Menjadi Orangtua Bijak

Menjadi Orangtua Bijak


"Anak saya nilainya kok jelek-jelek ya? Padahal saya sudah ikutkan les privat"
****
"Kamu tu ya. Mama udah ikutkan les. Masih aja nilaimu gitu-gitu aja!"

Saya tergelitik. Tiap kali ada orangtua yang datang menanyakan perkembangan belajar anaknya yang lambat.

Biasanya jika ada pertanyaan seperti di atas. Saya akan menyarakan supaya anak-anak tersebut diajari sendiri oleh orangtuanya.

Bagaimanapun orangtua adalah sosok yang paling mengerti tentang anaknya. Bukan orang lain. Herannya, kebanyakan mereka tidak tahu cara menangani anak-anaknya.

#StartWithTheBoys

#StartWithTheBoys


Video berdurasi pendek ini secara tidak langsung menggambarkan bagaimana cara sebagian masyarakat mendidik anak lelakinya.

Dalam video ini anak lelaki haram hukumnya untuk nangis. Anak lelaki adalah anak yang tangguh. Setakut apa pun dia. Semarah apa pun dia. Sesakit apa pun dia, bahkan saya dia bahagia. Tidak ada dalam kamus bahwa anak lelaki boleh menangis. Airmata katanya hanya milik anak perempuan.

Writing Therapy

Writing Therapy

menulis, tulisan, seo
Kegemaran saya membaca buku sejak kecil ikut andil membangun mimpi saya menjadi seorang penulis. Saya berterima kasih pada Mami yang pada akhirnya membuat saya menjadi penggila buku.

Saya mulai suka menulis sejak duduk di bangku SMP. Bermodal mesin ketik milik papa, saya menuliskan apa aja yang ada dalam benak. Pernah bergaya ala mahasiswa dengan membuat analisa tentang Pancasila (Sok gede banget yak. Padahal masih juga SMP).

Tulisan-tulisan itu saya baca sendiri. Masih malu-malu untuk menunjukkan kepada orang lain. Pokoknya kalau habis ngetik sukanya langsung dibuang. Soalnya takut ketahuan orangtua. Pernah sih sekali Papi baca tulisan saya. Beliau bilang tulisan saya bagus.
Dibalik Reality Show The Return Of Superman

Dibalik Reality Show The Return Of Superman



Belakangan ini nama Song Il Kook Ayah dari bocah kembar 3: Daehan, Minguk dan Manse menjadi ramai dibicarakan. Semenjak tayangan reality show The Return of The Superman tayang di RCTI.

Bagaimana Appa Il Kook dengan sabarnya menghadapi 3 anaknya yang lucu dan menggemaskan. Sebenarnya ada banyak keluarga yang terlibat dalam acara ini. Hanya saja buat saya keluarga Song Tripet lebih menarik untuk diikuti.
Color Therapy

Color Therapy


Holla,

Berawal dari foto salah satu teman kuliah yang tengah asyik menggunakan cat air membuat rasa penasaran saya muncul. Sudah lama saya ingin mencoba bermain-main dengan cat air tapi belum terpenuhi.

Sampai saya diajak oleh kakak ke toko buku. Saya berjalan ke rak Alat Tulis untuk mencari cat air seperti kepunyaan teman. Rasanya seneng banget begitu menemukan. Lagi-lagi bimbang antara pengin beli dan tidak. Saya tanya dong sama kakak. Terus kakak bilang udah beli aja nanti dibayarin. Saya langsung membawanya ke kasir dan tak lupa buku sketsa. *mumpung dibayarin

Tujuan membeli cat air ini sebenarnya bukan karena saya suka seni, tapi lebih ke arah relaksasi. Menurut beberapa penelitian warna memiliki kaitan erat dengan psikologis tubuh.  Dalam bidang Psikologi pun mulai diterapkan yang namanya Psikologi Warna. Warna-warna diyakini bisa mewakili mood dalam diri manusia
Tolong, Maaf dan Terima Kasih

Tolong, Maaf dan Terima Kasih

Assalamualaikum,

Tolong, Maaf dan terima kasih mungkin seringkali kita dengar di kehidupan sehari-hari. Sepintas kata-kata itu sama saja dengan yang lain. Tanpa makna.

Dewasa ini sulit sekali menemukan anak-anak yang terbiasa mengucapkan 3 kata ajaib ini. Orang tua lebih sibuk mendidik akademik anak-anaknya ketimbang karakternya.

