat menggantikan detak jantungku --sendiri?
Mengapa hanya aku yang mencandukan kerinduan?
Mengapa bukan kamu yang tersiksa untuk merindukanku?
Wahai Tuan,
Mengapa rindu ini selalu mendesak untuk segera digenapkan?
...dan lagi-lagi waktu mematikan segalanya
Skenario Tuhan
Mungkin jalan kita memang tak harus beriringan
Mungkin kita memang tak pernah jadi satu
Tak seperti kisah roman-roman yang berakhir dengan bahagia
Bukankah Tuhan sutradara hebat?
Mempertemukan; memercikkan rasa, lalu memisahkan.
...Dan pada akhirnya mempertemukan kita dengan orang yang tepat.
Selalu ada kehilangan, untuk sebuah pertemuan yang terbaik
Roda Kehidupan
Ada yang pergi
Bukankah hidup memang seperti itu?
Tuhan sengaja menciptakan rotasi dalam hidup kita
Coba bayangkan jika, hidup tak pernah berputar?
Tak ada yang datang dan tak ada yang pergi.
Bosan; sunyi
Hidup serupa kuburan
Jadi, nikmatilah setiap warna dalam hidup.
Di setiap perpisahan, selalu ada perjumpaan selanjutnya.
Perjalanan Hidup
Kehidupan layaknya sebuah pertandingan, ada yang diperjuangkan dan dipertahankan
Huaa, nggak kerasa umurku hampir saja menginjak 28 tahun (lumayan tua :D) artinya sudah 28 tahun aku menghirup oksigen gratisan ini. Kalau dihitung-hitung sudah habis berapa banyak duit ya?
Eits, bukan saatnya berhitung :D
Perjalanan hidupku cukup berwarna seperti kue pelangi yang sedang lagi trend itu loh. Kenapa aku sebut berwarna-warni karena kalau hanya satu warna saja pasti hidupnya jadi abu-abu alias mendung kelabu (bahas apa to aku iki?)
Pokoknya cuman mau bilang, saya menikmati setiap perjalanan hidup yang sudah digariskan Allah. Satu lagi, saya bersyukur banget deh :)
Setiap orang memiliki peta perjalanan hidupnya masing-masing, tergantung jalan mana yang kalian tempuh
Tentang Masa Lalu
Semalam, seseorang dari masa lalu mengajukan sebuah pertanyaan yang cukup mengejutkan.
"Mau nggak balikan?"
"..."
Tak ada jawaban dari saya.
"Coba-coba dipikir-pikir lagi deh," sekali lagi dia meyakinkan.
Sedikit tergoda untuk kembali?
Memang sempat ada perasaan ingin kembali, apalagi hubungan kami lumayan lama. Kedekatan yang pernah terjalin masih saja menyisakan kenangan. Yang terkadang saya akui --saya merindukan dia.
Tapi, setelah berpikir ulang.
Jawabannya tidak
Karena saya sedang belajar untuk melepaskan masa lalu. Agar kelak saya mendapatkan orang yang lebih baik, dan itu bukan dia :)
Tentang Sebuah Pertemuan
Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat ini. Semuanya serba campur aduk. Aku seperti penderita manic depresif, yang sebentar ceria, sebentar kemudian berlinangan air mata.
Aku tidak gila. Sungguh.
Aku baru saja kehilangan, kehilangan seseorang yang namanya pernah tertulis di sudut hatiku, bahkan sampai saat ini.
Boleh aku sebut ini patah hati?
Ibaratnya seorang anak kecil yang kehilangan mainan secara tiba-tiba, begitulah gambaran diriku saat ini. Kelihatan lebay ya?
Eh, tapi diriku lagi nggak pingin cerita betapa lebainya diriku ketika patah hati. Penting? ups :D
Beberapa hari ini merenung, beberapa kali ngobrol sama teman-teman. Perlahan aku mulai menyadari bahwa perpisahan ini adalah jawaban doa-doaku. Allah tahu, bahwa belum saatnya aku mendapat seorang pendamping dan juga bukan dia :).
...dan aku percaya, bukankah Allah sudah mengatur hidup kita?
Untuk saat ini, aku biarkan luka itu berada di sudut hatiku. Kelak, Allah akan menggantinya dengan senyum kebahagiaan. Insya Allah :)
Di sela perjalanan hidup kita, ada pertemuan dan perpisahan yang ditakdirkan oleh Tuhan
Kisah di negeri dongeng
Ini hanya kisah di negeri dongeng, ketika cinta menyerupai semburat cahaya warna-warni di angkasa.
...Dan kamu bebas memilih warna apa yang mewakili perasaanmu
Ini hanya kisah di negeri dongeng, ketika rindu-rindu menjelma butiran-butiran permen aneka warna dan rasa
...Dan kamu bebas memilih rasa apa yang mewakili rasa rindumu
Ini hanya kisah di negeri dongeng, sang pangeran mengendarai kuda putih dengan kulit yang berkilat diterpa sinar matahari
Sebaliknya
Di dunia nyata, cinta seringkali menyerupai musim gugur yang merontokkan daun-daun rindu yang telah bersemai di hati
Rindu-rindu menjelma menjadi sebilah belati yang menancap berulang kali pada dua sisi hati
Tentang Melepaskan
Melepaskan dan melupakan adalah dua hal yang berbeda.
Melupakan sama halnya tak lagi mengingat bahwa kamu pernah ada di benakku
bahwa kamu tak lagi menyapaku
bahwa suaramu tak lagi terdengar di telingaku
Melepaskan sama halnya merelakan bahwa dirimu telah menjauh dan tak lagi menoleh.
