Menulis

Menulis

Menulis membantuku membekukan waktu

Menulis merapikan ingatan tentangmu

Menulis meredakan emosi

Menulis melegakan hati

Menulis mengajarkanku memaafkan

Menulis membantu menyelesaikan masalah dari sudut berbeda

Menulis meninggikan kualitas diri

Menulis membuatku jatuh cinta kepadamu

Menulis menyenangkan orang lain

 

...karena itulah aku menulis
Perayaan pesta ulang tahun buat anak, perlukah?

Perayaan pesta ulang tahun buat anak, perlukah?

 


 

 

"Pa, si adek bentar lagi ulang tahun. Kita rayakan yuk?"

"Ma, aku mau pestaku kayak Kayla, pake baju princess."

"Eh, Dek. Besok kalau Nayla ultah, pake tema ini aja. Lagi trend loh."

Siapa sih yang nggak senang datang ke pesta atau bikin pesta? Mengundang banyak orang, kumpul-kumpul sama saudara dan kalau pesta kita sukses pasti dipuji banyak orang.


Hayo, ngaku? :D


Eh, tapi saya bukan ingin membahas pesta pernikahan loh ya *dikeplak pembaca :D


Begini, tadi sore si ponakan saya pergi ke pesta ulang tahun temannya. Temannya ini anak orang berada, tiap tahun pasti dirayakan. Barang yang diberikan sebagai souvenir pun tidak murah, semua pilihan.


Kadang, saya mikir. Emangnya si anak sudah mengerti ya sama arti perayaan ulang tahun? Bukannya mereka nggak paham juga apa sih ulang tahun. Ditanya tanggal lahir aja kadang nggak ngerti.


Bukannya saya anti dengan pesta ulang tahun, nggak kok. Senang malah, soalnya suka kebagian kue hihi. Tapi, suka nggak ayah atau bunda berpikir demikian?


Dulu, saya ingat ortu cuman merayakan ultah buat saya ketika saya kelas 3 SD. Sekali aja nggak tiap tahun, kedua kakak saya juga begitu. Jadinya, ketika ulang tahun ke 17 saya nggak ribet minta dirayakan.


Bukankah inti dari ulang tahun itu adalah sebagai wujud rasa syukur terhadap umur yang semakin bertambah.


Nah, kalau tiap anak ultah terus kita rayakan dengan besar-besaran bukankah sama artinya kita mengajarkan pemborosan pada mereka, padahal dengan bersyukur tidak harus diwujudkan dalam bentuk pesta yang terkadang kita lakukan hanya sebagai gengsi belaka.


Kelak, jika saya punya anak. Ketika dia ulang tahun, saya akan mengajaknya berdoa bersama sang ayah dan sedikit berbagi dengan sesama (Insya Allah)


So, seperti apa cara ayah dan bunda mensyukuri hari kelahiran sang buah hati?

Cuaca panas

Cuaca panas

Sedikit melaporkan pandangan mata, cuaca di kota pamekasan panas banget. Rasanya sama kayak dikukus perlahan *lebay.
Tapi, beneran deh. Cuaca di surabaya dan madura panasnya maksimal. Jadi, jangan kaget kalau banya virus batpil di mana-mana. Semoga nggak kena deh.

Selamat hari minggu
Sebuah Surat untuk Allah

Sebuah Surat untuk Allah

Dear Allah,

Aku tahu, mungkin kau tak akan pernah membaca surat ini. Entah mengapa, masih saja aku ingin menulis surat untukmu.


Ya Allah,


Tak cukup banyak kata, untuk mengungkapkan betapa besarnya cintamu padaku.


Betapa besarnya kasih sayang yang Kau curahkan untukku.


Dan, aku hambamu ini tak pernah luput dari dosa


Ya Allah,


Terima kasih atas kesempatan yang kau berikan 20 tahun lalu. Kau masih sisakan umurku, dikala aku berjuang di meja operasi.  Andai saja saat itu, kau panggil aku menghadap-Mu. Mungkin tak pernah ada kesempatan untukku melihat isi dunia.


Ya Allah,


Maafkan, jika hambamu ini kerap kali tak mempercayai terhadap prasangka baik-Mu.


Masih saja mengeluh terhadap kasih sayang yang Kau limpahkan.


Ya Allah,


Aku rindu kepadaMu, tegurlah aku jika aku mulai menjauh dariMu.


