Melepaskan

Melepaskan

Aku berdiri tepat di belakang, untuk menyaksikanmu bahagia


Mungkin beberapa hari kemarin, aku masih belum rela untuk melepaskanmu. Bahkan untuk sekedar mengenyahkan kenangan itu. Waktu yang kita jalani cukup panjang. Dan, aku belum terbiasa denganmu


Kini aku siap kembali untuk melihat dunia luar. Walaupun hubungan kita tidak akan pernah bersama. Tapi, aku tahu bahwa masih ada rasa yang tertitip di relung kita masing-masing.


Mulai saat ini, aku akan melepaskan kenangan kita. Tapi, semua yang terjadi di antara kita berdua adalah kisah indah yang tidak tergantikan.




Mungkin Allah tidak menakdirkan kita sebagai pasangan hidup, tapi aku percaya bahwa Allah menakdirkan kita sebagai saudara


Semudah itu

Semudah itu

Dear Kamu,

Entah apa lagi yang harus aku katakan kepadamu. Rasanya semua terlihat sia-sia. Seolah-olah kamulah orang yang tersakiti. Kau buat semua seolah-olah akulah penjahat dan kamu adalah korban. Picik sekali jika kamu berpikir seperti itu.


Aku tahu jika yang aku lakukan padamu mungkin agak sedikit keterlaluan. Tapi, inilah caraku untuk mendapatkan kebenaran. Untuk apa aku harus menunggumu untuk bercerita? Jika kau saja semakin menjauh dariku. Kamu tidak pernah sadar bahwa sikapmu telah sangat menyakitiku. Kalau seperti itu tak bolehkah aku marah?


Yang bikin aku kecewa, tak satupun ada penjelasan. Tiba-tiba saja kamu memutuskan untuk mendepakku dari jalinan cerita yang kita susun bersama. Lebih menyakitkan lagi, kamu bersikap seolah itu bukan apa-apa. Dengan santainya kalian masih saja terhubung. Ah, itukah pria yang sangat aku cintai dulu?




Tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti. Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari (Judika)



 

Salam Hangat,

Aku yang kau sakiti

rindu itu

rindu itu

Rindu ini masih tersimpan rapi dalam hati
Rindu ini masih tersimpan rapi dalam otak
Waktu pun tak sempat untuk membantuku menyampaikannya


Kamu yang telah pergi menjauh
Meninggalkan jejak luka yang membekas


Aku yakin semuanya akan baik-baik saja
Karena ku yakin rindu itu masih tersimpan di hatimu

Merindukanmu Sekali Saja

Merindukanmu Sekali Saja

Ijinkan aku sejenak untuk merindukanmu
Mengenang semua kenangan yang pernah terukir di antara kita
Aku tahu kisah itu telah usang
Tapi, biarkan aku sejenak untuk membuka lagi memori masa lalu

Sungguh tak ada niatanku untuk kembali menganggu hidupmu
Aku hanya melintas untuk sekedar menitip rindu

Aku tahu rindu ini tak kan pernah ada artinya buatmu

Tapi, biarkan aku untuk merindukanmu sekali saja
Aku masih merindukanmu

Aku masih merindukanmu

Aku tidak pernah bisa membohongi hatiku kalau diam-diam aku masih merindukanmu
Bagaimana tidak. Jejak yang terekam begitu lama tidak begitu saja dapat terhapuskan
Bayanganmu masih saja menyembul, menggoda untuk tetap diingat
Semua kenangan indah yang sudah lama membekas itu, tidak bisa dengan mudah untuk dihempaskan

Jangan pernah kau tanya bagaimana perasaanku saat ini

yang pasti, aku masih terluka untuk merindukanmu
Dialog Hati (Sebuah percakapan dengan hati)

Dialog Hati (Sebuah percakapan dengan hati)

Sebuah percakapan sederhana antara aku dan hati.
Kamu          : Apa yang terjadi denganmu? Kenapa belakangan ini wajahmu sangat murung.
Aku             : (Menghela napas panjang) Aku lagi patah hati. Kamu pernah merasakannya?
Kamu           : Aku?? Pasti. Bahkan berulang kali
Aku              : Bagaimana bisa? Kamu terlihat biasa saja.
Kamu           : Tentu saja bisa. Semua orang yang jatuh cinta, kemungkinan besar pasti akan mengalami patah hati. Bahkan, ketika kalian sudah menikah kelak.
Aku              : Jadi, setiap jatuh cinta. Kita harus bersiap untuk patah hati?
Kamu            : Tidak hanya saat kita jatuh cinta. Setiap kita membuka diri kepada orang lain. bersiaplah orang itu akan menyakiti kita.
Aku               : Hatiku sakit. Rasanya sama seperti ditusuk ribuan jarum.
Kamu             : Aku tahu. Aku pernah mengalami hal yang sama denganmu. Tapi, jangan biarkan rasa sakit itu terus menggerusmu. Kamu boleh saja marah, sedih. Tapi, janganlah terlalu lama. Kamu harus bisa bangkit kembali.
Aku               : Aku ingin dia juga merasakan sakit yang sama.
Kamu             : Dia juga mengalami sakit yang sama denganmu. Tapi, mungkin saja dia tidak pernah menampakkannya. Percayalah, dia sama terlukanya denganmu.
Aku                 : Lalu, aku harus bagaimana?
Kamu              : Maafkan dia. Biarkan hatimu sembuh dengan memaafkan.
Aku                 : Bolehkah, Aku masih merindukannya?
Kamu             : Tentu saja boleh. Rasa yang tersimpan begitu lama memang tidak mudah untuk hilang. Perlahan, kamu pasti akan bisa melupakannya. Dengarkan aku, “Kejarlah mimpi panjangmu, maka dia akan merasa bahagia ketika melihatmu bahagia,” Dan itulah yang aku sebut dengan cinta sejati.”
Aku                 : Benarkah?
Kamu              : Percayalah padaku