...Dan aku kehilangan
Karena tak ada ide
Holaa,
Sungguh postingan ini nggak ada apa-apanya kok. Berhubung saya lagi pengen nulis, tapi bingung apa yang mau ditulis. Jadilah postingan nggak jelas ini.
Jangan marah ya para pembacaku. Semoga postingan awal ini bisa mencairkan kebekuan di otakku.
Apa kabar kalian semua?
Kehilangan
Lalu dengan cepatnya kau bunuh pucuk-pucuk rindu itu dengan secangkir racun
Berguguran; berserakan
Pernahkah kau menghitung berapa banyak tangis, hingga aku tertidur menahan rindu?
Menandai semua almanakku dengan namamu
Berharap kau hadir --menjelma menjadi nyata
Nyatanya kau tak juga hadir
Pernahkah kau menghitung berapa banyak waktu yang ku buang, hanya untuk menyapamu lewat sebaris kata?
Lalu, perlahan kau tak menjawab
Mengacuhkan diriku tanpa kata
Kamu tahu apa itu kehilangan?
Dadaku sesak karena rindu, tapi kudapati punggungmu menjauh --tak menoleh lagi.
Kepada kenangan yang berkelebat
Sampai sekarang, aku belum bisa melepaskan bayanganmu
Kadang ku biarkan kamu bermain-main terlalu lama di benakku
Meninggalkan rasa perih yang tak terperi di hati
Bodoh?
Entahlah...
Tiba-tiba saja aku menikmati untuk kembali mengenangmu
Hai Kamu, yang masih saja berkelebat di benakku.
...aku rindu
My Dreams
Berhubung ini otak lagi nggak bisa diajak serius. Yuk, marilah kita sedikit melantur, biar syaraf-syaraf tadinya tegang bisa sedikit kendor (Apa sih :D)
Pada punya mimpi atau impian kan?
Pasti punya dong :D
Mimpi atau impian itu semacam keinginan yang belum terwujud atau bahkan tak pernah terwujud.
Karena saya pemimpi, tentu saya punya banyak impian. Beberapa sih mulai terwujud, sisanya hanya mengendap di otak :D
Bukannya tak punya kekuatan untuk mewujudkannya, hanya terkadang terbentur oleh beberapa hal. Tapi, setidaknya kita punya mimpi bukan?
Satu mimpi yang sekarang sedang saya tapaki adalah menjadi pengarang --menerbitkan novel solo. Walaupun tidak mudah, saya sedang berusaha mewujudkannya.
Kelak, akan ada nama saya di toko buku nasional.
Insya Allah
I crossed the sea, i have a dream
Dear Lelaki,
Kepada semua lelaki di luar sana. Mungkin suratku ini terdengar aneh, tapi sungguh tak pernah ada niatan. Surat ini hanya suara hatiku saja sebagai seorang wanita.
Para Lelaki, tahukah kalian bahwa sebenarnya wanita itu paling pemaaf. Sebesar apa pun kalian menyakiti, kami para wanita selalu mempunyai celah kecil untuk memaafkan sikap kalian. Dengan satu catatan kalian tidak akan mengulanginya lagi.
Adilkan?
Para Lelaki, kami juga bisa menjadi wanita paling jahat. Ketika kalian menyakiti kami dengan sedemikian rupa. Kami akan menutup rapat-rapat pintu hati dan kata maaf walaupun kalian memintanya dengan berlinangan air mata.
Para Lelaki, tahukah kamu? Allah menciptakan hati wanita itu dengan kelebihan. Kami bisa melembutkan hati, tapi juga mampu mengeraskannya ketika cobaan bertubi-tubi datang menghampiri.
Para Lelaki, muliakanlah kedudukan kami. Kelak, kamilah yang akan memuliakan kalian
Salam Hangat,
Wanita
Surat kecil untuk calon suamiku
Kelak, aku ingin berkali-kali jatuh cinta kepadamu
Menulis
Menulis merapikan ingatan tentangmu
Menulis meredakan emosi
Menulis melegakan hati
Menulis mengajarkanku memaafkan
Menulis membantu menyelesaikan masalah dari sudut berbeda
Menulis meninggikan kualitas diri
Menulis membuatku jatuh cinta kepadamu
Menulis menyenangkan orang lain
...karena itulah aku menulis
Perayaan pesta ulang tahun buat anak, perlukah?
"Pa, si adek bentar lagi ulang tahun. Kita rayakan yuk?"
"Ma, aku mau pestaku kayak Kayla, pake baju princess."
"Eh, Dek. Besok kalau Nayla ultah, pake tema ini aja. Lagi trend loh."
Siapa sih yang nggak senang datang ke pesta atau bikin pesta? Mengundang banyak orang, kumpul-kumpul sama saudara dan kalau pesta kita sukses pasti dipuji banyak orang.
Hayo, ngaku? :D
Eh, tapi saya bukan ingin membahas pesta pernikahan loh ya *dikeplak pembaca :D
Begini, tadi sore si ponakan saya pergi ke pesta ulang tahun temannya. Temannya ini anak orang berada, tiap tahun pasti dirayakan. Barang yang diberikan sebagai souvenir pun tidak murah, semua pilihan.
Kadang, saya mikir. Emangnya si anak sudah mengerti ya sama arti perayaan ulang tahun? Bukannya mereka nggak paham juga apa sih ulang tahun. Ditanya tanggal lahir aja kadang nggak ngerti.
Bukannya saya anti dengan pesta ulang tahun, nggak kok. Senang malah, soalnya suka kebagian kue hihi. Tapi, suka nggak ayah atau bunda berpikir demikian?