Tentang Calistung

Tentang Calistung

calistung, sempoa, math


Beberapa waktu lalu ada seorang Wali murid yang bertanya pada saya tentang anaknya yang kesulitan mengenal huruf dan angka. Beliau sempat menanyakan tentang les Calistung.

Dan, saya bilang pada beliau bahwa Guru di sekolah tidak ada yang memberikan les tambahan.

Sepertinya masalah Baca, Tulis dan Hitung menjadi sebuah ketakutan dalam masyarakat.

Banyak orang tua berlomba-lomba memberikan les tambahan kepada anak supaya anak-anak mereka nantinya akan bisa Baca, Tulis dan Hitung.

Tak ada yang salah dengan fenomena ini. Karena pendidikan yang ada di Indonesia apalagi di Tingkat Sekolah Dasar targetnya adalah bagaimana anak sudah bisa Calistung sejak kelas 1. Bahkan, kalau bisa dari Taman Kanak-Kanak.

Ironi bukan?

Padahal, dahulu tugas mengajarkan Calistung adalah Guru Sekolah Dasar. Jaman kita berada di taman kanak-kanak aktivitasnya hanya bermain. Kalaupun anak sudah bisa membaca karena sudah mendapatkan pengajaran di rumah.

Apakah iya anak yang tidak begitu menguasai Calistung sejak Taman Kanak-Kanak akan mengalami begitu banyak kesulitan di Sekolah Dasar?

Padahal untuk bisa bertahan di Sekolah Dasar, Anak tidak hanya sekadar bisa baca, tulis dan hitung. Banyak aspek yang harus diperhatikan.

Sayangnya, aspek yang lain tadi itu banyak dikesampingkan. Sehingga Calistung terlihat sebagai syarat utama dalam menempuh Pendidikan Dasar.

Orang tua menjadi stress. Akibatnya anak dijejali les yang bermacam-macam demi mengikuti apa yang sekarang sedang berkembang.

Anak-anak menjadi kehilangan masa kanak-kanak karena terlalu sibuk menghapal banyak pelajaran. Membuat orang tua lupa mengajarkan sesuatu yang lebih penting yaitu KARAKTER.

Lihat saja orang tua lebih bangga anaknya mendapat Nilai Bagus di Matematika, Bahasa Inggris ketimbang anaknya bisa berbaris dengan rapi.

Di Indonesia banyak anak yang pintar tapi pintar dan berbudi luhur sudah sangat jarang.

*tulisan ini sudah saya share di fanpage sekolah

Karakter Media Sosial

Karakter Media Sosial

Media Sosial bukanlah hal baru. Dewasa ini, hampir semua orang memiliki setidaknya satu akun media sosial. Katanya sih biar kekinian.

Namun, kebanyakan dari mereka masih bingung dalam penggunaannya. Bahkan, mereka membuka akun media sosial karena ingin seperti orang lain. Akibatnya penggunaannya tidak maksimal. 

Masih susah melupakan mantan? Intip 8 tips berikut supaya lekas move on

Masih susah melupakan mantan? Intip 8 tips berikut supaya lekas move on



taken from link


Move on berarti bergerak maju. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau berpindah dari kondisi buruk menjadi lebih baik.

Kebanyakan orang bilang bahwa move on adalah fase tersulit. Pasalnya, cengkraman masa lalu lebih kuat menarik kita berkubang dalam kenangan Ketimbang melepaskan. Mangkanya kita jadi sedih berkepanjangan.

Kali ini saya mau nulis beberapa tips biar kita bisa move on dari mantan. Boleh juga diterapkan kok.

1. Berhenti Kepo
    Coba deh kalian berhenti kepo terhadap kehidupan mantan. Berhenti deh stalking fb, twitter dan seluruh media sosial milik mantan. Bukannya kamu bisa move on, malahan sakit hati gara-gara mantan punya gebetan baru. Yang ada mata bengkak gara-gara nyesek.

2. Ubah playlist lagu
     Ubah playlist lagumu apalagi lagu-lagu yang membuatmu ingat dengan mantanmu. Jangan pernah memasang lagu yang suka kamu dengerin bareng mantan. Dijamin keinginanmu untuk move on akan semakin sulit. Kalau perlu ubah genre musikmu. Pasang lagu-lagu yang nggak kamu suka. Misalnya, lagu dangdut, koplo atau dengerin pengajian aja biar hati adem

3. Keluar Rumah
     Cobalah meninggalkan kamar. Pergi ke taman atau berkunjung ke rumah teman dan saudara. Bertemu banyak orang akan membuatmu melupakan segala tentang mantan. Kalau kamu punya sepeda. Cobalah bersepeda keliling komplek perumahan. Selain menyehatkan juga membuat penampilanmu lebih segar.
Orang Tua atau Anak yang harus belajar?

