Pria Peramu Kata (10)

Pria Peramu Kata (10)

Dear Kamu,

Ini adalah surat ke-10 yang aku tujukan kepadamu. Sebuah surat sederhana yang masih berisi tentang kamu, dan selalu kamu.


Kalau kamu bertanya sampai kapan aku akan menulis surat untukmu, jawabannya sampai aku lelah untuk mengagumimu.


Beberapa hari ini aku memang sengaja tak ingin berlama-lama mengobrol denganmu, bukan aku marah ataupun jenuh. Aku hanya ingin sekedar melebarkan jarak, agar kelak ketika kamu tak lagi membutuhkanku, aku terluka.


Memang terlihat sangat egois, tapi ini harus aku lakukan. Aku tak mau kembali terluka lagi seperti dulu.  Karena yang aku sadari, aku hanya pengagummu. Penikmat untaian kata di setiap goresan penamu.


Seperti pintaku, aku mau kamu tersenyum :)


Salam Hangat,


Pengagummu

Pria Peramu Kata (9)

Pria Peramu Kata (9)

Dear Kamu,

Hai, bagaimana puasa pertamamu hari ini? Semoga lancar sampai Adzan berkumandang nanti.


Pagiku hari ini dimulai dengan sebuah senyuman. Aku tersenyum mengingat pembicaraan kita semalam. Pembicaraan tentang potongan rambutmu, pose fotomu. Ah, memang sangat sederhana, tapi bagiku pembicaraan itu kembali menghangatkan dadaku.


Aku suka melihatmu tersenyum, rasanya senyum itu terlalu mahal untuk bisa terulas di bibirmu. Bisakah kamu tersenyum lebih lebih lebar kelak ketika kita bertemu nanti? Bisakah aku membuatmu tersenyum?


Petang tadi kita kembali bertegur sapa, dan kamu tampak antusias membicarakan proyek bukumu. Aku suka mendengarnya. Aku merasakan ada gairah dalam dirimu.


Kelak, jika waktu memang tidak berpihak pada kita. Bisakah kamu tetap seperti itu?


Atau jika bukan aku yang berada di sampingmu. Ku mohon tetaplah tersenyum.




Biarlah rindu ini merebah pada jarak dan waktu



Salam hangat,

Pengagummu

Jodohku

Jodohku

Jodohku,


Mungkin belum saatnya aku dan kamu bertemu


Belum saatnya juga kita dipertemukan


Saat ini kita hanya sepasang manusia yang tak saling mengenal


Terbentang jarak bahkan juga dipisahkan oleh waktu


Bersabarlah,


Kelak jika masanya sudah tiba, pasti kita akan bertemu


Seperti mimpi-mimpi kecil yang kita impikan


Jodohku,


Mari kita saling perbaiki diri


Agar kelak ketika bertemu, kita sudah siap untuk menautkan jemari di hadapan Allah


Dan aku akan menantimu dengan sabar di sini; di bilik hatiku


Sampai kelak aku menjadi halal bagimu





Aku sedang menyimpan debaran jantungku, demi bertemu denganmu; nanti



Pria Peramu Kata (8)

Pria Peramu Kata (8)

Dear Pria Kata,

Hai, apa kabar gerangan kamu di seberang sana? Baik-baik saja kan. Belakangan ini kita jarang bertegur sapa ya? Kamu dan aku sama-sama sibuk, atau kita aja yang mulai merentangkan jarak?


Entah benar atau tidak yang aku rasakan. Kamu tidak lagi hangat, dan mulai menjauh dariku.


Ah, sudahlah. Maaf jika apa yang aku rasakan salah. Yang pasti, aku tahu kamu baik-baik saja. Buatku itu cukup.