Dulu, saya ingat ortu cuman merayakan ultah buat saya ketika saya kelas 3 SD. Sekali aja nggak tiap tahun, kedua kakak saya juga begitu. Jadinya, ketika ulang tahun ke 17 saya nggak ribet minta dirayakan.
Bukankah inti dari ulang tahun itu adalah sebagai wujud rasa syukur terhadap umur yang semakin bertambah.
Nah, kalau tiap anak ultah terus kita rayakan dengan besar-besaran bukankah sama artinya kita mengajarkan pemborosan pada mereka, padahal dengan bersyukur tidak harus diwujudkan dalam bentuk pesta yang terkadang kita lakukan hanya sebagai gengsi belaka.
Kelak, jika saya punya anak. Ketika dia ulang tahun, saya akan mengajaknya berdoa bersama sang ayah dan sedikit berbagi dengan sesama (Insya Allah)
So, seperti apa cara ayah dan bunda mensyukuri hari kelahiran sang buah hati?
Cuaca panas
Tapi, beneran deh. Cuaca di surabaya dan madura panasnya maksimal. Jadi, jangan kaget kalau banya virus batpil di mana-mana. Semoga nggak kena deh.
Selamat hari minggu
Sebuah Surat untuk Allah
Aku tahu, mungkin kau tak akan pernah membaca surat ini. Entah mengapa, masih saja aku ingin menulis surat untukmu.
Ya Allah,
Tak cukup banyak kata, untuk mengungkapkan betapa besarnya cintamu padaku.
Betapa besarnya kasih sayang yang Kau curahkan untukku.
Dan, aku hambamu ini tak pernah luput dari dosa
Ya Allah,
Terima kasih atas kesempatan yang kau berikan 20 tahun lalu. Kau masih sisakan umurku, dikala aku berjuang di meja operasi. Andai saja saat itu, kau panggil aku menghadap-Mu. Mungkin tak pernah ada kesempatan untukku melihat isi dunia.
Ya Allah,
Maafkan, jika hambamu ini kerap kali tak mempercayai terhadap prasangka baik-Mu.
Masih saja mengeluh terhadap kasih sayang yang Kau limpahkan.
Ya Allah,
Aku rindu kepadaMu, tegurlah aku jika aku mulai menjauh dariMu.
Aku tahu kau menyayangiku
Kau titipkan cintamu melalui sakitku, agar aku tak pernah lupa untuk mengingatMu
Ya Allah,
Mungkin aku pernah marah padaMu, tentang diriMu yang tak adil. Memberiku sakit yang tak dapat disembuhkan. Tapi, Aku salah Ya Allah.
Aku tak menyadari bahwa kau telah menitipkan cintaMu di sana
Ketika aku merasa lelah, kesakitan, disitulah kau sirami aku dengan Cinta
dan aku bersyukur, karena kamu telah mengingatKu
Ya Allah,
Terima kasih Kau telah kuatkan hatiku, untuk bisa menerima semua keputusanMu
Terima kasih atas kesehatan yang selalu kau limpahkan. Meski aku berbeda dengan teman-temanku. Tapi, Kau membuatku lebih kuat dari mereka.
Ya Allah,
Terima kasih, kau tempatkan aku pada keluarga yang selalu mendukungku, teman-teman yang luar bisa, dokter-dokter yang baik hati.
Semuanya itu tak dapat aku lukiskan dalam kata-kata
Ya Allah,
Jika, kelak aku mulai lalai. Bisakah engkau ingatkan aku? Tegur aku dengan kasih sayangmu.
Limpahkan aku kekuatan, agar aku bisa melewati semua ujianmu.
Salam sayang,
Hambamu
Kamu
Ya, kamu
Bisakah kita bicara baik-baik layaknya seorang dewasa?
Allah itu baik sekali
Merasa nggak pernah berhenti diuji?
Merasa paling malang?
Coba deh tengok lagi.
Allah itu Maha Baik. Coba deh, kalau kita renungkan. Sebenarnya semua kehendak itu baik, cuman kadangkala sebagai manusia kita suka merasa Allah itu nggak adil, bahkan ada yang sampai nggak percaya lagi (Naudzubillah).
Buatku semua ketetapan Allah itu baik, disetiap ujiannya pasti dikasih sepaket sama jalan keluarnya. Dan, sampai sekarang aku masih suka nggak percaya.
Aku kasih tahu deh beberapanya ya :)
1. Kalau aku nggak selamat di ruang operasi, mungkin sekarang aku nggak bisa menikmati dunia, menulis, atau menjalani apa yang aku suka. Saya beberapa kali bertarung nyawa di meja operasi, alhamdulillah Allah selalu ngasih kesempatan untuk kembali menghirup dunia :').
2. Allah ngasih saya cobaan melalui sakit yang tak bisa sembuh (Kecuali ijin Allah). Saya sempat marah, kecewa. Mengapa harus saya yang ditakdirkan? Lagi-lagi Allah ngasih jalan keluar. Saya selalu mendapatkan dokter-dokter yang terbaik, ramah, dan sayang sama saya :'). Di saat orang tua saya kesulitan mendapatkan biaya, Allah menurunkan dokter yang berani membela keluarga kami, mendorong pihak RS agar segera mengoperasi saya.
3. Kalau saya diterima S2 kemarin, mungkin saya tidak akan punya kesempatan untuk nulis blog, bertemu dengan penulis-penulis luar biasa, bertemu dengan orang-orang baru.
Sebenarnya masih banyak sih yang mau saya ceritakan tentang kebaikan Allah dalam hidup saya, lain kali aja ya :)
Jadi, Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kau dustakan?
