Seorang Pria itu seharusnya

Seorang Pria itu seharusnya

Hihi, nggak tahu kenapa kok aku jadi pengen nulis tentang seorang pria ya. Tulisanku kali ini lebih ingin membahas bagaimana seharusnya seorang pria di mata wanita. Dan, lagi-lagi ini hanya pendapatku semata, kalau nggak setuju jangan pada nampol saya ya? :D


Sebagai seorang pria, seharusnya dia belajar bagaimana cara menaklukkan hati. Perlu dicatat, hati disini bukan berarti mempermainkan perasaan loh. Dan, saya paling nggak suka seorang pria yang hanya memanfaatkan kelemahan wanita. Cih, nggak jantan.


Sebagai wanita, kita nggak butuh janji-janji atau kata-kata manis bersalut madu, meskipun pada dasarnya wanita suka dirayu, tapi kalau kebanyakan juga lebay alias pengen muntah.


Pria demen ngeluh juga nggak asyik, apalagi soal kerjaan yang sebenarnya remeh. Kita wanita memang suka ketika pria berbagi masalahnya, tapi bukan berarti kudu tahan mendengarkan keluhan tiap hari.


Pria keren itu tahu bagaimana cara bersikap terhadap wanitanya, yang pasti dia akan memuliakan sang wanita. Menjaga agar tidak tersakiti. Karena ketika sang wanita tersakiti dia juga sakit.


Saya nggak suka pria perokok dan suka minum-minuman keras. Buat saya pria model begitu nggak ada kerennya. Gimana mau menjaga kesehatan keluarganya kelak, kalau dia sendiri sedang membunuh dirinya perlahan. Sekeras apa pun masalahmu, bukan berarti rokok dan minuman pelampiasan.


Satu lagi, pria keren tahu saat yang tepat untuk membuat pasangannya berbunga-bunga, walaupun tidak melalui adegan romantis. Kalau saya suka menyebutnya manis :)


Sekian postingan kacau saya. Semoga besok para pria-pria nggak komen ditulisan ini :D

Di Ujung senja

Di Ujung senja



Di ujung senja, nyata rindu kita hanya sebatas kata yang tersekat jarak dan waktu

Di ujung senja, nyata kisah kita hanya sebatas roman-roman tanpa judul

Di ujung senja, nyata janji kita hanya sebatas kata-kata manis tanpa makna

Di ujung senja, tak ada lagi kisah kita dalam larik-larik puisimu

Di ujung senja, ketika semua kisah kita berakhir tanpa kata
Sekali saja ku biarkan aku memeluk kenangan

Sekali saja ku biarkan aku memeluk kenangan

Pagi ini aku kembali memetakan semua rindu yang pernah aku rasakan

Kepada kamu, pria yang pernah mencuri separuh hatiku

Pagi ini, diam-diam rindu menelusup pada celah yang lupa aku tutup

Sesak

Ya.. sesak

Aku tak tahu harus bagaimana dengan rindu ini

Kamu, adalah sebuah kenangan dan aku tak mau lagi menengoknya

Entahlah

Kenapa diam-diam rinduku menjelma menjadi sebilah belati

Menikam tepat di ulu hati

 

Sakit

Aku mengerang kesakitan

Tapi, nyatanya rindu ini mencandukan

Aku menikmati setiap goresnya, walau sesekali air mata mendesak; berlompatan dari kedua mataku

Mungkin ini yang di sebut cinta itu memabukkan

Tapi, lagi-lagi aku membiarkannya

Sekali saja

ya, hanya sekali
Senja keberapa?

Senja keberapa?


Aku tak pernah mengingat ini senja keberapa

Aku tak pernah mengingat berapa senja yang telah aku lewati

Aku tak pernah mengingat kapan senja terakhir aku nikmati bersamamu

Aku penyuka senja tapi juga benci menikmati senja

Senja membuatku mengingatmu

Membuatku mengingat pria yang pernah mengajarkan tentang bagaimana menikmati indahnya senja


dan juga mengajarkan bagaimana aku membenci senja

entah ini senja keberapa?

Karena aku tak lagi ingin mengingatnya

Surabaya, 22-09-2012