Percakapan malam dengan hati

Aku  terluka.


Lagi?


Huft, terlalu sering ya aku patah hati?


*tertawa


Apa yang kau tertawakan?


Kepolosanmu itu...


Kepolosan, maksudmu?


Maaf, bukan bermaksud mengejekmu.  Hanya saja, buatku kamu terlalu polos. Kamu terlalu baik  kepada semua orang.


Apakah itu salah?


Tidak, Dear. Hanya saja kamu harus lebih belajar untuk mawas diri. Tak semua orang bisa membalas kebaikanmu.


Aku harus berubah?


Sure, semua orang butuh berubah. Bukankah kamu tak ingin tersakiti lagi? Aku perhatikan kamu masih diam-diam mengaguminya, benarkan?


*menghela napas


Oke, jujur aku masih diam-diam mengamatinya. Entahlah, susah buatku untuk melupakan dia.


Why? Bukankah dia sudah tak lagi mengingatmu, bahkan tak berniat menghubungimu.


Kupikir rasa itu masih tersisa di sudut hatiku. Aku tahu dia tak lagi memperdulikanku lagi, tapi rindu ini selalu mendesak keluar. Lalu aku bisa apa?


Bisa melupakannya. Gampang, kan?


Tak semudah itu aku melupakannya. Ada kebiasaan yang tak bisa ditinggalkan begitu saja.


Bukan tak bisa. Hanya saja kamu yang masih menggenggamnya terlalu erat. Longgarkanlah, biarkan dia pergi.


Haruskah?


Harus. Jika kamu terus menengok ke belakang, kamu sudah melewatkan beberapa pria baik untukmu.


Kamu layak dapat yang terbaik


(Percakapan menjelang malam dengan hati)

0 COMENTÁRIOS

Post a Comment