Memilih
"Kok, kamu belum nikah juga sih?"
"Kebanyakan milih tu?"
"Apalagi sih yang ditunggu, umur sudah cukup?"
Pernah dapat pertanyaan seperti ini?
Saya dong sering (bangga dikit.. hihi). Kadang sering bingung kalau mendapat pertanyaan begini? Dijawab yang agak absurb pasti dikejar dengan pertanyaan lain. Dijawab dengan logika, masih juga dikejar dengan pertanyaan lain.
Lalu?
Memangnya salah ya kalau kita memilih calon pasangan hidup? Perasaan nggak juga deh, cuman kesannya kalau terlalu milih, kata orang namanya jual mahal.
Lah, gimana nggak jual mahal? Inikan menyangkut ikatan seumur hidup, bukan sekedar pacaran lalu putus cari lagi.
Menurutku, memilih pasangan itu harus. Tapi, bukan berarti syarat yang kita ajukan aneh-aneh dan di luar batas kewajaran. Ya, sesuai standar kebahagiaan kita aja deh.
Intinya sih, jangan takut memilih :)
Dear Kamu,
Dear Kamu,
Surat ini, aku tulis untukmu. Kepada pria yang pernah menaburkan asa di sudut hatiku.
Rinduku masih saja mengendap-endap pada celah kecil yang aku sebut kenangan, di mana pernah ada aku dan kamu di dalamnya.
Masih tersimpan di sini —sepasang janji untuk saling bersua, meluruhkan rindu-rindu yang menyesaki dada.
Kamu,
Aku tak pernah tahu apa yang terjadi?
Tiba-tiba, ku temukan punggungmu menjauh
Nyatanya kisah kita tak ubahnya cerita tanpa akhir: bahagia atau kehilangan.
Salam hangat,
aku
Dear You
Dear you,
Rindu ini masih saja menggelitik sudut hatiku yang mulai tanpa kamu
Barisan Masa
Pada barisan masa, ku tadahkan serpihan-serpihan rindu yang tersisa dari kisah kita
Pada barisan masa, larik-larik puisiku masih bercerita tentang kamu; rindu yang tak berbalas
Pada barisan masa, ku biarkan kisah kita mengabu menjadi kenangan
Teruntuk Pria Senja (2)
Aku tak tahu bagaimana caranya memulai percakapan kembali di antara kita. Ku rasakan kau perlahan merentangkan jarak; meninggalkan kekakuan. Tak ku temukan kamu yang dulu.
Aku sadar kisah di antara kita tak pernah berhasil. Anggap saja perlakuanmu itu bentuk ujian dari Tuhan sebagai pendewasaan diriku.
Semoga kamu bahagia :)
Biduk
Kelak, aku akan menemukan seorang nahkoda yang siap membawa bidukku mengarungi laut lepas
Yang aku butuhkan
Aku tak butuh hadiah
Aku butuh sepasang lengan kuat untuk menyanggaku ketika aku lelah
Aku tak butuh rayu
Aku tak butuh hadiah
Aku butuh sebuah bahu untuk bersandar ketika hidup tak lagi nyaman
Aku tak butuh rayu
Aku tak butuh hadiah
Aku butuh kamu selalu menemani hariku
Cinta Diam-Diam
Sudah beberapa hari ini, aku sengaja menunggunya di tempat ini. Membiarkan diriku menggigil tak karuan diterpa angin malam. Memang terlihat gila, tapi aku menyukainya.
Lima menit kemudian
Wanita berambut lurus hitam sebahu, berponi pagar, keluar dari ujung gang. Dia terlihat merapatkan jaket coklat yang dia kenakan. Malam ini, angin memang sedang tidak bersahabat.
Harusnya aku menarik selimut di kamar
Wanita yang berumur sekitar 30-an itu berjalan ke arah deretan ruko yang masih saja ramai. Langkahnya sempat terhenti, dia merasa ada seseorang mengawasinya. Dia tak berani menoleh.
Mungkin hanya perasaanku saja
********
Aku masih saja berada di sudut itu, membiarkan wanita yang belakangan ini menganggu mimpiku lewat begitu saja. Hatiku berdebar
Lidahku mendadak kelu
Pada malam yang pekat
Ternyata rindu masih saja bersekat
Meninggalkan luka yang menganga
Teruntuk Pria Senja
Akulah pemuja barisan kata di linimasamu yang diam-diam jatuh hati padamu
Akulah sekeping mimpi yang tertinggal di antara serpihan kisah kita
Ternyata waktu telah melibas semua janji, meninggalkan rindu yang tersekat di ruang waktu.
Janji-janji bersalut madu menjelma menjadi secawan racun; membunuhku perlahan.
Seperti inikah takdir itu?
Berakhir, sebelum ada permulaan
Rindu yang Mengabu
Engkaulah daun rindu, berguguran satu demi satu luruh di berandaku, menjelma sunyi yang paling bisu pada jingga senjaku.
Pada rona senja, kita bicara dengan kesunyian yang bertelanjang dada, entah berapa lama rindu mampu bertahan dalam barisan masa, seperti inikah seharusnya cinta?
Pada senja, kita bicara dengan sepi yg bertelanjang dada, entah berapa lama rindu bertahan dalam barisan masa, seperti inikah seharusnya cinta?
Lalu, segala doa luruh bersama senja yang mulai mengabu, lirih dari tangis pesakitan rindu yang belum tertuntaskan.
Note:
Buat kamu yang sudah ku paksa menulis puisi, terima kasih ya.