Aku tahu kau menyayangiku


Kau titipkan cintamu melalui sakitku, agar aku tak pernah lupa untuk mengingatMu



Ya Allah,


Mungkin aku pernah marah padaMu, tentang diriMu yang tak adil. Memberiku sakit yang tak dapat disembuhkan. Tapi, Aku salah Ya Allah.


Aku tak menyadari bahwa kau telah menitipkan cintaMu di sana


Ketika aku merasa lelah, kesakitan, disitulah kau sirami aku dengan Cinta


dan aku bersyukur, karena kamu telah mengingatKu



Ya Allah,


Terima kasih Kau telah kuatkan hatiku, untuk bisa menerima semua keputusanMu


Terima kasih atas kesehatan yang selalu kau limpahkan. Meski aku berbeda dengan teman-temanku. Tapi, Kau membuatku lebih kuat dari mereka.



Ya Allah,


Terima kasih, kau tempatkan aku pada keluarga yang selalu mendukungku, teman-teman yang luar bisa, dokter-dokter yang baik hati.


Semuanya itu tak dapat aku lukiskan dalam kata-kata



Ya Allah,


Jika, kelak aku mulai lalai. Bisakah engkau ingatkan aku?  Tegur aku dengan kasih sayangmu.


Limpahkan aku kekuatan, agar aku bisa melewati semua ujianmu.



Salam sayang,


Hambamu

Allah itu baik sekali

Allah itu baik sekali

Pernah merasa hidupmu nggak sesuai impian?

Merasa nggak pernah berhenti diuji?

Merasa paling malang?

 

Coba deh tengok lagi.

 

Allah itu Maha Baik. Coba deh, kalau kita renungkan. Sebenarnya semua kehendak itu baik, cuman kadangkala sebagai manusia kita suka merasa Allah itu nggak adil, bahkan ada yang sampai nggak percaya lagi (Naudzubillah).


Buatku semua ketetapan Allah itu baik, disetiap ujiannya pasti dikasih sepaket sama jalan keluarnya. Dan, sampai sekarang aku masih suka nggak percaya.


Aku kasih tahu deh beberapanya ya :)


1. Kalau aku nggak selamat di ruang operasi, mungkin sekarang aku nggak bisa menikmati dunia, menulis, atau menjalani apa yang aku suka.  Saya beberapa kali bertarung nyawa di meja operasi, alhamdulillah Allah selalu ngasih kesempatan untuk kembali menghirup dunia :').


2. Allah ngasih saya cobaan melalui sakit yang tak bisa sembuh (Kecuali ijin Allah). Saya sempat marah, kecewa. Mengapa harus saya yang ditakdirkan?  Lagi-lagi Allah ngasih jalan keluar. Saya selalu mendapatkan dokter-dokter yang terbaik, ramah, dan sayang sama saya  :'). Di saat orang tua saya kesulitan mendapatkan biaya, Allah menurunkan dokter yang berani membela keluarga kami, mendorong pihak RS agar segera mengoperasi saya.


3. Kalau saya diterima S2 kemarin, mungkin saya tidak akan punya kesempatan untuk nulis blog, bertemu dengan penulis-penulis luar biasa, bertemu dengan orang-orang baru.


Sebenarnya masih banyak sih yang mau saya ceritakan tentang kebaikan Allah dalam hidup saya, lain kali aja ya :)



Jadi, Nikmat Tuhanmu mana lagi yang kau dustakan?

Memilih

Memilih


"Kok, kamu belum nikah juga sih?"


"Kebanyakan milih tu?"


"Apalagi sih yang ditunggu, umur sudah cukup?"



Pernah dapat pertanyaan seperti ini?


Saya dong sering (bangga dikit.. hihi).  Kadang sering bingung kalau mendapat pertanyaan begini? Dijawab yang agak absurb pasti dikejar dengan pertanyaan lain.  Dijawab dengan logika, masih juga dikejar dengan pertanyaan lain.



Lalu?


Memangnya salah ya kalau kita memilih calon pasangan hidup? Perasaan nggak juga deh, cuman kesannya kalau terlalu milih, kata orang namanya jual mahal.


Lah, gimana nggak jual mahal? Inikan menyangkut ikatan seumur hidup, bukan sekedar pacaran lalu putus cari lagi.


