Tolong, Maaf dan Terima Kasih
Dewasa ini sulit sekali menemukan anak-anak yang terbiasa mengucapkan 3 kata ajaib ini. Orang tua lebih sibuk mendidik akademik anak-anaknya ketimbang karakternya.
Ad Placement
Klik untuk sumber gambar |
taken from link |
Jadi, semuanya kembali kepada pribadi masing-masing. Anda termasuk orang tua yang mana?
Jika ingin menghasilkan anak yang berkualitas, tentu orang tua juga harus meningkatkan kualitas pola pengasuhannya. Jika anak belajar, maka orang tua pun sejatinya juga belajar
Malam ini, tiba-tiba saja saya ingin membahas sedikit tentang pendidikan anak.
Sebagai pendidik, tentunya ada saja hal yang menggelitik untuk saya bahas. Kali ini, saya lebih menyoroti tentang pendidikan anak usia dini. Dan, bahasan dalam tulisan ini, saya ambil dari pengalaman diri sehari-hari.
Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan ananya tak mengenal warna dasar.
Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan anaknya tidak mengenal bentuk-bentuk dasar.
Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan anaknya tidak mengenal dunia luar
Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan anaknya tidak tersenyum dan tidak memiliki rasa ingin tahu.
Hal ini sedikit menganggu buat saya, ketika beberapa orang tua mengambil raport dan saya mengemukakan beberapa permasalahan anak mereka. Dan, hampir semua orang tua bertanya tentang kemampuan membaca dan menulis anaknya :((
Tidakkah mereka peduli terhadap perkembangan yang lain? Bukankah kemampuan membaca dan menulis masih bisa dipelajari, dibandingkan sebuah perilaku atau dunia anak-anak yang takkan pernah terulang lagi
Semuanya kembali kepada anda :)
Siapa sih yang nggak senang datang ke pesta atau bikin pesta? Mengundang banyak orang, kumpul-kumpul sama saudara dan kalau pesta kita sukses pasti dipuji banyak orang.
Hayo, ngaku? :D
Eh, tapi saya bukan ingin membahas pesta pernikahan loh ya *dikeplak pembaca :D
Begini, tadi sore si ponakan saya pergi ke pesta ulang tahun temannya. Temannya ini anak orang berada, tiap tahun pasti dirayakan. Barang yang diberikan sebagai souvenir pun tidak murah, semua pilihan.
Kadang, saya mikir. Emangnya si anak sudah mengerti ya sama arti perayaan ulang tahun? Bukannya mereka nggak paham juga apa sih ulang tahun. Ditanya tanggal lahir aja kadang nggak ngerti.
Bukannya saya anti dengan pesta ulang tahun, nggak kok. Senang malah, soalnya suka kebagian kue hihi. Tapi, suka nggak ayah atau bunda berpikir demikian?
Dulu, saya ingat ortu cuman merayakan ultah buat saya ketika saya kelas 3 SD. Sekali aja nggak tiap tahun, kedua kakak saya juga begitu. Jadinya, ketika ulang tahun ke 17 saya nggak ribet minta dirayakan.
Bukankah inti dari ulang tahun itu adalah sebagai wujud rasa syukur terhadap umur yang semakin bertambah.
Nah, kalau tiap anak ultah terus kita rayakan dengan besar-besaran bukankah sama artinya kita mengajarkan pemborosan pada mereka, padahal dengan bersyukur tidak harus diwujudkan dalam bentuk pesta yang terkadang kita lakukan hanya sebagai gengsi belaka.
Kelak, jika saya punya anak. Ketika dia ulang tahun, saya akan mengajaknya berdoa bersama sang ayah dan sedikit berbagi dengan sesama (Insya Allah)
So, seperti apa cara ayah dan bunda mensyukuri hari kelahiran sang buah hati?
Dear kedua orang tuaku tercinta,
Hari ini ingin aku sampaikan tentang apa yang aku rasakan. Sudah terlalu lama aku memendamnya. Aku takut, ketika ibu dan ayah tahu kau akan marah. Aku tidak mampu untuk mengucapkannya langsung padamu.
Tahukah ayah dan ibu bahwa setiap malam aku berdoa keada Allah supaya ayah dan ibu tidak lagi memarahiku. Aku tahu aku salah, tapi entah kenapa hanya bentakan, tamparan atau pukulan yang aku dapat. Padahal aku ingin kalian berdua dapat memberi tahu tentang kesalahanku
Tahukah kalian bahwa setiap malam aku selalu berdoa kepada Allah supaya besok ayah dan ibu tidak berangkat kerja. Aku tidak butuh kue, uang, mainan. Yang aku butuhkan adalah waktu dari kalian. Aku tidak memintanya banyak--sedikit saja.
Tahukah kalian bahwa ketika kalian marah karena nilai-nilaiku jelek sungguh aku sangat sedih. Kalian tidak pernah bertanya apakah aku menyukai semua pelajaranku? Apakah aku bisa? Yang kalian ributkan hanya nilai tanpa kalian tahu bahwa aku mengalami kesulitan saat mengerjakannya. Padahal aku sudah berusaha semampuku untuk mengerjakannya sendiri. Apakah kalian ingin aku menyontek saja? Supaya nilaiku jadi bagus.
Tahukah kalian bahwa ketika aku dimaki, rasanya hatiku hancur. Bukankah kalian telah menyematkan nama terindah untukku, tapi entah mengapa kalian lebih memilih memanggilku dengan nama yang tidak baik.
Ayah, Ibu. Tidak banyak yang aku inginkan. Aku hanya ingin kalian selalu menyayangiku, membimbingku supaya kelak aku bisa menatap masa depan dengan tegak
Salam Hangat,
Anakmu tersayang
Ad Placement