Merdeka itu...

Merdeka itu...

Merdeka itu ketika kamu bisa beranjak dari masa lalumu

Merdeka itu kamu bebas nulis kata-kata puitis tanpa takut dibilang galau

Merdeka itu kamu berani mutusin pacar yang bikin hatimu nggak nyaman

Merdeka itu ketika kamu berani memakai baju penuh warna

Merdeka itu ketika kamu bilang 'tidak'  untuk sebuah hubungan seks pra nikah

Merdeka itu kamu berhasil membuang foto mantanmu di dompet

Merdeka itu ketika kamu bisa menikmati udara pagi tanpa polusi

Merdeka itu artinya bisa memilikimu secara halal


Berdamai dengan Masa Lalu

Berdamai dengan Masa Lalu


 


Jika masa lalumu layak kamu perjuangkan, perjuangkanlah hingga Titik. Jika semuanya tidak berhasil. Berbaliklah arah, ada masa depan yang menunggumu



 

"Ngapain sih, Ndre?  Sibuk amat?"


Aku mengurungkan niatku untuk meletakkan tas di genggamanku, ketika melihat kelakuan sahabat sekaligus teman kerjaku.


"Hmm, lagi cari namanya Retha." pandangan matanya tetap tertuju di layar komputer.


It's sounds familiar


"Margaretha? Mantanmu itu?" tanyaku hati-hati sambil menarik sebuah kursi dan duduk di sampingnya.


Dia menoleh ke arahku, mengangguk perlahan, "Iya, Retha yang itu."


"Emang dia kemana? Kalian kehilangan kontak?” tanyaku beruntun.


“Dia tiba-tiba ngilang, semua nomornya dia ganti. Mangkanya aku coba cari di twitter, FB sapa tahu ketemu.”


 “Jangan terlalu erat menggenggam masa lalu, Dre. Nanti kamu sakit sendiri,” ujarku sambil membolak-balik kertas di hadapanku.


“Aku masih menunggunya. Aku percaya sejauh apa pun cinta pergi, ia pasti kembali.” dia menoleh ke arahku dengan tatapan sayu.


“Mau sampai kapan sih kamu nunggu dia? Waktu itu tidak pernah menunggu loh.” aku berdiri di sampingnya.


“Aku masih sayang dia, Na.”


“Dia masih sayang kamu juga?”


“Pasti! Aku tahu bagaimana perasaan dia sama aku.”


“Kamu yakin dia masih Retha yang sama? Seperti ketika kalian berpacaran dulu?”


“Maksudmu?” dia menoleh ke arahku.


“It’s been 2 years, perasaan itu bisa berubah, Dre. Seperti aku bilang, waktu itu tidak mau menunggu. Bisa aja kamu masih mengharapkan dia, tapinya nyatanya dia sudah melangkah duluan.”


“Aku percaya sama cinta sejati, Na. Kalau memang jodohku pasti dia akan kembali juga padaku.”


“Kalau memang kamu masih cinta dengan dia, kenapa kamu nggak perjuangkan dia ketika kalian baru berpisah dulu?”


“…”


“Itu membutuhkan waktu, Na. Kita sama-sama butuh jeda.”


“Dan, sekarang jeda itu masih berlaku? Kamu 2 tahun nunggu dia, tanpa tindakan apapun? Wow, itunya namanya omong doang, Bro. Cewek itu butuh tindakan, bukan cuman kata-kata.”


“Aku sudah berusaha, tapi…” Andre tak melanjutkkan kalimatnya.


“Tapi, kamu nggak mau berusaha lebih keras untuk mewujudkannya. Ndre, jika masa lalumu layak kamu perjuangkan, perjuangkanlah hingga Titik. Tapi, jika semuanya tidak berhasil. Berbaliklah arah, ada masa depan yang menunggumu.”


“Lalu aku harus bagaimana, Na?”tanyanya lirih.


“Cari tahu dengan perasaanmu, yakinkan apa yang kamu rasakan sekarang itu cinta atau hanya sebuah kenangan yang enggan kamu lepaskan.”


“…”


“Dre, tidak ada yang pernah melarangmu untuk menengok masa lalu. Tapi, kalau kamu terus-terusan menggenggamnya, itu artinya kamu sudah membuang waktumu percuma. Lihat, berapa  banyak kamu melewatkan kesempatan untuk menemukan wanita yang lebih baik dari Retha,” aku menepuk bahunya.


Seperti aku yang selalu menunggumu membuka hati, Dre
Dear Kamu,

Dear Kamu,

Ada beribu pertanyaan tersimpan di benakku saat ini


tentang kamu, tentang kita dan juga perasaanmu padaku


Entahlah, mungkin saja aku tak harus mempertanyakannya


Sebab aku tahu jawabannya


Dan, kamu tak akan pernah mengerti tentang aku

(masih) kamu

(masih) kamu

ini masih tentang kamu
tentang aku yang memujamu
tentang kamu yang mencuri separuh hatiku
tentang aku yang merindukanmu

sayangnya kisah ini hanya ada aku, sedang kamu berangsur pergi
sebelum cerita ini selesai aku tulis

cerita ini masih sama, tentang kamu dan aku yang tersekat ruang dan waktu

Kamu yang pernah mencuri benakku, bisakah kau curi sekali lagi?


Persimpangan

Persimpangan

Ada kalanya cinta tidak memiliki


Ibarat di persimpangan jalan


Saat lampu menunjukkan warna hijau, saatnya masing-masing dari kita harus melangkah pergi


Kamu ke kanan, dan aku ke kiri


entah kapan akan kembali berjumpa




Tak selamanya cinta itu beriringan. Ada kalanya Tuhan mempertemukan hanya untuk sekedar melintas.


Sepasang Janji

Sepasang Janji

Ingatkah kamu tentang sepasang janji kita?


Janji yang kita sepakati bersama saat kamu dan aku berdua


Kau bilang, ingin di sini di sampingku


nyatanya hingga saat ini janji itu telah lesap entah kemana


Saat kita berdua, tak ada lagi pembicaraan janji


yang ada hanya sebatas kata-kata manis pelipur lara


Kemana sepasang janji yang kau ucapkan padaku?


adakah kau melupakannya?





Jangan pernah berjanji apapun atas diriku, jika aku tidak pernah punya hak atas dirimu


Pesta Telah Usai

Pesta Telah Usai

Tak ada lagi debaran yang aku rasakan di hatiku


tak ada lagi senyum simpul saat aku baca pesan darimu


tak ada lagi rindu yang mendesak saat tak ada kabar darimu


ku rasakan pesta di hatiku telah usai


pertanda bahwa aku harus segera berkemas dan melangkah pergi darimu