Menurutku, memilih pasangan itu harus. Tapi, bukan berarti syarat yang kita ajukan aneh-aneh dan di luar batas kewajaran. Ya, sesuai standar kebahagiaan kita aja deh.


 Intinya sih, jangan takut memilih :)
Dear Kamu,

Dear Kamu,


Dear Kamu,

Surat ini, aku tulis untukmu. Kepada pria yang pernah menaburkan asa di sudut hatiku.

Rinduku masih saja mengendap-endap pada celah kecil yang aku sebut kenangan, di mana pernah ada aku dan kamu di dalamnya.

Masih tersimpan di sini —sepasang janji untuk saling bersua, meluruhkan rindu-rindu yang menyesaki dada.

Kamu,

Aku tak pernah tahu apa yang terjadi?

Tiba-tiba, ku temukan punggungmu menjauh

Nyatanya kisah kita tak ubahnya cerita tanpa akhir: bahagia atau kehilangan.

Salam hangat,

aku

 
Barisan Masa

Barisan Masa

Pada barisan masa, ku titipkan kerinduan padamu yang kian tak tersentuh

Pada barisan masa, ku tadahkan serpihan-serpihan rindu yang tersisa dari kisah kita

Pada barisan masa, larik-larik puisiku masih bercerita tentang kamu; rindu yang tak berbalas

Pada barisan masa, ku biarkan kisah kita mengabu menjadi kenangan
Teruntuk Pria Senja (2)

Teruntuk Pria Senja (2)

Dear kamu,

Aku tak tahu bagaimana caranya memulai percakapan kembali di antara kita. Ku rasakan kau perlahan merentangkan jarak; meninggalkan kekakuan. Tak ku temukan kamu yang dulu.



Aku sadar kisah di antara kita tak pernah berhasil. Anggap saja perlakuanmu itu bentuk ujian dari Tuhan sebagai pendewasaan diriku.



Semoga kamu bahagia :)

Yang aku butuhkan

Yang aku butuhkan

Aku tak butuh rayu

Aku tak butuh hadiah

Aku butuh sepasang lengan kuat untuk menyanggaku ketika aku lelah

 

Aku tak butuh rayu

Aku tak butuh hadiah

Aku butuh sebuah bahu untuk bersandar ketika hidup tak lagi nyaman

 

Aku tak butuh rayu

Aku tak butuh hadiah

Aku butuh kamu selalu menemani hariku
Cinta Diam-Diam

Cinta Diam-Diam

Sudah beberapa hari ini, aku sengaja menunggunya di tempat ini. Membiarkan diriku menggigil tak karuan diterpa angin malam. Memang terlihat gila, tapi aku menyukainya.


Lima menit kemudian


Wanita berambut lurus hitam sebahu, berponi pagar, keluar dari ujung gang. Dia terlihat merapatkan jaket coklat yang dia kenakan. Malam ini, angin memang sedang tidak bersahabat.


Harusnya aku menarik selimut di kamar



Wanita yang berumur sekitar 30-an itu berjalan ke arah deretan ruko yang masih saja ramai. Langkahnya sempat terhenti, dia merasa ada seseorang mengawasinya. Dia tak berani menoleh.


Mungkin hanya perasaanku saja



********


Aku masih saja berada di sudut itu, membiarkan wanita yang belakangan ini menganggu mimpiku lewat begitu saja. Hatiku berdebar


Lidahku mendadak kelu



Teruntuk Pria Senja

Teruntuk Pria Senja

Akulah daun-daun rindu yang berguguran di selasar hatimu; berserakan

Akulah pemuja barisan kata di linimasamu yang diam-diam jatuh hati padamu

Akulah sekeping mimpi yang tertinggal di antara serpihan kisah kita

Ternyata waktu telah melibas semua janji, meninggalkan rindu yang tersekat di ruang waktu.

Janji-janji bersalut madu menjelma menjadi secawan racun; membunuhku perlahan.

Seperti inikah takdir itu?

Berakhir, sebelum ada permulaan
Rindu yang Mengabu

Rindu yang Mengabu

Engkaulah rindu, yang tak mampu meretas cemas di antara jarak dan waktu, sebab jeda, terasa lambat membawa kita pada satu titik temu.

Engkaulah daun rindu, berguguran satu demi satu luruh di berandaku, menjelma sunyi yang paling bisu pada jingga senjaku.