(pria senja)
Senja Bulan Oktober
Kisah baru telah disusun
Mimpi-mimpi indah telah dipersiapkan
Senja Pertama di bulan Oktober
Ketika kisah lama telah berakhir
Bersama kenangan tentangmu yang memudar
Selamat datang Oktober
Semoga cinta dan kebahagiaan meluber
Bidadari Tanpa Sayap
Akulah bidadari yang kehilangan kedua sayap
Terluka; ketika sebilah anak panah beracun yang kau tusukkan tepat di ujung sayapku
Kau membuatku kehilangan kendali
Terkapar; menunggu maut menjemput
Akulah bidadari yang kehilangan kedua sayap
Ketika kamu memberiku sebuah cinta bersalut racun
Membunuhku secara perlahan
Akulah bidadari yang kehilangan kedua sayap
Ketika rinduku menjelma sebuah belati
Menikam tepat di ulu hatiku
Akulah bidadari yang kehilangan kedua sayap
Ketika cinta tak mampu menjagaku
Ketika Madu Menjelma Racun
Ketika kata-kata manis bersalut madu menjelma menjadi secawan racun yang siap membunuhmu perlahan
(Masih) Rindu
Kenapa rindu masih saja tentang kamu, padahal kisah kita sudah lesap oleh waktu
Seorang Pria itu seharusnya
Hihi, nggak tahu kenapa kok aku jadi pengen nulis tentang seorang pria ya. Tulisanku kali ini lebih ingin membahas bagaimana seharusnya seorang pria di mata wanita. Dan, lagi-lagi ini hanya pendapatku semata, kalau nggak setuju jangan pada nampol saya ya? :D
Sebagai seorang pria, seharusnya dia belajar bagaimana cara menaklukkan hati. Perlu dicatat, hati disini bukan berarti mempermainkan perasaan loh. Dan, saya paling nggak suka seorang pria yang hanya memanfaatkan kelemahan wanita. Cih, nggak jantan.
Sebagai wanita, kita nggak butuh janji-janji atau kata-kata manis bersalut madu, meskipun pada dasarnya wanita suka dirayu, tapi kalau kebanyakan juga lebay alias pengen muntah.
Pria demen ngeluh juga nggak asyik, apalagi soal kerjaan yang sebenarnya remeh. Kita wanita memang suka ketika pria berbagi masalahnya, tapi bukan berarti kudu tahan mendengarkan keluhan tiap hari.
Pria keren itu tahu bagaimana cara bersikap terhadap wanitanya, yang pasti dia akan memuliakan sang wanita. Menjaga agar tidak tersakiti. Karena ketika sang wanita tersakiti dia juga sakit.
Saya nggak suka pria perokok dan suka minum-minuman keras. Buat saya pria model begitu nggak ada kerennya. Gimana mau menjaga kesehatan keluarganya kelak, kalau dia sendiri sedang membunuh dirinya perlahan. Sekeras apa pun masalahmu, bukan berarti rokok dan minuman pelampiasan.
Satu lagi, pria keren tahu saat yang tepat untuk membuat pasangannya berbunga-bunga, walaupun tidak melalui adegan romantis. Kalau saya suka menyebutnya manis :)
Sekian postingan kacau saya. Semoga besok para pria-pria nggak komen ditulisan ini :D
Di Ujung senja
Di ujung senja, nyata rindu kita hanya sebatas kata yang tersekat jarak dan waktu
Di ujung senja, nyata kisah kita hanya sebatas roman-roman tanpa judul
Di ujung senja, nyata janji kita hanya sebatas kata-kata manis tanpa makna
Di ujung senja, tak ada lagi kisah kita dalam larik-larik puisimu
Di ujung senja, ketika semua kisah kita berakhir tanpa kata
Melebur
Aku menikmati ketika detak jantungku melebur bersama denyut nadimu
Rindu memanggilku
Sepagi ini, diam-diam rindu bermain-main dengan perasaan yang perlahan aku lupakan
Sekali saja ku biarkan aku memeluk kenangan
Kepada kamu, pria yang pernah mencuri separuh hatiku
Pagi ini, diam-diam rindu menelusup pada celah yang lupa aku tutup
Sesak
Ya.. sesak
Aku tak tahu harus bagaimana dengan rindu ini
Kamu, adalah sebuah kenangan dan aku tak mau lagi menengoknya
Entahlah
Kenapa diam-diam rinduku menjelma menjadi sebilah belati
Menikam tepat di ulu hati
Sakit
Aku mengerang kesakitan
Tapi, nyatanya rindu ini mencandukan
Aku menikmati setiap goresnya, walau sesekali air mata mendesak; berlompatan dari kedua mataku
Mungkin ini yang di sebut cinta itu memabukkan
Tapi, lagi-lagi aku membiarkannya
Sekali saja
ya, hanya sekali
Senja keberapa?
Aku tak pernah mengingat ini senja keberapa
Aku tak pernah mengingat berapa senja yang telah aku lewati
Aku tak pernah mengingat kapan senja terakhir aku nikmati bersamamu
Aku penyuka senja tapi juga benci menikmati senja
Senja membuatku mengingatmu
Membuatku mengingat pria yang pernah mengajarkan tentang bagaimana menikmati indahnya senja
dan juga mengajarkan bagaimana aku membenci senja
entah ini senja keberapa?
