Masih (ada) kamu

Masih (ada) kamu

beautiful-city-cool-free-Favim.com-665823.jpg


Aku tak pernah berharap kamu akan membaca tulisan ini. Yang kutahu kamu bukanlah orang yang sentimentil terhadap perasaan. Kamu pandai menyembunyikan perasaan, sama dengan wajahmu yang selalu datar saat mendengarkan ceritaku. Bahkan, sampai sekarang aku hanya bisa menerka apa yang ada dalam benakmu tentang diriku. Mungkinkah kau tak pernah menyukaiku?


Ini mungkin tulisan terkonyol yang kubuat untukmu. Saat semuanya telah berakhir, kenapa hati ini masih mempertanyakan tentang semua perasaanmu. Kenapa tak dari dulu saja aku menanyakan tentang isi hatimu sebenarnya terhadapku. Boleh aku jujur? Masih tersisa rasa kecewa di hati tentang hubungan yang telah berakhir tanpa ujung. Ah, sudahlah tak usah kau pikirkan. Kamu boleh menertawakan semua ini. Ya, tertawalah sekerasnya. Tertawakan saja diriku yang masih mengagumimu melebihi apa pun. Tapi, ijinkan aku memberitahumu satu hal




Kamu, lelaki yang kerapkali menyisakan kehangatan di dadaku. Bahkan, saat sepasang lenganmu tak lagi menyanggaku. pesonamu masih saja tertinggal di hatiku.


Genre Lagu

Genre Lagu

Sebenarnya aku bukan penggemar fanatik lagu. Hanya sesekali aku mendengarkannya sebagai referensi dalam menulis atau sekadar mengisi kesepian saat berada di kamar. Kalau diingat-ingat orang yang pertama mengenalkan lagu itu kakak laki-lakiku. Semenjak aku duduk di bangku SD dia sudah meracuniku dengan lagu-lagu barat. Dan, aku suka. Meskipun selera musik kami berbeda. Kakakku penyuka lagu bergenre keras, sedangkan aku lebih ke Pop. Tapi, selera musik itu menyatukan kami berdua.


Aku yang terbiasa mendengarkan lagu-lagu milik kakak, lambat laun jadi menyukainya. Ya, bolehlah sekali-laki telingan di dengarkan lagu milik Greenday, Oasis, Nirvana, The President of USA, Third Eye Blind, dll. Dan, referensi lagu yang dikenalkan kakakku membuat pengetahuanku tentang musik menjadi kaya.


Kalau dulu pas masih remaja lebih suka dengan Boyband soalnya ganteng-ganteng :D, tapi sekarang sih semua lagu didengarkan. Jadi, nggak hanya fanatik sama 1 grup saja. Dan, tetap saja saya lebih suka lagu-lagu era 90-an. Ada banyak lirik-lirik yang kuat untuk tetap dikenang sama telinga. Kalau lagu-lagu jaman sekarang kurang menarik. Entahlah, mungkin hanya perbedaan selera saja.



Apa genre lagu favoritmu?


 
Hanya Ingin Menulis saja

Hanya Ingin Menulis saja

Dua hari tak menyentuh laptop rasanya isi kepalaku entah kemana.  Ketika membuka draft novel yang kutemukan hanya kebuntuan. Memang benar kalau menulis novel itu perlu napas panjang agar nggak bosan. Dan, godaan  terbesar saat ini adalah kemalasan. Ya, gimana mau nerbitin buku kalau nggak bisa menahan godaan itu. Ayolah semangat. Ada beberapa kawan yang menunggu karyamu.


#edisi menyemangati diri sendiri
Gadis Pemetik Luka

Gadis Pemetik Luka

umbrella+in+the+rain.jpg


Seorang gadis bermata pelangi menatap kosong

Warna-warna di manik matanya menjelma kelabu

Tersisa siluet hitam membentang pekat di kedua bola matanya

Tak ada yang tersisa dari pancaran warna pelangi

Semua seakan menghilang saat sang pemilik kehilangan kedua sayapnya

Lantas cinta yang pernah ada menjelma duri yang menyakitkan

Kini, gadis pelangi tak ubahnya porselen cina

Hampa

Ketika warna merah muda di pualam pipinya memudar

Terganti anak-anak sungai di kedua pipinya yang pucat

Tak ada lagi warna pelangi

Karena, sang gadis lebih menikmati luka di hatinya

Biar luka ini aku yang rasa


Kepada lelaki abu-abu

Kepada lelaki abu-abu

Hai, apa kabarmu? Entah apa yang menggerakkan diriku untuk menuliskan ini untukmu. Mungkinkah ini rindu yang tiba-tiba datang? Ah, aku tak berani mengatakan itu. Karena perasaan rindu kerap kali tumpang tindih dengan jatuh cinta.
Bagaimana kalau aku bilang ini adalah menziarahi kenangan?
Sudahlah aku tak mau bertele-tele dalam tulisan yang tak jelas ini. Pokoknya jangan tertawa ya kalau membaca blogku ini.


Aku



Merindukanmu

Cinta itu buta

Cinta itu buta

Masih tersisa riuh suaramu di kepala membisikkan kata-kata yang sudah aku hafal di luar kepala, bahkan dengan mata terpejam pun aku bisa mengulangnya.



Aku mencintaimu. Percayalah tak ada wanita lain di hatiku

Untung saja di tanganku tidak ada segelas air. Kalau tidak seluruh isinya bisa kutumpahkan di kepalamu saat itu juga. Sayangnya, itu semuanya hanya khayalanku saja. Biarpun telinga ini geli mendengar kalimat yang telah kauucapkan berulang kali. Tapi, tetap saja sebagai wanita aku tak bisa menolaknya. Benar kata orang bahwa wanita rawan terhadap rayuan.


Aku menggelengkan kepala. Rasanya sulit sekali menyingkirkanmu dari kepalaku. Entahlah, isi kepalaku selalu penuh denganmu. Padahal, sesekali aku ingin mengisinya dengan aktor-aktor tampan favoritku yang biasa kunikmati lewat layar televisi. Sayangnya, semua percuma. Pesonamu terlalu kuat untuk ditanggalkan.


Ah, cinta memang buta. Sebuta hatiku yang mau saja kau jadikan selingkuhan.