Pada rona senja, kita bicara dengan kesunyian yang bertelanjang dada, entah berapa lama rindu mampu bertahan dalam barisan masa, seperti inikah seharusnya cinta?

Pada senja, kita bicara dengan sepi yg bertelanjang dada, entah berapa lama rindu bertahan dalam barisan masa, seperti inikah seharusnya cinta?

Lalu, segala doa luruh bersama senja yang mulai mengabu, lirih dari tangis pesakitan rindu yang belum tertuntaskan.

Note:

Buat kamu yang sudah ku paksa menulis puisi, terima kasih ya.

(pria senja)
Senja Bulan Oktober

Senja Bulan Oktober

Senja Pertama di bulan Oktober
Kisah baru telah disusun
Mimpi-mimpi indah telah dipersiapkan

Senja Pertama di bulan Oktober
Ketika kisah lama telah berakhir
Bersama kenangan tentangmu yang memudar

Selamat datang Oktober
Semoga cinta dan kebahagiaan meluber
Bidadari Tanpa Sayap

Bidadari Tanpa Sayap


Akulah bidadari yang kehilangan kedua sayap

Terluka; ketika sebilah anak panah beracun yang kau tusukkan tepat di ujung sayapku

Kau membuatku kehilangan kendali

Terkapar; menunggu maut menjemput

Akulah bidadari yang kehilangan kedua sayap

Ketika kamu memberiku sebuah cinta bersalut racun

Membunuhku secara perlahan

Akulah bidadari yang kehilangan kedua sayap

Ketika rinduku menjelma sebuah belati

Menikam tepat di ulu hatiku

Akulah bidadari yang kehilangan kedua sayap

Ketika cinta tak mampu menjagaku
Seorang Pria itu seharusnya

Seorang Pria itu seharusnya

Hihi, nggak tahu kenapa kok aku jadi pengen nulis tentang seorang pria ya. Tulisanku kali ini lebih ingin membahas bagaimana seharusnya seorang pria di mata wanita. Dan, lagi-lagi ini hanya pendapatku semata, kalau nggak setuju jangan pada nampol saya ya? :D


Sebagai seorang pria, seharusnya dia belajar bagaimana cara menaklukkan hati. Perlu dicatat, hati disini bukan berarti mempermainkan perasaan loh. Dan, saya paling nggak suka seorang pria yang hanya memanfaatkan kelemahan wanita. Cih, nggak jantan.


Sebagai wanita, kita nggak butuh janji-janji atau kata-kata manis bersalut madu, meskipun pada dasarnya wanita suka dirayu, tapi kalau kebanyakan juga lebay alias pengen muntah.


Pria demen ngeluh juga nggak asyik, apalagi soal kerjaan yang sebenarnya remeh. Kita wanita memang suka ketika pria berbagi masalahnya, tapi bukan berarti kudu tahan mendengarkan keluhan tiap hari.


Pria keren itu tahu bagaimana cara bersikap terhadap wanitanya, yang pasti dia akan memuliakan sang wanita. Menjaga agar tidak tersakiti. Karena ketika sang wanita tersakiti dia juga sakit.


Saya nggak suka pria perokok dan suka minum-minuman keras. Buat saya pria model begitu nggak ada kerennya. Gimana mau menjaga kesehatan keluarganya kelak, kalau dia sendiri sedang membunuh dirinya perlahan. Sekeras apa pun masalahmu, bukan berarti rokok dan minuman pelampiasan.


Satu lagi, pria keren tahu saat yang tepat untuk membuat pasangannya berbunga-bunga, walaupun tidak melalui adegan romantis. Kalau saya suka menyebutnya manis :)


Sekian postingan kacau saya. Semoga besok para pria-pria nggak komen ditulisan ini :D

Di Ujung senja

Di Ujung senja



Di ujung senja, nyata rindu kita hanya sebatas kata yang tersekat jarak dan waktu

Di ujung senja, nyata kisah kita hanya sebatas roman-roman tanpa judul

Di ujung senja, nyata janji kita hanya sebatas kata-kata manis tanpa makna

Di ujung senja, tak ada lagi kisah kita dalam larik-larik puisimu

Di ujung senja, ketika semua kisah kita berakhir tanpa kata
Sekali saja ku biarkan aku memeluk kenangan