Karena aku tak lagi ingin mengingatnya
Surabaya, 22-09-2012
Diam-diam
Diam-diam ku biarkan rindu mulai mengisi ruang di hatiku yang telah lama berdebu
Hati yang saling bicara
Ketika bibir sepi tanpa kata, yakinlah ada hati yang saling bicara
Cinta
Cinta itu serupa aneka permen dengan berbagai rasa: manis, asam, atau perpaduan dari asam dan manis
Cinta itu serupa warna merah yang ku sematkan di pualam pipimu: hangat dan malu-malu
Cinta itu serupa kumpulan buku roman, menghasilkan debar-debar dan rasa hangat bagi pembacanya
Cinta itu serupa kumpulan anak kecil yang tertawa riang di tanah lapang: penuh tawa dan kecerian
Cinta itu serupa bulir-bulir hujan yang mengalir dari langit: dingin, basah, meninggalkan kesedihan
Cinta serupa arakan awan kelabu di langit: meninggalkan rasa ngilu dan kerapuhan
Cinta apa apun bentuknya, dia adalah perasaan indah tak berbatas
Ceria
Indah
Nyata
Tak terduga
Awas terbakar di dalamnya
Tentang Kertaswarna
Pernahkah ada yang bertanya-tanya kenapa blog ini bernama Kertaswarna? Atau penasaran blog kertaswarna ini isinya apaan sih? Blog galau ya? :D
Blog Kertaswarna adalah blog kedua saya. Dulu sempat punya blog di domain yang lain cuman karena merasa kesulitan memakainya, saya memutuskan untuk membuatnya lagi.
Blog ini saya buat ketika duduk di bangku kuliah, awalnya hanya pengganti menulis diary. Jadi, kalau mau nambah postingan kudu pake koneksi gratisan di kampus. Maklum, dulu biaya internet cukup mahal.
Lambat laun, blog ini beralih menjadi tempat latihan saya menulis. Di blog ini saya bebas menulis apa pun. Kadang saya suka ketawa kalau baca tulisan-tulisan lama. Masih polos :D
Kenapa saya kasih nama Kertaswarna? Alasannya adalah kertas adalah tempat di mana kita bisa meletakkan isi dunia atau kepala di dalamnya, tidak perduli itu berupa coretan asal, makian, tulisan manis, atau hanya kumpulan benang-benang kusut.
Kenapa saya tambahkan kata warna di dalamnya? Saya punya alasan tersendiri. Ketika kertas putih dipadu padankan dengan warna-warna, jadilah dia kertas berwarna-warni.
Begitu juga dengan tulisan di blog ini, nantinya saya akan membuatnya lebih berwarna.
Semoga...
Sempat memiliki
D&D Pub and Lounge
"Sudah, Ndre. Cukup!" Kirana menarik segelas bir di tangan Andre yang belum sempat dia tenggak.
"Ah, kamu berisik!" Andre meracau.
"Kamu sudah cukup mabuk, mau sampai kapan kamu di sini? Sudah cukup, ayo pulang." Kirana mulai menarik Andre yang masih meracaukan kata-kata tak jelas.
"Aku ingin melupakan Nia, Kiran. Jadi, tolong biarkan aku di sini saja." ujar Andre di tengah racauannya
"Memangnya dengan mabuk kamu bisa melupakan dia?" Kirana masih berusaha membuat Andre yang mulai sempoyongan untuk berdiri.
"Setidaknya untuk malam ini aku bisa melupakannya, besok. Entahlah," ujar Andre lirih.
"Jadi, besok kalau kamu masih ingat dia. Kamu bakal minum dan mabuk lagi? Bodoh! Kenapa nggak sekalian aja kamu jedotin kepala ke tembok, biar amnesia," ujar Kirana tak sabaran
"Bawel. Mending kamu pulang sana. Nanti kamu kenapa-kenapa." Andre menepis tangan Kirana dari bahunya.
"Harusnya bukan aku yang kamu khawatirkan. Ayo pulang, sudah cukup kamu menyakiti dirimu sendiri." Lagi-lagi Kirana berusaha memapah Andre --sahabatnya itu.
"Kamu tahu apa tentang kehilangan, Ki? Kamu nggak akan pernah tahu gimana rasanya ditinggal oleh kekasihmu sendiri?'
Kirana diam
Aku memang tidak pernah tahu rasanya ditinggalkan oleh kekasih sendiri. Tapi, aku pernah berada di posisimu saat ini ketika aku tahu kamu tak pernah mencintaiku, Ndre.
...dan kamu masih beruntung sempat memiki Nia
Ikut serta dalam #FF2in1
Ritual Pagi
Pagi ini, aku bangun dengan mata setengah terpejam. Tidak langsung bangun, melainkan terkantuk-kantuk di tepian tempat tidurku. Mengerjap-ngerjap kedua mata, lalu diam untuk beberapa saat. Membiarkan ruhku kembali utuh ke raganya.
Dengan sedikit limbung dan mata yang mulai terbuka, aku berjalan ke depan cermin lebar yang terletak di dekat jendela kamarku.
"Selamat pagi, apa kabarmu yang di sana?" sapaku pada cermin dengan setengah menguap.
Mungkin bagi sebagian orang, apa yang baru saja aku lakukan terlihat aneh. Berbicara dengan bayangan sendiri. Tapi, itulah yang aku lakukan setiap pagi sehabis bangun tidur.
Buatku berbicara dengan bayangan sendiri, seolah mencari tahu apakah ada perubahan pada diriku setiap harinya. Buatku ketika melihat cermin, aku menemukan diriku apa adanya. Bukan diriku yang mengenakan topeng untuk memberi seribu wajah bagi orang lain.
Cermin tidak pernah bohong bukan?
Selesai dengan ritual menyapa 'bayangan sendiri,' aku beranjak ke arah jendela kaca yang dapat digeser dari dalam. Aku membukanya lebar-lebar --membiarkan udara pagi memenuhi kamarku pagi ini.
