biarkan anak-anak belajar pada masanya
Buat saya biarkan anak-anak belajar sesuai dengan usianya. Karena ketika semua sudah dikenalkan yang ada kebosanan ketika mereka dewasa kelak
Happy reading
Ad Placement
Selasa pagi sepulang mengajar, saya dia disuruh oleh kepala yayasan bersama guru-guru yang lain untuk berkunjung ke paud-paud sekitar sekolah tempat saya ngajar. Tujuanya sih buat promosi sekolah terus sekalian ajakan untuk berdarmawisata bersama. Sebelumny beberapa guru sudah berkeliling, karena saya sedang membantu mengajar jadinya saya nggak ikutan untuk putaran pertama.
Sekolah yang saya kunjungi ini lumayan jauh dari tempat saya mengajar,dan dekat dengan perkampungan. Beberapa murid saya ternyata dulu berasal dari PAUD ini, gak kebayang kalau mereka pulang sekolah jalan kaki ya sangat jauh.
Ketika sampai disekolah itu...deggg saya terkejut ternyata sekolahnya lebih buruk dari sekolah tempat saya mengajar, dan lingkungannya benar-benar nggak layak buat tempat anak-anak belajar. Sekolah itu ditaruh di balai RW dan pengajarnya cuman 1 orang, sedang lainnya hanya dibantu oleh orang tua masing-masing. Lantainya kotor, dan berdebu gak ada alas sama sekali jadi langsung bersentuhan dengan lantai. Belum lagi got yang mampet karena kebanyakan anak-anak membuang sampa disana.
Ah..rasanya miris banget kalau lihat kondisi seperti ini. Dimana anggota Dewan Surabaya sedang bagi-bagi laptop dengan anggran 1,5 M, malah pendidikan untuk calon masa depan bangsa disia-siakan seperti ini. Kenapa ya nggak ada yang ribut untuk memikirkan keadaan sekolah yang nggak layak buat anak-anak...
Tidak dipungkiri bahwa perkembangan sosial media begitu pesat. Siapa yang tak kenak facebook, twitter dan lain-lain? Sepertinya hampir semuanya tahu. Yap...demam facebook dan twitter memang menjadi sebuah fenomena yang panas.
Fyuh..belakangan saya rada miris membaca beberapa status fesbuk milik keponakan saya yang notabene masih tergolong remaja, dan beberapa juga masih kategori anak-anak. Status mereka sungguh membuat saya terperangah dan hanya mengelus dada. Seperti contoh kedua keponakan saya, sebut saja A dan B. Mereka berdua adalah bersaudara, tapi entah mengapa akhir-akhir ini status fb mereka berubah menjadi makian antar saudara, terus terang jengah bacanya, walaupun saya tahu bahwa mereka masih tergolong ababil. Sesekali saya coba untuk coment dan mengingatkan, tapi tidak pernah digubris. Sepertinya memang sudah biasa saling memaki. Yang bikin saya heran, apa iya bapak ibunya nggak membaca status anaknya yang demikian?
hmmm...sepertinya memang susah menjadi anak yang hidup di era digital, dan orang tua harus rajin mendampingi
Etikanya orang tua bisa menjelaskan kepada anak bahwa tidak semua emosi atau perasaan diungkap kedepan publik.
Pagi-pagi begini saya sudah dibikin BT oleh seorang teman chat saya. Entah kenapa dia dari tadi chat yang dibicarain cuman soal fisik saya terus. Jengah...itulah yang saya rasakan. Sebenarnya awal chat sama dia saya udah gak seberapa suka, tapi saya masih menghormati dia. Meskipun kadang chatnya gak penting dan hanya keluhan dia soal pekerjaan. Seringkali saat chat dia menyepelekan saya, termasuk pekerjaan. Emang sih pekerjaan dia cukup bergengsi, tapi sudahlah saya nggak pernah tertarik.
Dan semalam kita ketemuan, saya sih cuek aja soal sibuk chat dan otak-atik hp. Dan puncaknya pagi ini dia sudah berungkali menyinggung fisik saya, sebenarnya saya nggak masalah cuman reseh aja kok yang diobrolin cuman soal fisik dan kelemahan orang lain, walaupun dia anggap itu cuman candaan tapi bagiku itu menyebalkan Dan akhirnya karena malas chat lagi saya pun permanen ofline dia dari ym. Fyuhhhh...terlepas sudah dari cowok reseh ini...dan saya puas :))
Hei bung!! janganlah kau menyinggung soal fisikku. Karena itu sangat tidak cerdas
Ad Placement