Sekali saja ku biarkan aku memeluk kenangan

Pagi ini aku kembali memetakan semua rindu yang pernah aku rasakan

Kepada kamu, pria yang pernah mencuri separuh hatiku

Pagi ini, diam-diam rindu menelusup pada celah yang lupa aku tutup

Sesak

Ya.. sesak

Aku tak tahu harus bagaimana dengan rindu ini

Kamu, adalah sebuah kenangan dan aku tak mau lagi menengoknya

Entahlah

Kenapa diam-diam rinduku menjelma menjadi sebilah belati

Menikam tepat di ulu hati

 

Sakit

Aku mengerang kesakitan

Tapi, nyatanya rindu ini mencandukan

Aku menikmati setiap goresnya, walau sesekali air mata mendesak; berlompatan dari kedua mataku

Mungkin ini yang di sebut cinta itu memabukkan

Tapi, lagi-lagi aku membiarkannya

Sekali saja

ya, hanya sekali
Senja keberapa?

Senja keberapa?


Aku tak pernah mengingat ini senja keberapa

Aku tak pernah mengingat berapa senja yang telah aku lewati

Aku tak pernah mengingat kapan senja terakhir aku nikmati bersamamu

Aku penyuka senja tapi juga benci menikmati senja

Senja membuatku mengingatmu

Membuatku mengingat pria yang pernah mengajarkan tentang bagaimana menikmati indahnya senja


dan juga mengajarkan bagaimana aku membenci senja

entah ini senja keberapa?

Karena aku tak lagi ingin mengingatnya

Surabaya, 22-09-2012
Cinta

Cinta


Cinta itu serupa aneka permen dengan berbagai rasa:  manis, asam, atau perpaduan dari asam dan manis


Cinta itu serupa warna merah yang ku sematkan di pualam pipimu: hangat dan malu-malu


Cinta itu serupa kumpulan buku roman, menghasilkan debar-debar dan rasa hangat bagi pembacanya


Cinta itu serupa kumpulan anak kecil yang  tertawa riang di tanah lapang: penuh tawa dan kecerian


Cinta itu serupa bulir-bulir hujan yang mengalir dari langit: dingin, basah, meninggalkan kesedihan


Cinta serupa arakan awan kelabu di langit: meninggalkan rasa ngilu dan kerapuhan


Cinta apa apun bentuknya, dia adalah perasaan indah tak berbatas


Ceria


Indah


Nyata


Tak terduga


Awas terbakar di dalamnya

Diam

Diam





Aku diam


Kamu diam


Kita diam



Tik tok..tik tok


Waktu terus berjalan


dan kita masih tetap terdiam



Adakah luka telah mendiami perasaan kita masing-masing


hingga diam adalah jawabannya



Baiklah, Tuan. Mari kita bermain diam, dan lihatlah siapa yang lebih dulu kalah karena menahan rindu: aku atau kamu.





 


Tentang Kertaswarna

Tentang Kertaswarna

Pernahkah ada yang bertanya-tanya kenapa blog ini bernama Kertaswarna? Atau penasaran blog kertaswarna ini isinya apaan sih? Blog galau ya? :D


Blog Kertaswarna adalah blog kedua saya. Dulu sempat punya blog di domain yang lain cuman karena merasa kesulitan memakainya, saya memutuskan untuk membuatnya lagi.


Blog ini saya buat ketika duduk di bangku kuliah, awalnya hanya pengganti menulis diary. Jadi, kalau mau nambah postingan kudu pake koneksi gratisan di kampus. Maklum, dulu biaya internet cukup mahal.


Lambat laun, blog ini beralih menjadi tempat latihan saya menulis. Di blog ini saya bebas menulis apa pun. Kadang saya suka ketawa kalau baca tulisan-tulisan lama. Masih polos :D


Kenapa saya kasih nama Kertaswarna? Alasannya adalah kertas adalah tempat di mana kita bisa meletakkan isi dunia atau kepala di dalamnya, tidak perduli itu berupa coretan asal, makian, tulisan manis, atau hanya kumpulan benang-benang kusut.


Kenapa saya tambahkan kata warna di dalamnya? Saya punya alasan tersendiri.  Ketika kertas putih dipadu padankan dengan warna-warna, jadilah dia kertas berwarna-warni.