Orang Tua atau Anak yang harus belajar?

anak, parents, family, orang tua yang belajar




Sebenarnya postingan ini sedikit terinspirasi dari pengalaman sehari-hari saya sebagai Guru TK.  Ternyata tantangan seorang Guru TK tidak hanya sekadar mendidik para murid tapi juga memberikan masukan kepada orang tua. Dan, buat saya memberikan masukan kepada orang tua jauh lebih sulit dan menantang.

Terkadang ketika bertemu dengan orang tua yang sedikit 'rewel' tentang anaknya membuat saya berpikir "Apa sih yang diinginkan orang tua dari anaknya?"

Mungkin banyak yang akan menjawab ingin anaknya sukses, pintar, hebat, bisa berhasil dalam karirnya. Dan, itu semua tidak salah. Namun, kebanyakan orang tua menerapkan pola-pola yang salah dalam memberikan edukasi bagi anaknya. Postingan ini bukan berniat mengajari, karena saya pun belum berumah tangga. Namun, saya sedang dalam tahapan proses belajar menjadi calon ibu agar kelak ketika waktu saya tiba lebih siap dalam menghadapi anak sendiri.

Dari orang tua yang sering saya temui di sekolah, hanya ada beberapa orang tua yang ingin anaknya bahagia. Selebihnya mereka ingin anaknya menjadi yang luar biasa. Namun, lupakah para orang tua jika yang diinginkan adalah anak yang pintar mereka kerapkali akan melupakan kebahagiaan anak. Dan, itulah yang saya lihat dari fenomena yang ada di sekolah saya.

 Contoh kasus:


Sebut saja namanya S. Dia memiliki dua orang anak yang bersekolah di tempat saya. Kakak pertamanya masuk TK, dan adiknya duduk di kelas PG. Dari yang saya lihat orang tuanya adalah tipe perfeksionis yang kerapkali menuntut anaknya untuk bisa, dan saya juga menemukan perbedaan perlakuan pada kedua anaknya. Anaknya yang pertama membuat saya sedih. Pertama kali bertemu anak ini, saya tidak menemukan mata kecil yang berbinar-binar, yang ada hanya mata redup tak bersemangat. Anak ini kerapkali melakukan hal-hal yang tak seperti anak seumurannya. Dia tak tertarik dengan teman-temannya yang bermain, sering bicara sendiri, dan suka naik meja kalau kita sedang tak bisa melihatnya. Sedangkan adiknya adalah anak yang ceria. Namun, dia tak percaya diri untuk menunjukkan kemampuannya. Setiap pelajaran dia minta ditemani oleh sang Ibu di dalam kelas. Hampir semua pekerjaan sekolah dia selalu meminta bantuan sang ibu. Dan, yang membuat saya sedikit tak suka sang Ibu kerapkali 'mengerjakan' tugas-tugas sang anak.  Di lain hal sang ibu menuntut sang adik untuk bisa.

Setiap kali sang adik maju ke depan, dan salah. Ibunya akan langsung mengolok-olok anak ini. Dan, kemudian membandingkan dengan kemampuan anak lain yang sudah bisa. Akibat si anak yang sudah sedikit bersemangat akan langsung ngedrop mendengar komentar sang ibu. Dan, saya hanya bisa menggelengkan kepala.

Dan, kasus di atas banyak saya temukan di sekolah. Banyak orang tua yang menuntut anaknya, tanpa memperhatikan kemampuan dan kebahagiaan si anak. Bagi mereka tugas anak hanya belajar, dan orang tua adalah pemegang kendali. Dan, lucunya tuntutan orang tua tak diimbangi dengan pemberian rangsangan yang sesuai dengan anak.


Tidakkah orang tua menyadari bahwa sejatinya sebagai orang tua kita juga harus banyak belajar bagaimana pola-pola pengasuhan yang tepat untuk anak. Anak-anak jaman sekarang berkembang lebih pesat baik dari segi kognitif, teknologi dan juga informasi. Orang tua yang tidak bisa mengikuti perkembangan, akan ketinggalan dengan pola-pola pembelajaran. Yang ada, akan menimbulkan kesenjangan informasi antara orang tua dan anak.

