Remember

Remember

Detik demi detik telah berganti, entah berapa ribuan detik waktu telah terlewati. Rasanya hari kian semakin cepat, semua pun berubah dengan cepat.

Masih ingat dalam memoryku, kemarin aku masihlah remaja yang masih meretas mimpi, mencari jati diri diantara kelabilan emosi. Dan lihatlah betapa cepatnya waktu bergulir. Sekarang aku tumbuh menjadi seorang gadis. Usiaku hampir 27 tahun--usia yang cukup matang untuk menjadi seorang wanita.

Ketika remaja aku suka berkhayal menjadi seorang gadis dengan usia 20-an yang bisa melakukan apa yang kita mau. Tapi, sekarang ketika aku sudah mencapai usia itu, rasanya ingin aku kembali menjadi seorang remaja, dimana aku bisa menggilai apa yang aku suka tanpa ada yang mengolok-olok.

Sekarang, aku mungkin telah tumbuh menjadi seorang gadis yang sebentar lagi akan bermetamorfosa menjadi seorang wanita. Buatku semua tahapan ini begitu menyenangkan, karena inilah hidupku.

Waktu akan terus berputar dan tidak dapat kita hentikan. Nikmatilah selagi masamu masih ada


Tanpa Ide

Tanpa Ide

Sudah beberapa hari ini, nggak nulis apapun diblog. Nggak tahu kenapa mood nulis menurun #parah banget. Bahkan sekedar menulis dengan tangan aja susah bener. Apa karena lama nggak baca ya? Mulai dari tulisan ini dulu ah, sebelum akhirnya buka kembali draft novel. Smangat ya!
Bahagia itu..

Bahagia itu..

Bahagia itu saat aku tahu dunia masih berputar
Bahagia itu saat aku menerima surat cinta darimu
Bahagia itu saat aku tahu kamu juga perhatian sama aku
Bahagia itu saat aku makan semangkuk bakso panas
Bahagia itu saat bangun tidur ada yang mencium kening dan mengucapkan "selamat pagi sayang"
Bahagia itu saat aku bisa melihat orang lain tersenyum
Bahagia itu saat rebutan makanan buka puasa bareng keluarga
Bahagia itu saat semua keluarga memelukku erat
Saksi Bisu

Saksi Bisu

Tulisan-tulisan itu hanya bisa diam, tidak satu pun pembelaan keluar dari mulutnya





Kanaya terkejut saat melihat halaman terakhir dari majalah yang dia baca. Matanya terbelalak saat dia membaca satu persatu kata yang tersusun dari tulisan itu.


Rasanya Kanaya tidak asing dengan tulisan-tulisan yang terpampang di majalah ini.Bagaimana tidak, ini adalah salah satu tulisan di blognya dan sekarang tulisan ini di muat dalam majalah tanpa persetujuannya bahkan nama penulis yang tertera bukanlah namanya.


"Mbak....mbakkkk." Kanaya tergopoh-gopoh mendekati kakaknya yang sedang asyik menyiram bunga.


"Ada apa sih? Kok kayak orang kebingungan aja?"


"Lihat ini deh mbak." Kanaya menyodorkan majalah yang di bawanya.


"Hm...terus kenapa dengan tulisan ini?"


"Ini tulisanku, orang ini sudah menjiplak dan mengakui sebagai karyanya?"


"Hah..kamu yakin? Mungkin saja ini tulisan dia yang temanya mirip dengan tulisan kamu?"


"Aku yakin mbak...ini sama persis dengan yang aku tulis di blog cuman judulnya saja yang dia ganti, tapi isinya tetap tidak berubah"


"Hmm...jadi begitu? Terus apa yang akan kamu lakukan?"


"Tentu aku akan protes dengan semua ini, jelas-jelas orang ini sudah menjiplak karyaku?"


"Kamu yakin semua orang akan percaya? Lagipula tulisan ini sudah di terbitkan, jadi sama saja tulisan ini sudah diakui sebagai karyanya"


"Tapi aku punya bukti bahwa ini karyaku, aku masih punya salinan aslinya," Kanaya terus kukuh.


"Dek...kalau itu kamu jadikan sebagai bukti, bisa-bisa dia menyerangmu dan bahkan menuduhmu balik bahwa kamu yang menjiplak dia. Soal naskah asli itu gampang, tinggal copy paste beres deh. Semua orang bisa melakukannya"


"Terus aku harus bagaimana mbak? Membiarkan semuanya begitu saja"


"Sudahlah, ikhlaskan saja. Mungkin ini bukan rezekimu, dan satu pelajaran buatmu. Kalau kamu merasa karyamu layak, segera terbitkan!" Pesan kak Dewi sambil menepuk halus punggung Kanaya.


"Oh ya...satu lagi. Berhati-hatilah dalam menyimpan tulisanmu. Kalau merasa itu berpotensi, jangan kamu unggah ke dunia maya. Sudahlah jangan bersedih!!" kak Dewi meninggalkan Kanaya yang sedang meratapi nasibnya.


 Kanaya memandang tulisan di majalah dengan muka masam, terlihat jelas raut kekecewaan di kedua matanya.


"Andaikan tulisan ini bisa jadi saksi?"





Would you?

Would you?

If i could be the one, would you make me only one in your heart?
If i could make you laugh, would you love me more?
If i could make you happy, would you make a big smile for me?
if i cried, would you give me a warm hug?
And if i asked would you be mine, would you say yes?

hewan penjagaku

hewan penjagaku

Aku mempunyai sebuah binatang penjaga yang sangat galak, dia selalu membuatku takut untuk melakukan sesuatu. Dia seringkali mengintimidasiku sehingga membuatku ketakutan. Hewan itu berwujud anjing memiliki taring dan gigi yang tajam, tatapan matanya seakan ingin menerkamku. Aku amat senang saat dia tertidur, karena sejenak aku bebas melakukan apa pun. Ingin rasanya aku tangkap dia dan aku buang dia jauh ke ujung dunia agar dia tidak lagi membuatku terlihat seperti orang bodoh yang tidak bisa melakukan apa-apa. Dan hewan itu aku beri nama crisis pd