 Begitu juga dengan tulisan di blog ini, nantinya saya akan membuatnya lebih berwarna.


Semoga...

Sempat memiliki

Sempat memiliki

 D&D Pub and Lounge


"Sudah, Ndre. Cukup!" Kirana menarik segelas bir di tangan Andre yang belum sempat dia tenggak.


"Ah, kamu berisik!" Andre meracau.


"Kamu sudah cukup mabuk, mau sampai kapan kamu di sini? Sudah cukup, ayo pulang." Kirana mulai menarik Andre yang masih meracaukan kata-kata tak jelas.


"Aku ingin melupakan Nia, Kiran. Jadi, tolong biarkan aku di sini saja." ujar Andre di tengah racauannya


"Memangnya dengan mabuk kamu bisa melupakan dia?" Kirana masih berusaha membuat Andre yang mulai sempoyongan untuk berdiri.


"Setidaknya untuk malam ini aku bisa melupakannya, besok. Entahlah," ujar Andre lirih.


"Jadi, besok kalau kamu masih ingat dia. Kamu bakal minum dan mabuk lagi? Bodoh! Kenapa nggak sekalian aja kamu jedotin kepala ke tembok, biar amnesia," ujar Kirana tak sabaran


"Bawel. Mending kamu pulang sana. Nanti kamu kenapa-kenapa." Andre menepis tangan Kirana dari bahunya.


"Harusnya bukan aku yang kamu khawatirkan. Ayo pulang, sudah cukup kamu menyakiti dirimu sendiri." Lagi-lagi Kirana berusaha memapah Andre --sahabatnya itu.


"Kamu tahu apa tentang kehilangan, Ki? Kamu nggak akan pernah tahu gimana rasanya ditinggal oleh kekasihmu sendiri?'


Kirana diam


Aku memang tidak pernah tahu rasanya ditinggalkan oleh kekasih sendiri. Tapi, aku pernah berada di posisimu saat ini ketika aku tahu kamu tak pernah mencintaiku, Ndre.


...dan kamu masih beruntung sempat memiki Nia


Ikut serta dalam #FF2in1

Ritual Pagi

Ritual Pagi

Pagi ini, aku bangun dengan mata setengah terpejam. Tidak langsung bangun, melainkan terkantuk-kantuk di tepian tempat tidurku. Mengerjap-ngerjap kedua mata, lalu diam untuk beberapa saat. Membiarkan ruhku kembali utuh ke raganya.


Dengan sedikit limbung dan mata yang mulai terbuka, aku berjalan ke depan cermin lebar yang terletak di dekat jendela kamarku.


"Selamat pagi, apa kabarmu yang di sana?" sapaku pada cermin dengan setengah menguap.


Mungkin bagi sebagian orang, apa yang baru saja aku lakukan terlihat aneh. Berbicara dengan bayangan sendiri. Tapi, itulah yang aku lakukan setiap pagi sehabis bangun tidur.


Buatku berbicara dengan bayangan sendiri, seolah mencari tahu apakah ada perubahan pada diriku setiap harinya. Buatku ketika melihat cermin, aku menemukan diriku apa adanya. Bukan diriku yang mengenakan topeng untuk memberi seribu wajah bagi orang lain.


Cermin tidak pernah bohong bukan?


Selesai dengan ritual menyapa 'bayangan sendiri,' aku beranjak ke arah jendela kaca yang dapat digeser dari dalam. Aku membukanya lebar-lebar --membiarkan udara pagi memenuhi kamarku pagi ini.


Dari balik kamar, ku temukan kilauan sinar mentari bersembunyi dari balik awan, membentuk semburat-semburat yang begitu memanjakan mata. Aku suka udara pagi ini, sinar matahari cukup nyaman untuk dirasakan di kulit.


Aku melirik jam kecil di atas nakas. Pukul 07.00, waktunya aku menemui kekasih tercinta. Kami berjanji menikmati sarapan bersama di taman


Aku sebut itu kenangan

Aku sebut itu kenangan





Rindu diam-diam menelusup melalui celah kecil yang lupa aku tutup rapat





Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Tak cukupkah kamu mencuri separuh dari hatiku dan lupa untuk mengembalikannya tepat waktu padaku?


Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Tak lelahkah kau permainkan hatiku? Bukankan kemarin kau telah memporak-porandakannya? Masih belum cukup?


Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Sudah cukup kau bermain-main dengan pikiranku. Aku sudah terlalu lelah untuk sekedar kembali menengok ke arahmu


Kamu.....



Akankah kita kembali dipertemukan takdir?


Ketika rasa rindu kembali memenuhi dada


Uraikan kenangan yang telah tertata rapi di sudut terkecilku


Ramaikan kembali hatiku yang telah lama berdebu


Ingatan tentangmu diam-diam menelusup sepi


"Nanti kita pasti bertemu," katamu


Dan aku menunggu takdir berbicara, akankah Tuhan mempertemukan kita kembali


Untuk sekedar berpapasan



...dan aku benci untuk mengakui, bahwa aku merindukanmu



Mencintaimu dalam sunyi

Mencintaimu dalam sunyi


Aku ingin mencintaimu dalam diam

Tak bersuara --hening tanpa kata

lirih; redam

 

Diam-diam

Ku biarkan kamu di sana bersamanya

Meski hati perih

Ya, sekali lagi ku biarkan semua apa adanya

Bukankah cinta tak selalu meminta balas?

 

Aku ingin mencintaimu dalam diam

hanya diam

Tak peduli jika kata-kata bisa mengubahnya

Biar saja, karena diam adalah pilihan
dan aku memilih untuk mencintaimu

 

Saat sunyi dan diam merajai

Di sana kamu sedang tergelak riang

Tak peduli dengan sosokku yang menatapmu sedih

 

Biar saja

karena aku telah memilih hanya untuk mencintaimu dalam sunyi
Seribu Kunang-kunang

Seribu Kunang-kunang


Ini kisah tentang seribu kunang-kunang

Di mana sinarnya berpendar menghiasi cakrawala

Menyinari langit pekat tak berbintang

 

 

Ini kisah tentang seribu kunang-kunang

Di mana ada aku dan kamu di dalamnya

Seperti kisah roman-roman tak berjudul

 

 

Ini kisah tentang seribu kunang-kunang

di mana hanya sebuah cerita yang tak selesai

dan ribuan kunang-kunang yang tak lagi berpendar

Karena malam telah mencuri kilaunya
Rasa

Rasa

Berkali-kali aku mencoba mencari tahu tentang suatu perasaan yang saat ini menjejaki; menyesaki hatiku.
Mungkinkah ini cinta?

Atau hanya suatu kebahagiaan yang tak bermakna?

Harus kemana ku cari semua jawaban?

Pada Langit yang membisu?

atau pada ribuan aksara yang membatu?

Tak ada satupun dari mereka yang menjawabnya

Bisu

 

Jadi, harus aku sebut apa rasa ini?

 

 
Tentang sebuah janji

Tentang sebuah janji

Ini tentang sebuah janji


Janji, yang kau bisikkan dengan lirih  di telingaku ketika kita menghabiskan waktu berdua


Malam itu kita larut dalam labuhan cinta


Bermain kata-kata dan kemudian kau rengkuh aku dalam pelukmu


Kita bercumbu, meraih kenikmatan yang tak pernah tuntas


Aku biarkan tubuh mungilku rebah di dada bidangmu


Bercampur peluh: aku dan kamu


 Kita biarkan tubuh saling melepas rindu, menuntaskan semua hasrat tak terlupakan


Di akhir perjalanan kita, kau bisikkan sebuah janji



"Kita akan selalu bersama sampai mati."

Sampai akhirnya kita terkapar karena lelah

tersisa degub-degup dan aroma tubuhmu



Ini tentang sebuah janji


Janji, yang dulu kau bisikkan di telingaku


...dan kini semua mengabu


Lusuh, digerus roda waktu


Usang


Pada akhirnya, janji adalah kata-kata manis tanpa makna

Tentang Rindu

Tentang Rindu

Rindu tak  berhenti berdenyut;  seperti kehidupan yang tak pernah berhenti berjalan


Rindu tak berhenti berdenyut; seperti bumi yang tak berhenti berotasi


Rindu tak berhenti berdenyut;  seperti langit yang setia menjaga bulan


Rindu tak berhenti berdenyut; seperti tabahnya ilalang


Rindu tak berhenti berdenyut; seperti air yang terus mengalir kepada suatu muara





Rindu tak akan berhenti berdenyut; meski berkali-kali dipatahkan waktu