Cinta sejati adalah saat kau membiarkan orang yang kamu sayangi hidup bahagia

 

Dear Kamu

Dear Kamu

Dear Kamu,

Aku tahu sekarang ini kamu marah, kecewa dengan semua yang telah terjadi. Aku pun juga merasakan hal yang sama.
Kamu tahu, betapa sakitnya hati ini ketika mengetahui semua itu. Kebohongan yang kau tutupi. Rasanya sama kayak ditusuk oleh ribuan jarum yang menancap tepat di jantungku.
Tidakkah kamu mengerti dengan perasaanku. Betapa aku harus menahan rasa perih melihatmu. Aku bertahan demimu.
Aku tahu bahwa tidak pernah ada kata "kita" di antara hubungan ini. Tapi, sedikit pun kamu tidak mencoba untuk memahaminya.
Sungguh aku tak ingin jalinan ini hancur dengan tidak baik. Bukankah dulu kita memulainya dengan baik.
Sudahlah, mungkin akulah yang terlalu berharap dan kamu tidak.


Kamu tidak akan pernah mengerti dengan perasaanku.

Salam Hangat,

Aku yang merindukanmu
luka

luka

Sungguh aku tidak pernah mengerti dengan semua ini
Jalinan mimpi yang baru terajut indah tiba-tiba saja harus terurai

Luka ini kembali dalam
Menganga lebar

Aku terluka
Dan itu karena kamu
Lelah

Lelah

Inginku melintas ribuan kilometer hanya untuk bertemu denganmu. Melihat dengan jelas seperti apa dirimu.
Rindu ini sudah memuncak, tapi waktu tidak pernah berpihak untukku. Langit pun melarang pertemuan kita.
Berapa banyak lagi rasa rindu ini harus aku pupuk?
Masih butuhkah ribuan waktu untuk sekedar menyentuh ragamu?


Lelah...
Aku lelah menunggumu di sini.
Ketika Flu

Ketika Flu

Nggak enaknya saat flu dan batuk itu hidung mampet. Mau tidur dengan posisi apapun serba salah. Akhirnya jalan terakhir numpukin bantal deh.
Lidahku pahit, kepala masih pening. Kudu jaga kesehatan ni
Sejenak Saja

Sejenak Saja

Sejenak saja ingin aku tinggalkan semua keletihan yang aku rasakan.

Sejenak saja, aku ingin berada di dekatmu

Sejenak saja, biarkan aku berada dalam dekapan mimpimu

Sejenak saja,

Waktuku tak akan lama
Mimpi kita

Mimpi kita

Masihkan namaku disudut hatimu?

Masihkan janji itu tertinggal dibenakmu?

entah mengapa semua terlihat berbeda

kita tak lagi sama

aku merasakan jarak diantara kita kian jauh

sulit untuk aku menemukamu

Adakah kamu merasakannya?
Sebentar saja

Sebentar saja

Aku tahu semua ini hanya mimpi panjang


kelak jika aku terbangun, akan aku dapati duniaku yang sesungguhnya


Mungkin tidak pernah akan ada cerita tentang kamu


Semuanya akan hilang seperti terserap dalam pusaran air



Tak bolehkah aku sejenak bersandar di bahumu?


Menenggelamkan semua rasa yang menggelayuti mimpiku


Lelahkah kau dengan semua ini?



Sebentar saja


Jika kau sudah lelah, bolehlah kau tinggalkanku disini

Sekali saja

Sekali saja

Sekali saja, aku minta kau di sini
Menemaniku menikmati malam

Sekali saja dengarkan isi hatiku
Merintih rindu karenamu

Sekali saja, bisikkan kata rindu
Untuk menemani lelapnya tidurku

Sekali saja
Sebelum mimpi ini benar-benar berakhir
Luka

Luka

Aku tak pernah mengerti apa salahku. Tiba-tiba saja kau torehkan sebuah luka. Entah harus seperti apa aku harus bertahan. Jika luka yang kamu buat kian dalam.
Apa salahku?
Kenapa kau sakiti aku sedemikian hebatnya.
Bahkan aku tertatih untuk bangkit.


