Sekali saja ku biarkan aku memeluk kenangan

Sekali saja ku biarkan aku memeluk kenangan

Pagi ini aku kembali memetakan semua rindu yang pernah aku rasakan

Kepada kamu, pria yang pernah mencuri separuh hatiku

Pagi ini, diam-diam rindu menelusup pada celah yang lupa aku tutup

Sesak

Ya.. sesak

Aku tak tahu harus bagaimana dengan rindu ini

Kamu, adalah sebuah kenangan dan aku tak mau lagi menengoknya

Entahlah

Kenapa diam-diam rinduku menjelma menjadi sebilah belati

Menikam tepat di ulu hati

 

Sakit

Aku mengerang kesakitan

Tapi, nyatanya rindu ini mencandukan

Aku menikmati setiap goresnya, walau sesekali air mata mendesak; berlompatan dari kedua mataku

Mungkin ini yang di sebut cinta itu memabukkan

Tapi, lagi-lagi aku membiarkannya

Sekali saja

ya, hanya sekali
Senja keberapa?

Senja keberapa?


Aku tak pernah mengingat ini senja keberapa

Aku tak pernah mengingat berapa senja yang telah aku lewati

Aku tak pernah mengingat kapan senja terakhir aku nikmati bersamamu

Aku penyuka senja tapi juga benci menikmati senja

Senja membuatku mengingatmu

Membuatku mengingat pria yang pernah mengajarkan tentang bagaimana menikmati indahnya senja


dan juga mengajarkan bagaimana aku membenci senja

entah ini senja keberapa?

Karena aku tak lagi ingin mengingatnya

Surabaya, 22-09-2012
Cinta

Cinta


Cinta itu serupa aneka permen dengan berbagai rasa:  manis, asam, atau perpaduan dari asam dan manis


Cinta itu serupa warna merah yang ku sematkan di pualam pipimu: hangat dan malu-malu


Cinta itu serupa kumpulan buku roman, menghasilkan debar-debar dan rasa hangat bagi pembacanya


Cinta itu serupa kumpulan anak kecil yang  tertawa riang di tanah lapang: penuh tawa dan kecerian


Cinta itu serupa bulir-bulir hujan yang mengalir dari langit: dingin, basah, meninggalkan kesedihan


Cinta serupa arakan awan kelabu di langit: meninggalkan rasa ngilu dan kerapuhan


Cinta apa apun bentuknya, dia adalah perasaan indah tak berbatas


Ceria


Indah


Nyata


Tak terduga


Awas terbakar di dalamnya

Diam

Diam





Aku diam


Kamu diam


Kita diam



Tik tok..tik tok


Waktu terus berjalan


dan kita masih tetap terdiam



Adakah luka telah mendiami perasaan kita masing-masing


hingga diam adalah jawabannya



Baiklah, Tuan. Mari kita bermain diam, dan lihatlah siapa yang lebih dulu kalah karena menahan rindu: aku atau kamu.





 


Tentang Kertaswarna

Tentang Kertaswarna

Pernahkah ada yang bertanya-tanya kenapa blog ini bernama Kertaswarna? Atau penasaran blog kertaswarna ini isinya apaan sih? Blog galau ya? :D


Blog Kertaswarna adalah blog kedua saya. Dulu sempat punya blog di domain yang lain cuman karena merasa kesulitan memakainya, saya memutuskan untuk membuatnya lagi.


Blog ini saya buat ketika duduk di bangku kuliah, awalnya hanya pengganti menulis diary. Jadi, kalau mau nambah postingan kudu pake koneksi gratisan di kampus. Maklum, dulu biaya internet cukup mahal.


Lambat laun, blog ini beralih menjadi tempat latihan saya menulis. Di blog ini saya bebas menulis apa pun. Kadang saya suka ketawa kalau baca tulisan-tulisan lama. Masih polos :D


Kenapa saya kasih nama Kertaswarna? Alasannya adalah kertas adalah tempat di mana kita bisa meletakkan isi dunia atau kepala di dalamnya, tidak perduli itu berupa coretan asal, makian, tulisan manis, atau hanya kumpulan benang-benang kusut.


Kenapa saya tambahkan kata warna di dalamnya? Saya punya alasan tersendiri.  Ketika kertas putih dipadu padankan dengan warna-warna, jadilah dia kertas berwarna-warni.


 Begitu juga dengan tulisan di blog ini, nantinya saya akan membuatnya lebih berwarna.


Semoga...