Salam hangat,


Penikmat Kata

Pria Peramu Kata (7)

Pria Peramu Kata (7)

Dear Pria Peramu Kata,

Terima kasih telah mengijinkanku mengetuk kesunyian hatimu.
Terima kasih telah mengijinkanku bersandar sejenak di bahumu
Terima kasih telah membiarkanku mengulas senyuman di wajahmu
Terima kasih telah mengijinkanku menghapus semua dukamu

Salam Hangat,

Pengagummu
Pria Peramu Kata (6)

Pria Peramu Kata (6)

Dear Kamu,
Kenapa aku mulai merasakan rindu padamu? Merindukan bagaimana sajak-sajakmu terangkai di Time Line. Aku suka tersenyum geli, saat pertama kali kita berkenalan.
Ah, aku keGR-an. Bukankah semua pria penyajak itu ramah dan idola wanita. Benarkah itu? Benarkah aku keGR-an, atas sikapmu.

Dan sekarang aku merindukanmu

Salam Hangat,

Penikmat Kata
Pria Peramu Kata (5)

Pria Peramu Kata (5)

Dear Kamu,
Apa kabarmu? Pasti baik-baik saja. Beberapa hari ini, aku pandangi Time Linemu penuh dengan kesedihan. Adakah sesuatu yang mengganjalmu.
Biasanya kamu orang yang semangat, tapi yang aku tangkap saat ini hanya kesedihan.
Aku tak suka, jika kamu seperti itu. Aku merindukanmu yang dulu; ceria. Aku kagum padamu, terutama sajak-sajakmu.
Tetap semangat ya!


Salam Hangat,


Pengagummu

Pria peramu kata (4)

Pria peramu kata (4)

Dear Kamu,

Sudah sebulan ini aku mengenalmu lebih dekat. Bukan seperti pertama kali aku mengagumi hanya lewat timelinemu.


Ingatkah kamu tentang cerita-cerita yang biasa kita perbincangkan? Buatku kamu teman yang menyenangkan dalam berdiskusi, terutama soal tulisan. Darimu aku belajar banyak.


Bolehkah aku lebih mengenalmu lagi?



Salam Hangat,



Pengagummu

Surat Untuk Langit

Surat Untuk Langit

Dear Langit,

Lang, apa kabar dirimu?

Adakah kau merindukanku?

Aku pulang. Sekarang jarak kita tidak lagi terbentang. Sebentar lagi aku bisa kembali menatap mata elangmu itu.


Ada banyak cerita yang ingin aku sampaikan kepadamu. Mau kah kau meluangkan waktumu? Aku ingin kita duduk di tempat biasa, taman kota dengan pemandangan langit lepas. Seperti namamu, langit.


Lang, tunggu aku ya.



Salam hangat,



Venus

Pria Peramu Kata (3)

Pria Peramu Kata (3)

Dear Kamu,
Ku pikir semua yang terjadi di antara kita beberapa hari ini nyata? Nyatanya mimpi telah melibasku di tepiannya.
Kakiku lemah, aku tak sanggup berdiri bahkan untuk bangkit.
Ku pikir apa yang kamu katakan itu nyata? Nyatanya sekarang aku tertatih untuk kembali menata hatiku.
Adakah semua itu hanya permainanmu, yang ternyata harus aku yang menjadi korbannya.
Ah, cinta mengapa kamu menyapa. Jika, harus aku yang kembali tersakiti.
Adakah takdir turut serta?

Adakah?
Dear Kamu

Dear Kamu

Dear Kamu,

Genap sebulan, hubungan yang kita rangkai telah berakhir. Entah mengapa, sampai detik ini aku belum bisa menghempaskan angan tentang dirimu. Ada rasa yang tertinggal.


Sekuat apa pun aku berusaha melepaskan semuanya, nyatanya bayanganmu masih saja menelusup sepi di benakku. Aku akui, sebagian diriku masih merindukanmu.


Aku harus bagaimana?



Beri aku cara untuk melupakanmu...



Salam Hangat,



Lagi-lagi merindukanmu


Pria Peramu Kata (2)

Pria Peramu Kata (2)

Dear Pria Peramu Kata,

Hai...!

Baik-baik saja kan?

