Ketika Kamu Membuka Hati
Ketika kamu membuka hatimu untuk orang lain, bersiaplah mereka akan melukaimu
Dalam sebuah hubungan, entah itu sepasang kekasih, pernikahan, pertemanan, rekan kerja atau bahkan keluarga. Pasti akan ada suatu masa di mana kita merasa sakit karena perlakuan orang lain.
Ada kalanya kita berselisih paham, berbeda pandangan atau bahkan dikhianati kepercayaannya. Luka di hati pasti ada.
Kalau ditanya seberapa sering aku terluka, jawabannya sering. Entah mengapa, aku adalah orang yang cepat percaya terhadap orang lain, dan sayangnya mereka seringkali memanfaatkan kelemahanku.
Prinsip Hidupku:
Kalau mereka jahat padaku, aku bisa saja lebih jahat pada mereka. Sayangnya, aku lebih memilih memaafkan, karena aku tak mau hatiku dipenuhi oleh kebencian. Urusan yang lain aku serahkan pada Allah, karena Dia yang pantas memutuskan.
Intinya aku tak mau membiarkan hatiku diliputi dendam yang akhirnya hanya semakin menyakitiku.
(masih) tentangmu
Masih saja tentangmu
tentang kamu; pencuri hatiku
kamu seperti semacam candu yang tak habis untuk aku perbincangkan
Lihat semua larik-larik puisiku,
memang masih tentang kamu
karena kamu telah meracuni benakku
Pria Peramu Kata (10)
Ini adalah surat ke-10 yang aku tujukan kepadamu. Sebuah surat sederhana yang masih berisi tentang kamu, dan selalu kamu.
Kalau kamu bertanya sampai kapan aku akan menulis surat untukmu, jawabannya sampai aku lelah untuk mengagumimu.
Beberapa hari ini aku memang sengaja tak ingin berlama-lama mengobrol denganmu, bukan aku marah ataupun jenuh. Aku hanya ingin sekedar melebarkan jarak, agar kelak ketika kamu tak lagi membutuhkanku, aku terluka.
Memang terlihat sangat egois, tapi ini harus aku lakukan. Aku tak mau kembali terluka lagi seperti dulu. Karena yang aku sadari, aku hanya pengagummu. Penikmat untaian kata di setiap goresan penamu.
Seperti pintaku, aku mau kamu tersenyum :)
Salam Hangat,
Pengagummu
Apa kabar mimpi?
masih ingatkah kamu tentang sepasang janji kita?
Atau semuanya memang tidak pernah nyata
Pria Peramu Kata (9)
Hai, bagaimana puasa pertamamu hari ini? Semoga lancar sampai Adzan berkumandang nanti.
Pagiku hari ini dimulai dengan sebuah senyuman. Aku tersenyum mengingat pembicaraan kita semalam. Pembicaraan tentang potongan rambutmu, pose fotomu. Ah, memang sangat sederhana, tapi bagiku pembicaraan itu kembali menghangatkan dadaku.
Aku suka melihatmu tersenyum, rasanya senyum itu terlalu mahal untuk bisa terulas di bibirmu. Bisakah kamu tersenyum lebih lebih lebar kelak ketika kita bertemu nanti? Bisakah aku membuatmu tersenyum?
Petang tadi kita kembali bertegur sapa, dan kamu tampak antusias membicarakan proyek bukumu. Aku suka mendengarnya. Aku merasakan ada gairah dalam dirimu.
Kelak, jika waktu memang tidak berpihak pada kita. Bisakah kamu tetap seperti itu?
Atau jika bukan aku yang berada di sampingmu. Ku mohon tetaplah tersenyum.
Biarlah rindu ini merebah pada jarak dan waktu
Salam hangat,
Pengagummu