Dari balik kamar, ku temukan kilauan sinar mentari bersembunyi dari balik awan, membentuk semburat-semburat yang begitu memanjakan mata. Aku suka udara pagi ini, sinar matahari cukup nyaman untuk dirasakan di kulit.
Aku melirik jam kecil di atas nakas. Pukul 07.00, waktunya aku menemui kekasih tercinta. Kami berjanji menikmati sarapan bersama di taman
Aku sebut itu kenangan
Rindu diam-diam menelusup melalui celah kecil yang lupa aku tutup rapat
Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Tak cukupkah kamu mencuri separuh dari hatiku dan lupa untuk mengembalikannya tepat waktu padaku?
Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Tak lelahkah kau permainkan hatiku? Bukankan kemarin kau telah memporak-porandakannya? Masih belum cukup?
Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Sudah cukup kau bermain-main dengan pikiranku. Aku sudah terlalu lelah untuk sekedar kembali menengok ke arahmu
Kamu.....
Akankah kita kembali dipertemukan takdir?
Ketika rasa rindu kembali memenuhi dada
Uraikan kenangan yang telah tertata rapi di sudut terkecilku
Ramaikan kembali hatiku yang telah lama berdebu
Ingatan tentangmu diam-diam menelusup sepi
"Nanti kita pasti bertemu," katamu
Dan aku menunggu takdir berbicara, akankah Tuhan mempertemukan kita kembali
Untuk sekedar berpapasan
...dan aku benci untuk mengakui, bahwa aku merindukanmu
Mencintaimu dalam sunyi
Aku ingin mencintaimu dalam diam
Tak bersuara --hening tanpa kata
lirih; redam
Diam-diam
Ku biarkan kamu di sana bersamanya
Meski hati perih
Ya, sekali lagi ku biarkan semua apa adanya
Bukankah cinta tak selalu meminta balas?
Aku ingin mencintaimu dalam diam
hanya diam
Tak peduli jika kata-kata bisa mengubahnya
Biar saja, karena diam adalah pilihan
dan aku memilih untuk mencintaimu
Saat sunyi dan diam merajai
Di sana kamu sedang tergelak riang
Tak peduli dengan sosokku yang menatapmu sedih
Biar saja
karena aku telah memilih hanya untuk mencintaimu dalam sunyi
Seribu Kunang-kunang
Ini kisah tentang seribu kunang-kunang
Di mana sinarnya berpendar menghiasi cakrawala
Menyinari langit pekat tak berbintang
Ini kisah tentang seribu kunang-kunang
Di mana ada aku dan kamu di dalamnya
Seperti kisah roman-roman tak berjudul
Ini kisah tentang seribu kunang-kunang
di mana hanya sebuah cerita yang tak selesai
dan ribuan kunang-kunang yang tak lagi berpendar
Karena malam telah mencuri kilaunya
Rasa
Mungkinkah ini cinta?
Atau hanya suatu kebahagiaan yang tak bermakna?
Harus kemana ku cari semua jawaban?
Pada Langit yang membisu?
atau pada ribuan aksara yang membatu?
Tak ada satupun dari mereka yang menjawabnya
Bisu
Jadi, harus aku sebut apa rasa ini?
Tentang sebuah janji
Ini tentang sebuah janji
Janji, yang kau bisikkan dengan lirih di telingaku ketika kita menghabiskan waktu berdua
Malam itu kita larut dalam labuhan cinta
Bermain kata-kata dan kemudian kau rengkuh aku dalam pelukmu
Kita bercumbu, meraih kenikmatan yang tak pernah tuntas
Aku biarkan tubuh mungilku rebah di dada bidangmu
Bercampur peluh: aku dan kamu
Kita biarkan tubuh saling melepas rindu, menuntaskan semua hasrat tak terlupakan
Di akhir perjalanan kita, kau bisikkan sebuah janji
"Kita akan selalu bersama sampai mati."
Sampai akhirnya kita terkapar karena lelah
tersisa degub-degup dan aroma tubuhmu
Ini tentang sebuah janji
Janji, yang dulu kau bisikkan di telingaku
...dan kini semua mengabu
Lusuh, digerus roda waktu
Usang
Pada akhirnya, janji adalah kata-kata manis tanpa makna
Tentang Rindu
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti kehidupan yang tak pernah berhenti berjalan
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti bumi yang tak berhenti berotasi
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti langit yang setia menjaga bulan
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti tabahnya ilalang
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti air yang terus mengalir kepada suatu muara
Rindu tak akan berhenti berdenyut; meski berkali-kali dipatahkan waktu
(Masih) tentang kamu yang aku rindukan
Tentang kamu. Kamu yang membawa sekeping hatiku dan tentang hatiku yang lebur karena bertepuk sebelah tangan. Harusnya sejak awal aku sadari, semua itu hanya kesalahan hatiku. Aku salah mengartikan gelagat dan membiarkan diriku jatuh ke dalam perasaan tak kasat mata. Dan, kamu, dengan teganya mempermainkan semuanya. Membiarkanku jatuh lebih dalam, terperosok dalam luka.
dan sekarang
...tiba-tiba aku merindukanmu
Betapa bebalnya hatiku ini, harusnya aku pergi mengemasi semua perasaan ini. Bukannya tetap tercenung di depan pintu hatimu dan berkhayal sebentar lagi kamu akan keluar; mempersilahkan aku masuk.
Bodoh...
Cinta itu bodoh, rela membuat kita dijungkir balikkan perasaan, tapi nyatanya tak satupun dari kita berhenti untuk mencari cinta.
