Sepotong senja

Sepotong senja

Hari ini langit memerah

Warnanya semerah pualam dengan semburat sinar

Senja datang lagi

kenangan akan dirimu kembali terekam

Ah, kenapa rindu ini kembali menelusup?

Rindu padamu yang bahkan bayangnya pun telah memudar

yang terputar hanya kenangan buluk, tanpa arti

 

Senja datang lagi

tapi tidak membawa sepucuk berita

bahkan sebersit kerinduan darimu

 

Senjaku ingkar

dia tidak lagi ramah padaku

Dengan cepat dia memudar dan meninggalkanku dalam kegelapan

 

Senjaku kini hanya menjadi sekeping kenangan

Sepotong senja yang pernah aku titipkan padamu
Pencuri hati

Pencuri hati

Dear Kamu,
Belakangan ini entah kenapa benakku, melulu tentang kamu
Padahal kita pun belum saling bertautan secara nyata
Tanpa tegur sapamu rasanya sepi

Adakah kau curi hatiku?


Salam hangat,

Pengagummu
Menelusur rindu

Menelusur rindu

Malam beranjak
Aku tergugu di sudut malam
Ada perih melanda
Rindu mencengkeram hati

Aku rindu pada kamu
Tanpa peduli apakah kamu juga rindu

Biar rindu ini menelusur, dan bermuara pada orang tepat.

Jika itu bukan kamu, biarlah orang lain yang merasakannya.
Dear Kamu

Dear Kamu

Dear Kamu,

Genap sebulan, hubungan yang kita rangkai telah berakhir. Entah mengapa, sampai detik ini aku belum bisa menghempaskan angan tentang dirimu. Ada rasa yang tertinggal.


Sekuat apa pun aku berusaha melepaskan semuanya, nyatanya bayanganmu masih saja menelusup sepi di benakku. Aku akui, sebagian diriku masih merindukanmu.


Aku harus bagaimana?



Beri aku cara untuk melupakanmu...



Salam Hangat,



Lagi-lagi merindukanmu


Sekeping mimpi

Sekeping mimpi

Aku merasa limbung
Tertatih menjalani mimpiku
Kamu yang dulu menjagaku
Tega merebut hatiku

Kini semua telah usai
Mimpi kecil pun pudar
Bersama bayangan punggungmu

Harus seperti apa diriku bersikap?
Jika kenangan ini tak mudah aku tepiskan.

Silahkan bawa kepingan hatiku. Kelak jika semua telah benar-benar usai. Kembalikanlah utuh padaku.


Melepaskan

Melepaskan

"Aku ingin ini berakhir!" Katamu dingin di saat pertemuan kita pagi itu.
Aku tertunduk, tak berani menatapmu. Tak ingin tangis ini tiba-tiba pecah.
"Jawablah.." Katamu lagi.
"Apa yang harus aku jawab. Toh ucapanku sudah tidak berarti lagi depanmu," aku masih tertunduk.
Kamu terdiam. Hening--tak satupun dari kita bersuara.
Aku menghela napas panjang. Dengan menahan tangis, "baiklah. Akhiri saja jika itu maumu.."
Kamu mendongak, menatapku lekat. Matamu mencari tahu kebenaran yang baru saja aku katakan.
"Segampang itu?" Tanyamu.
"Bukankah itu yang kamu inginkan? Lepaskan aku dan biarkan aku bebas."
Bingung

Bingung

Benar-benar bingung dengan perasaanku. Sebenarnya aku lagi merasakan apa sih. Kadang kangen yang satunya, kadang kangen dia yang setiap hari ngobrol. Duh, nggak bisa fokus deh.


Entahlah ini tulisan apa :D

(Masih) Merindukanmu

(Masih) Merindukanmu

Kenapa aku masih saja merindukanmu?
Padahal semua kenangan itu sudah aku usir jauh.
Ah, racun apa yang kau berikan untukku?
Dan sekarang aku sakau tanpamu

Tolong berikan aku penawarnya
Agar tidak selalu merindukanmu
Gamang

Gamang

Lagi-lagi rasa rindu ini memenuhi benakku
Rindu pada dirimu yang pernah hadir mengisi hatiku
Harus seperti apa aku bersikap?
Jika, kamu pun tak mau lagi menengok ke arahku.
Ah, katamu kau akan tetap di sini untukku. Nyatanya saat aku butuh, punggungmu tak lagi menghadapku.

Kalau aku merindukanmu. Lalu aku bisa apa?

Nyatanya luka ini memang belum mengering.
Pria Peramu Kata (2)

Pria Peramu Kata (2)

Dear Pria Peramu Kata,

Hai...!

Baik-baik saja kan?

Hmm..sebenarnya agak bingung juga mau menuliskan apa untukmu. Belakangan ini suka sekali berkunjung ke blogmu. Membaca semua untaian kata yang tertulis di sana. Dan ada banyak kegetiran.


Adakah hatimu terluka? Seperti semua tulisan-tulisanmu itu? Maaf kalau aku salah menyimpulkannya. Aku hanya penikmat kata yang hanya membaca tanpa mencari tahu makna yang tersirat di dalam.


Seperti yang aku bilang, aku suka dengan tulisanmu. Entahlah aku merasa terbius untuk berada di dalamnya. Dan, kamu berhasil membuatku ikut merasakan kegetiran itu.