Sungguh teganya dirimu

Sudahlah

Sudahlah

Dear Kamu,
Adakah aku pernah menyakitiku? Hingga kau dengan sengaja menyakitiku. Kini aku mengerti tentang semua sikapmu kepadaku.
Haruskah aku katakan padamu, bahwa hatikulah yang paling tersakiti. Tapi apa pedulimu. Kau kan tak pernah menganggapku.
Sungguh aku lelah dengan semua permainan watakmu. Dan kebodohan telah mencemari benakku.

Pergilah, bawa semua mimpi-mimpi itu. Biarlah aku sendiri--menerima kekalahan ini.
Perih

Perih

Perih ini kembali menepi


membuat luka yang semakin dalam


dan kali ini tidak ada penyembuhnya


bodohnya aku


percaya akan semua omonganmu

Ketika Kegagalan Berbuah Sebuah Keberhasilan

Ketika Kegagalan Berbuah Sebuah Keberhasilan


Jika kamu berpikir bahwa kegagalan selalu membuatmu jatuh. Kamu salah.


Aku pernah jatuh, tapi sekarang aku bisa bangkit.


(Luphyta, 04-04-2012)



Seorang teman kemarin bertanya mengapa beberapa hari ini tidak ada tulisan baru di blog ini. Dan sekarang saya berusaha memenuhinya.


Siapa pernah gagal? Siapa yang pernah merutuki nasib yang kadang tidak selalu manis?


Jawabnya, saya.


Nggak percaya?


Percaya aja deh :D


Sepertinya saya pernah buat postingan juga mengenai betapa kecewa saya ketika 2x mengikuti tes jenjang S2 semuanya gagal total. Kalau gagal sekali itu wajar, lah ini sampai 2x dengan alasan yang menurut saya sangat subjektif.


Terus terang saat itu saya benar-benar kecewa, marah. Saya merasa punya kemampuan yang sama dengan orang lain, tapi entah kenapa 'mereka-mereka' itu hanya melihat kekurangan saya.  Dangkal banget kan?


Saya sempat down dan tidak berani bercerita kepada kedua orang tua mengenai pendapat mereka tentang saya. Saya tidak mau kedua orang tua saya sedih.


Ternyata tidak selamanya kegagalan itu menyakitkan. Masih ada rencana dari Allah Sang Pencipta yang ternyata sangat -hebat. Saking hebatnya, saya bersyukur kalau dulu saya pernah gagal.


Semenjak nggak lulus tes S2, saya kembali menekuni dunia menulis, bertemu dengan orang-orang baru yang mempunyai passion yang sama.  Mulai merencanakan menyelesaikan novel perdana, hingga akhirnya saya bisa menghasilkan sebuah kumpulan cerpen yang ditulis bertiga dengan kakak-kakak yang luar biasa.


Orang tua pun mulai menyibukkan saya dengan mengikutkan Les Bahasa Inggris. Di tempat les saya bertemu dengan teman-teman luar biasa, juga dengan guru yang membuat saya nyaman. Mereka tidak melihat kekurangan, mereka menilai semuanya positif.


Beberapa bulan kemudian saya pun diterima kerja di sebuah sekolah dengan mudah. Lagi-lagi saya dikelilingi orang-orang yang menghargai sebuah kemampuan. Mereka mendukung saya, bahkan juga beberapa wali murid.


Dan saya pun diberi kesempatan untuk mengikuti lomba guru berprestasi. Terus terang saya nggak percaya diri, soalnya merasa kemampuan saya biasa saja, nggak ada yang istimewa. Saat mengikutinya pun akhirnya pasrah.


Ketika masuk ruang ujian cuman bisa senyam-senyum. Pasalnya semua guru yang ikut usia di atasku. Aku merasa paling muda dengan pengalaman yang superminim.


Ketika pengumuman berlangsung, aku juga tidak pernah menyangka bahwa nama saya akan berada di urutan pertama dengan nilai tertinggi. Antara percaya atau tidak saya pun dengan berani melaju ke babak berikutnya.


Para pengawas pun sempta menertawakan saya, karena sertifikat yang dibawa terlalu sedikit, tapi ketika ada sebuah buku di dalamnya, mereka tambah kaget. Mereka bilang bahwa saya harus meneruskan hobby menulis saya, karena ini dapat menambah poin saya kelak ketika sertifikasi.


Saya pun berbangga hati bisa menempati urutan ke empat, sebab kata pengawas saya kalah hanya karena masa kerja saya yang masih sedikit.


Andaikan saat ini saya sedang kuliah S2, saya mungkin tidak akan pernah bertemu dan mendapatkan pengalaman yang luar biasa.

Surat kepada Langit

Surat kepada Langit

Dear Langit,


Sudah setahun rasanya aku pergi meninggalkanmu. Meninggalkan semua rasa kepadamu.


Seperti apa dirimu saat ini, Lang? Masihkah sama seperti setahun lalu.

Ada banyak cerita yang ingin aku sampaikan padamu, Lang. Maukah engkau mendengar jika aku kembali nanti?


Aku harap kamu adalah langit sahabatku yang dahulu.