Rasa
Mungkinkah ini cinta?
Atau hanya suatu kebahagiaan yang tak bermakna?
Harus kemana ku cari semua jawaban?
Pada Langit yang membisu?
atau pada ribuan aksara yang membatu?
Tak ada satupun dari mereka yang menjawabnya
Bisu
Jadi, harus aku sebut apa rasa ini?
Tentang sebuah janji
Ini tentang sebuah janji
Janji, yang kau bisikkan dengan lirih di telingaku ketika kita menghabiskan waktu berdua
Malam itu kita larut dalam labuhan cinta
Bermain kata-kata dan kemudian kau rengkuh aku dalam pelukmu
Kita bercumbu, meraih kenikmatan yang tak pernah tuntas
Aku biarkan tubuh mungilku rebah di dada bidangmu
Bercampur peluh: aku dan kamu
Kita biarkan tubuh saling melepas rindu, menuntaskan semua hasrat tak terlupakan
Di akhir perjalanan kita, kau bisikkan sebuah janji
"Kita akan selalu bersama sampai mati."
Sampai akhirnya kita terkapar karena lelah
tersisa degub-degup dan aroma tubuhmu
Ini tentang sebuah janji
Janji, yang dulu kau bisikkan di telingaku
...dan kini semua mengabu
Lusuh, digerus roda waktu
Usang
Pada akhirnya, janji adalah kata-kata manis tanpa makna
Tentang Rindu
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti kehidupan yang tak pernah berhenti berjalan
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti bumi yang tak berhenti berotasi
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti langit yang setia menjaga bulan
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti tabahnya ilalang
Rindu tak berhenti berdenyut; seperti air yang terus mengalir kepada suatu muara
Rindu tak akan berhenti berdenyut; meski berkali-kali dipatahkan waktu
(Masih) tentang kamu yang aku rindukan
Tentang kamu. Kamu yang membawa sekeping hatiku dan tentang hatiku yang lebur karena bertepuk sebelah tangan. Harusnya sejak awal aku sadari, semua itu hanya kesalahan hatiku. Aku salah mengartikan gelagat dan membiarkan diriku jatuh ke dalam perasaan tak kasat mata. Dan, kamu, dengan teganya mempermainkan semuanya. Membiarkanku jatuh lebih dalam, terperosok dalam luka.
dan sekarang
...tiba-tiba aku merindukanmu
Betapa bebalnya hatiku ini, harusnya aku pergi mengemasi semua perasaan ini. Bukannya tetap tercenung di depan pintu hatimu dan berkhayal sebentar lagi kamu akan keluar; mempersilahkan aku masuk.
Bodoh...
Cinta itu bodoh, rela membuat kita dijungkir balikkan perasaan, tapi nyatanya tak satupun dari kita berhenti untuk mencari cinta.
Waktu terus berputar, ingatan ini tak pernah lekang.
Kamu, yang telah mencuri hatiku. Mungkinkah Tuhan tak mempertemukan kita karena tak ingin melihat kita menjadi sepasang yang saling menyakiti; membunuh rindu. Tuhan tak ingin air mata terus berlompatan dari kedua bola mataku.
Haruskah aku berterima kasih dan membiarkan rasa rindu meletup-letup tanpa muara?
Entahlah....