Aku sebut itu kenangan

Aku sebut itu kenangan





Rindu diam-diam menelusup melalui celah kecil yang lupa aku tutup rapat





Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Tak cukupkah kamu mencuri separuh dari hatiku dan lupa untuk mengembalikannya tepat waktu padaku?


Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Tak lelahkah kau permainkan hatiku? Bukankan kemarin kau telah memporak-porandakannya? Masih belum cukup?


Kepada kenangan yang berkelebat dibenakku. Sudah cukup kau bermain-main dengan pikiranku. Aku sudah terlalu lelah untuk sekedar kembali menengok ke arahmu


Kamu.....



Akankah kita kembali dipertemukan takdir?


Ketika rasa rindu kembali memenuhi dada


Uraikan kenangan yang telah tertata rapi di sudut terkecilku


Ramaikan kembali hatiku yang telah lama berdebu


Ingatan tentangmu diam-diam menelusup sepi


"Nanti kita pasti bertemu," katamu


Dan aku menunggu takdir berbicara, akankah Tuhan mempertemukan kita kembali


Untuk sekedar berpapasan



...dan aku benci untuk mengakui, bahwa aku merindukanmu



Mencintaimu dalam sunyi

Mencintaimu dalam sunyi


Aku ingin mencintaimu dalam diam

Tak bersuara --hening tanpa kata

lirih; redam

 

Diam-diam

Ku biarkan kamu di sana bersamanya

Meski hati perih

Ya, sekali lagi ku biarkan semua apa adanya

Bukankah cinta tak selalu meminta balas?

 

Aku ingin mencintaimu dalam diam

hanya diam

Tak peduli jika kata-kata bisa mengubahnya

Biar saja, karena diam adalah pilihan
dan aku memilih untuk mencintaimu

 

Saat sunyi dan diam merajai

Di sana kamu sedang tergelak riang

Tak peduli dengan sosokku yang menatapmu sedih

 

Biar saja

karena aku telah memilih hanya untuk mencintaimu dalam sunyi
Seribu Kunang-kunang

Seribu Kunang-kunang


Ini kisah tentang seribu kunang-kunang

Di mana sinarnya berpendar menghiasi cakrawala

Menyinari langit pekat tak berbintang

 

 

Ini kisah tentang seribu kunang-kunang

Di mana ada aku dan kamu di dalamnya

Seperti kisah roman-roman tak berjudul

 

 

Ini kisah tentang seribu kunang-kunang

di mana hanya sebuah cerita yang tak selesai

dan ribuan kunang-kunang yang tak lagi berpendar

Karena malam telah mencuri kilaunya
Rasa

Rasa

Berkali-kali aku mencoba mencari tahu tentang suatu perasaan yang saat ini menjejaki; menyesaki hatiku.
Mungkinkah ini cinta?

Atau hanya suatu kebahagiaan yang tak bermakna?

Harus kemana ku cari semua jawaban?

Pada Langit yang membisu?

atau pada ribuan aksara yang membatu?

Tak ada satupun dari mereka yang menjawabnya

Bisu

 

Jadi, harus aku sebut apa rasa ini?

 

 
Tentang sebuah janji

Tentang sebuah janji

Ini tentang sebuah janji


Janji, yang kau bisikkan dengan lirih  di telingaku ketika kita menghabiskan waktu berdua


Malam itu kita larut dalam labuhan cinta


Bermain kata-kata dan kemudian kau rengkuh aku dalam pelukmu


Kita bercumbu, meraih kenikmatan yang tak pernah tuntas


Aku biarkan tubuh mungilku rebah di dada bidangmu


Bercampur peluh: aku dan kamu


 Kita biarkan tubuh saling melepas rindu, menuntaskan semua hasrat tak terlupakan


Di akhir perjalanan kita, kau bisikkan sebuah janji



"Kita akan selalu bersama sampai mati."

Sampai akhirnya kita terkapar karena lelah

tersisa degub-degup dan aroma tubuhmu



Ini tentang sebuah janji


Janji, yang dulu kau bisikkan di telingaku


...dan kini semua mengabu


Lusuh, digerus roda waktu


Usang


Pada akhirnya, janji adalah kata-kata manis tanpa makna