Waktu terus berputar, ingatan ini tak pernah lekang.
Kamu, yang telah mencuri hatiku. Mungkinkah Tuhan tak mempertemukan kita karena tak ingin melihat kita menjadi sepasang yang saling menyakiti; membunuh rindu. Tuhan tak ingin air mata terus berlompatan dari kedua bola mataku.
Haruskah aku berterima kasih dan membiarkan rasa rindu meletup-letup tanpa muara?
Entahlah....
Kisah yang tak selesai
(Pernah) ada cerita yang tertulis di antara kita
kisah manis yang sempat terekam dalam sebuah kertas berwarna merah jambu
di mana aku dan kamu (pernah) menjadi peran utama
(Pernah) ada kisah di antara kita
kisah, di mana pipi-pipi kita bersemu karena cinta
Nyatanya, takdir tak berpihak
aku dan kamu tak pernah menjadi satu
hingga waktu memilih; kita tak pernah berpapasan
...dan pada akhirnya, kisah kita hanyalah sebuah rangkaian cerita yang tak pernah selesai.
Pria Senja
Kepada Pria Senja,
Tahukah kamu berapa besar aku mengagumimu?
Mengagumi seperti larik-larik puisi yang selalu tercipta di setiap tarikan penaku
Seperti barisan kata-kata yang selalu menceritakan tentangmu.
Pria senja,
Terima kasih, kepadamu yang telah mengajarkanku cara menikmati ciptaan Tuhan dengan cara yang berbeda
Mengajarkanku tentang Senja yang tabah menanti malam
...dan perlahan pergi dicuri pekatnya malam
Seperti punggungmu yang menjauh
Pada barisan awan yang memerah, pernah ada satu nama terselip di sana. Dan, kini malam mencurinya; tertinggal pekat malam tanpa bintang.
senja
Langit tampak indah
Warna biru, berhiaskan semburat merah
Menyisakan lukisan tak bernilai
September,
Kisahku kembali di buka
Lembaran baru kembali digelar
Semoga lara dan duka tak menyertai
Senja,
Warna jinggamu mengingatkanku tentang kisah tak selesai
Di mana mimpi-mimpi tergilas waktu
Janji-janji lesap tak berbekas
Seperti punggungmu yang menjauh
Belum Selesai
Ribuan pertanyaan masih tertinggal di benak
Dan kerinduan masih berlompatan di dada
Meninggalkan rasa sesak
Haruskah aku menyalahkan takdir?
yang tak menginginkan kita untuk saling bertegur sapa
ada daya jika garis tangan memilih kita untuk berjalan berlawanan arah
kisah ini belumlah selesai
karena memang tak pernah ada permulaan
tentang cinta
sunyi, senyap
saat semua terlelap
aku, di sini sedang merindu
entah, pada siapa?
rinduku seperti belati yang siap menikamku
mengikir perlahan tepian hatiku
hingga aku kembali terluka
tak peduli berapa banyak sayatan yang tertinggal
aku menikmatinya sebagai perih yang mencandukan
bukankah cinta tak melulu manis?
Cinta serperti sekotak kembang gula aneka rasa, dan berakhir getir kemudian hari
Senja pertama di bulan September
senja pertamaku di bulan september biasa saja
tak ada perasaan hangat yang berlompatan menyesaki dada
sepi, senyap
senjaku
kini tak lagi merah
tak ada lagi kerinduan-kerinduan yang terdetakkan dari bilik hatiku
waktu telah merubah segalanya
mimpi-mimpi tergilas dengan cepat
...selamat datang September, semoga duka dan lara tak turut serta
Kisah Kita
Tertinggal dalam larik-larik puisi
Takdir tak bersinggungan
Kita bertemu bukan untuk beriringan
Kenangan tentang kisah kita masih terpatri dalam ingatan
Tersimpan dalam sudut terdalam
Jangan pernah menyalahi takdir
Biar kita nikmati sebentar saja kisah ini
Sebelum kaki kembali dilangkahkan
Dan kita kembali menjadi 'aku' dan 'kamu'
Looking for Mr. Kim (Resensi)
Judul Looking For Mr.Kim
Penulis : Aida M.A
Penerbit : Bentang Belia
Tebal Halaman : 141 Halaman
Berawal dari keinginan Wika untuk mencari tahu keberadaan Ayah kandungnya, membuat dia nekat pergi ke Korea sendirian. Dengan berbekal uang tabungan dan nama, dia bertekad untuk menemukan Mr. Kim
Untung saja dia bertemu Bagas, warga Indonesia yang berkuliah di Korea. Bersama Bagas, Wika menyusuri daerah-daerah di Korea. Tujuannya hanya satu menemukan Kim Tae Wo.
Dalam hidup selalu ada Takdir yang kerap kali mendewasakan kita
Looking For Mr. Kim adalah sebuah novel dengan genre remaja. Novel ini menceritakan tentang perjalanan Wika ke Korea untuk mencari sosok ayah kandungnya,
Kelebihan novel ini, penulis mengambil sisi lain dari kehidupan remaja, di mana yang diangkat tidak melulu tema cinta (menye-menye :D). Sosok Wika yang diciptakan penulis cukup menggambarkan bahwa tidak selamanya remaja mengalami kelabilan saat mencari jati dirinya.
Kelebihan lain dari novel ini, penulis dengan apiknya menggambarkan sisi-sisi lain Korea, kebudayaan, dan juga bahasanya. Terlihat bahwa penulis melakukan riset yang matang.
Kekurangannya, novel ini endingnya menggantung. Mungkin ini trik dari penulis agar dia bisa membuat sekuelnya.