Hasil dari lihat sekitar

Hasil dari lihat sekitar

Pulang mengajar seperti biasa saya dan om melewati jalan dekat sebuah universitas negeri, didepan pintu gerbang ada pemandangan yang cukup membuat saya terhenyak. Ada rumah yang menurut saya bukan rumah dan tidak layak sekali. Rumah itu terbuat dari tumpukan seng dan beberapa batu-batu, dibelakangnya ada pohon pisang, penghuninya cuman 1 seorang ibu-ibu. Setiap lewat jalan itu sering saya berpikir bagaimana ya ibu itu bisa tidur? Bagaimana ya rasanya kalau hujan, terus kalau ada angin ribut gimana? Tapi nampaknya ibu itu menikmati sekali tinggal disitu buktinya dia bisa bertahan lama, dan bisa tidur dengan nyenyak.


Ah rasanya malu sekali saya sama ibu itu, saya masih suka mengeluh kalau dikamar panas, masih suka cerewet kalau nggak ada tv, atau batere hp mati, tapi ibu itu tidak? ahhhh..rupanya saya masih kurang bersyukur. Kadang rasanya melihat tukang becak tidur nyenyak diatas becaknya pun membuatku malu. Ternyata masih banyak yang kurang beruntung daripada aku masih bisa bersykur.

Hurt

Hurt

google

 


PRANGGG !!!


Jam menunjukkan pukul 12 tengah malam saat kegaduhan itu terjadi. Suara pecahan kaca yang diikuti teriakan keras ayahnya membuat ia tersentak kaget. Ia hanya bisa terdiam dan terduduk lemas dibalik pintu kamarnya seraya menyaksikan bagaimana ayahnya menyakiti sang ibu.


Nafasnya terlihat tidak beraturan, kedua tangannya menggenggam erat bantal yang dibawanya. Tiba-tiba ia merasakan tubuhnya menggigil, nafasnya menjadi berat, dan  dadanya tiba-tiba terasa sesak, tubuhnya mengeluarkan keringat dan ia terus-terusan mencengkram ujung-ujung bantalnya.


Ia pun merasakan nyeri diulu hatinya, rasa sakit itu seakan menghujam seluruh hatinya. Sebenarnya ia sudah merasa lelah menyaksikan pertengkaran demi pertengkaran antara ayah dan ibunya secara diam-diam dan ingin rasanya dia berteriak pada mereka bahwa dia terluka atas semua ini, tapi apa daya ia hanya seorang gadis kecil berusia 6 tahun yang tidak berdaya.


Teriakan ayah dan tangisan ibunya seakan memenuhi isi kepalanya. Ingin rasanya dia berteriak dan menangis kencang namun suaranya hanya tercekat sampai dikerongkongan.  Ya..Tuhan apakah mereka tidak sadar bahwa aku bisa mendengarkan pertengkaran mereka?.


Cukup!!! Hentikan!! suaranya terdengar lirih. Ia menutup telinganya rapat-rapat dan berharap semua ini cepat berakhir. Rasa sesak didadanya semakin parah, sambil menahan tangis ia pun memperat pelukan tangannya.


 

seketika itu

seketika itu

Seketika itu aku mencintaimu
Seketika itu jantung ini berdegub kencang
Seketika itu aku tersenyum
Sekeketika itu pula aku tahu
Bahwa aku jatuh cinta
sebel

sebel

Rasanya kesal banget hari ini, seharian ini kamu nggak ada kabar, bahkan sms pun. Fyuhhhh palingg gak suka kalau dibeginiin. Kalau sibuk bilang kek pake sms. Hmm apa aku yang terlalu cemburu. Bt banget deh :(
after the rain

after the rain

Aku suka mencium bau tanah setelah hujan, rasanya begitu menenangkan. Aroma itu terasa nyaman saat tercium oleh hidung ini. Hujan memang selalu menghadirkan ketenangan. Suaranya pun bagaikan paduan suara yang bermain-main diatas atap, ditambah dengan nyanyian para kodok membuat suanasanya semakin sahdu. Terkadang ada titik-titik air yang terbias oleh sinar matahari yang akhirnya memburai menjadi kumpulan warna-warna yang indah
pagi

pagi

Deru mesin menggeru, tarikan nafas terdengar, kaki-kaki terpancang di atas pijakan, tatapan mata tertuju kedepan. Tak satupun dari mereka melewatkan ini. Beberapa dari mereka mengambil start lebih awal. Tangan-tangan bersiap pada.
1.2.3 mereka pun melesat secepat angin. Ini bukan sebuah perlombaan
aroma jeruk

aroma jeruk

aroma kulit jeruk begitu menyegarkan dhidung, rasanya tubuh ini sedikit relax saat aroma itu menyentuh permukaan hidup. Syaraf2 ikut bekerja mengalirkan aroma itu ke seluruh tubuh. Aroma kulit jeruk akan selalu mengantarkan keceriaan bagi para penikmatnya