Ah, sudahlah. tak perlu kau pedulikan apa yang aku tulis ini. Semoga kamu selalu sehat, agar aku bisa kembali menikmati semua tulisanmu



Salam Hangat,



Penikmat Kata

hempaskan

hempaskan

Perlahan ingin aku tepiskan semua rasa ini


rasa yang tidak mungkin akan berkembang


rasa ini tak akan pernah menjadi nyata


dan aku pun tak mau kembali ke luka lama



enyahkan saja riak-riak di hatiku


agar kelak tak ada lagi luka yang tertoreh untukku

Sakau

Sakau

Aku terduduk sendiri menatap temaram senja


kenangan akan dirimu masih saja bercokol dalam ingatanku


Mungkinkah racun yang kau tinggalkan terlalu banyak


hingga tanpamu aku sakau

Date Impian

Date Impian

Eh, ini kenapa aku jadi pengen nulis soal date impian (efek kebanyak baca novel xixixi). Tapi, beneran sampai sekarang saya belum pernah ngedate (curhat).


Boleh dong saya sedikit mengkhayal.


1. Kalau nantu saya punya kekasih hati atau suami, pengennya ngedate di toko buku. Beli buku kesukaan masing-masing, seru kayaknya.


2. Ngobrol ngalur ngidul soal buku di taman. Seru kayaknya


3. Makan bakso


4. Duduk-duduk di ayunan



Ni, postinganku kok nggak jelas banget ya

Pria Peramu Kata

Pria Peramu Kata

Dear Pria Peramu Kata,


Entah apa yang membuatku ingin sekali menulis selembar kekagumanku untukmu. Aku tidak pernah mengenal dirimu secara pasti. yang aku tahu tentangmu hanya tulisan-tulisan manismu yang selalu berseliweran di Time Lineku.


Aku kagum padamu. Kagum pada keahlianmu meramu kata. Kagum pada rangkaian kata di akun twittermu.Sederhana, tapi tepat mengena di hatiku. Lucu ya...


Rasanya ingin mengenalmu lebih dekat, tapi rasa malu ini menghambatku. Sudahlah mungkin lebih baik  aku mengagumi di balik layar. Aku hanya akan menjadi penikmat kata. Penikmat sajak-sajakmu.


Salam Hangat,



Penikmat Kata

Untukmu, calon pemilik hatiku

Untukmu, calon pemilik hatiku

Dear Calon Pemilik hatiku,

Hai...!

Apa kabarmu? Baik-baik saja kan. Bagaimana kau melewati akhir pekanmu? Adakah sesuatu yang mengembirakan atau bahkan membuatmu kesal?


Tidakkan kamu ingin tahu akhir pekanku?


Akhir pekanku lumayanlah. Aku bisa istirahat lebih lama. Semalam juga berhasil menulis 2 halaman untuk novelku. Oh, ya. Aku belum cerita padamu bahwa aku suka menulis. Saat ini aku sedang menulis sebuah novel.


Tolong doakan, semoga aku bisa menyelesaikannya.


 Kamu yang di sana,


Jangan lupa jaga kesehatan. Sesibuk apa pun pekerjaanmu, kesehatan tubuhmu tetap nomor satu.


Sudah dulu ya, aku mau lanjut nulis lagi.



Salam Hangat,



Calon tulang rusukmu

Mengapa?

Mengapa?

Mengapa rasa ini sulit aku enyahkan?
Mengapa rasa ini masih saja menggelayutiku?
Apa yang terjadi dengan diriku?
Mungkinkah aku terlalu mencintainya?
Hingga aku masih terjebak dalam bayangannya.

Sungguh, rasa rindu ini tidak dapat aku bendung.

Ah, kenapa hanya aku yang merasakannya
Masih rindu

Masih rindu

Dear Kamu,
Kenapa rasa rindu ini masih saja bercokol di otakku? Kenapa sampai sekarang aku tidak bisa mengenyahkan kenangan kita.
Rasa dendam dan marah memang telah usai. Tapi tetap saja tidak serta merta bisa menghapusmu dan menganggap tidak terjadi apa-apa.

Apakah kau rasakan hal yang sama denganku?

Maaf, jika aku masih saja berputar di areamu. Karena apa yang terjadi di antara kita sudah melekat kuat.

Ijinkan aku sejenak untuk bersandar dalam kenangan ini.
Masih Saja merindukanmu

Masih Saja merindukanmu

Dear Kamu,

Mengapa rasa rindu ini masih saja bercokol dari ingatanku? Rekaman-rekaman kenangan indah di antara kita masih saja terputar di benakku. Mengenyahkan dirimu terlalu sulit untukku.


Rasanya semua rekaman tentangmu bergerak lambat di benakku. Aku ingin menikmati rasa itu sekali lagi.


Maaf, jika aku masih saja merindukanmu. Maaf, jika saja rasa ini masih belum bisa aku hilangkan dari pikiranku. Maaf, kalau aku masih mencintaimu


Salam Hangat,


Aku yang masih merindukanmu




Entah kenapa kenangan ini masih saja bercokol di hatiku


Dear Kamu

Dear Kamu

Dear Kamu,

Pembicaraan kita semalam, membuatku merasa lega. Semua ganjalan yang selama ini bercokol di hatiku perlahan memudar. Mulai saat ini aku akan berusaha menerima semuanya. Menerima bahwa hubungan di antara kita tidak akan pernah lebih dari kata "aku dan kamu".


Mungkin benar, Allah mentakdirkan kita hanya untuk menjadi sepasang saudara, bukan sepasang kekasih yang sejak dulu aku impikan. Seperti yang pernah kamu bilang padaku, "Kamu harus mengejar mimpi panjangmu."


Terima kasih atas perjalanan indah kita. Semua ini tidak akan terhapus begitu saja. Aku percaya bahwa masih ada rasa yang tertitip di celah-celah jiwa kita.



Salam Hangat,



Aku






Akan aku simpan yang baik saja. Tentang kamu, tentang aku, tentang kisah Kita (Ari lasso-kisah kita)