Kita yang Pernah Saling Berjabat Tangan



Hai,

Ini aku. Jangan bilang kamu sudah melupakanku? Aku akan sedih jika kamu benar-benar lupa.

Apa kabar?

Mungkin ini terdengar seperti pertanyaan klasik dan aku yakin kamu sudah berpuluh-puluh kali mendengarnya.

Lang,

Malam ini aku tiba-tiba teringat padamu. Ehm, mungkin lebih tepatnya rindu. Setahun lamanya aku tak menulis surat padamu. Dan, aku kangen.

Setahun lalu, kamu memutuskan untuk meninggalkan Jogja. Menuju tempat yang jaraknya ratusan Mill dari Indonesia. Demi sebuah cita-cita.

Kamu datang membawa pesan ini dengan mata berbinar seakan-akan menemukan barangmu yang lama menghilang. 

"Aku berhasil ke London," katamu saat itu.

Aku tak harus merespon seperti apa. Ingin rasanya aku memintamu jangan pergi. Tapi aku bisa apa, Lang. Tak ada yang bisa kulakukan untuk membuatmu tetap tinggal. "Selamat, Lang." Hanya itu yang bisa terucap dari bibirku.

Aku menjabat tanganmu erat, sebelum akhirnya berada dalam pelukanmu. "Kita akan baik-baik saja," bisikmu.

Aku mengangguk dalam diam. Membiarkan diriku berada dalam pelukanmu yang sebentar lagi akan melonggar.

Kupikir kamu akan menepati janji. Nyatanya, sampai saat ini tak ada kabar darimu. Kamu seakan menghilang tanpa jejak. Bahkan, saat kucoba periksa namamu di semua aku media sosial. Kamu tak ada. Apa aku yang melewatkanya?

Lang, andaikan aku memiliki sedikit keberanian untuk memintamu tetap di sini. Andaikan. Ah semua sudah terlambat.

Aku cuman mau bilang, rinduku beranak pinak untukmu.


Salam,

Dari seorang gadis yang masih setia menunggumu.

0 COMENTÁRIOS

Post a Comment