Hmm..sebenarnya agak bingung juga mau menuliskan apa untukmu. Belakangan ini suka sekali berkunjung ke blogmu. Membaca semua untaian kata yang tertulis di sana. Dan ada banyak kegetiran.


Adakah hatimu terluka? Seperti semua tulisan-tulisanmu itu? Maaf kalau aku salah menyimpulkannya. Aku hanya penikmat kata yang hanya membaca tanpa mencari tahu makna yang tersirat di dalam.


Seperti yang aku bilang, aku suka dengan tulisanmu. Entahlah aku merasa terbius untuk berada di dalamnya. Dan, kamu berhasil membuatku ikut merasakan kegetiran itu.


Ah, sudahlah. tak perlu kau pedulikan apa yang aku tulis ini. Semoga kamu selalu sehat, agar aku bisa kembali menikmati semua tulisanmu



Salam Hangat,



Penikmat Kata

Pria Peramu Kata

Pria Peramu Kata

Dear Pria Peramu Kata,


Entah apa yang membuatku ingin sekali menulis selembar kekagumanku untukmu. Aku tidak pernah mengenal dirimu secara pasti. yang aku tahu tentangmu hanya tulisan-tulisan manismu yang selalu berseliweran di Time Lineku.


Aku kagum padamu. Kagum pada keahlianmu meramu kata. Kagum pada rangkaian kata di akun twittermu.Sederhana, tapi tepat mengena di hatiku. Lucu ya...


Rasanya ingin mengenalmu lebih dekat, tapi rasa malu ini menghambatku. Sudahlah mungkin lebih baik  aku mengagumi di balik layar. Aku hanya akan menjadi penikmat kata. Penikmat sajak-sajakmu.


Salam Hangat,



Penikmat Kata

Untukmu, calon pemilik hatiku

Untukmu, calon pemilik hatiku

Dear Calon Pemilik hatiku,

Hai...!

Apa kabarmu? Baik-baik saja kan. Bagaimana kau melewati akhir pekanmu? Adakah sesuatu yang mengembirakan atau bahkan membuatmu kesal?


Tidakkan kamu ingin tahu akhir pekanku?


Akhir pekanku lumayanlah. Aku bisa istirahat lebih lama. Semalam juga berhasil menulis 2 halaman untuk novelku. Oh, ya. Aku belum cerita padamu bahwa aku suka menulis. Saat ini aku sedang menulis sebuah novel.


Tolong doakan, semoga aku bisa menyelesaikannya.


 Kamu yang di sana,


Jangan lupa jaga kesehatan. Sesibuk apa pun pekerjaanmu, kesehatan tubuhmu tetap nomor satu.


Sudah dulu ya, aku mau lanjut nulis lagi.



Salam Hangat,



Calon tulang rusukmu

Semudah itu

Semudah itu

Dear Kamu,

Entah apa lagi yang harus aku katakan kepadamu. Rasanya semua terlihat sia-sia. Seolah-olah kamulah orang yang tersakiti. Kau buat semua seolah-olah akulah penjahat dan kamu adalah korban. Picik sekali jika kamu berpikir seperti itu.


Aku tahu jika yang aku lakukan padamu mungkin agak sedikit keterlaluan. Tapi, inilah caraku untuk mendapatkan kebenaran. Untuk apa aku harus menunggumu untuk bercerita? Jika kau saja semakin menjauh dariku. Kamu tidak pernah sadar bahwa sikapmu telah sangat menyakitiku. Kalau seperti itu tak bolehkah aku marah?


Yang bikin aku kecewa, tak satupun ada penjelasan. Tiba-tiba saja kamu memutuskan untuk mendepakku dari jalinan cerita yang kita susun bersama. Lebih menyakitkan lagi, kamu bersikap seolah itu bukan apa-apa. Dengan santainya kalian masih saja terhubung. Ah, itukah pria yang sangat aku cintai dulu?




Tak pernahkah kau sadari akulah yang kau sakiti. Engkau pergi dengan janjimu yang telah kau ingkari (Judika)



 

Salam Hangat,

Aku yang kau sakiti