 Dewasa ini, belajar tak harus duduk di bangku kuliah. Ada banyak media yang bisa digunakan orang tua untuk menguptade artikel-artikel tentang pengasuhan yang banyak sekali di internet. Jika memiliki waktu sedikit luang, mungkin bisa mengikuti seminar-seminar parenting yang juga banyak diadakan.

Intinya sih untuk menjadi orang tua yang baik kita juga harus belajar sama halnya dengan anak-anak kita yang tak berhenti belajar.


Jika ingin menghasilkan anak yang berkualitas, tentu orang tua juga harus meningkatkan kualitas pola pengasuhannya. Jika anak belajar, maka orang tua pun sejatinya juga belajar

Jadi, semuanya kembali kepada pribadi masing-masing. Anda termasuk orang tua yang mana?
Tentang Anak-anak

Tentang Anak-anak

Malam ini, tiba-tiba saja saya ingin membahas sedikit tentang pendidikan anak.


Sebagai pendidik, tentunya ada saja hal yang menggelitik untuk saya bahas. Kali ini, saya lebih menyoroti tentang pendidikan anak usia dini.  Dan, bahasan dalam tulisan ini, saya ambil dari pengalaman diri sehari-hari.


Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan ananya tak mengenal warna dasar.


Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan anaknya tidak mengenal bentuk-bentuk dasar.


Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis.  Dibandingkan anaknya tidak mengenal dunia luar


Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis.  Dibandingkan anaknya tidak tersenyum  dan tidak memiliki rasa ingin tahu.


Hal ini sedikit menganggu buat saya, ketika beberapa orang tua mengambil raport dan saya mengemukakan beberapa permasalahan anak mereka. Dan, hampir semua orang tua bertanya tentang kemampuan membaca dan menulis anaknya :((


Tidakkah mereka peduli terhadap perkembangan yang lain? Bukankah kemampuan membaca dan menulis masih bisa dipelajari, dibandingkan sebuah perilaku atau dunia anak-anak yang takkan pernah terulang lagi


Semuanya kembali kepada anda :)

Perayaan pesta ulang tahun buat anak, perlukah?

Perayaan pesta ulang tahun buat anak, perlukah?

 


 

 

"Pa, si adek bentar lagi ulang tahun. Kita rayakan yuk?"

"Ma, aku mau pestaku kayak Kayla, pake baju princess."

"Eh, Dek. Besok kalau Nayla ultah, pake tema ini aja. Lagi trend loh."

Siapa sih yang nggak senang datang ke pesta atau bikin pesta? Mengundang banyak orang, kumpul-kumpul sama saudara dan kalau pesta kita sukses pasti dipuji banyak orang.


Hayo, ngaku? :D


Eh, tapi saya bukan ingin membahas pesta pernikahan loh ya *dikeplak pembaca :D


Begini, tadi sore si ponakan saya pergi ke pesta ulang tahun temannya. Temannya ini anak orang berada, tiap tahun pasti dirayakan. Barang yang diberikan sebagai souvenir pun tidak murah, semua pilihan.


Kadang, saya mikir. Emangnya si anak sudah mengerti ya sama arti perayaan ulang tahun? Bukannya mereka nggak paham juga apa sih ulang tahun. Ditanya tanggal lahir aja kadang nggak ngerti.


Bukannya saya anti dengan pesta ulang tahun, nggak kok. Senang malah, soalnya suka kebagian kue hihi. Tapi, suka nggak ayah atau bunda berpikir demikian?


Dulu, saya ingat ortu cuman merayakan ultah buat saya ketika saya kelas 3 SD. Sekali aja nggak tiap tahun, kedua kakak saya juga begitu. Jadinya, ketika ulang tahun ke 17 saya nggak ribet minta dirayakan.


Bukankah inti dari ulang tahun itu adalah sebagai wujud rasa syukur terhadap umur yang semakin bertambah.


Nah, kalau tiap anak ultah terus kita rayakan dengan besar-besaran bukankah sama artinya kita mengajarkan pemborosan pada mereka, padahal dengan bersyukur tidak harus diwujudkan dalam bentuk pesta yang terkadang kita lakukan hanya sebagai gengsi belaka.


Kelak, jika saya punya anak. Ketika dia ulang tahun, saya akan mengajaknya berdoa bersama sang ayah dan sedikit berbagi dengan sesama (Insya Allah)


So, seperti apa cara ayah dan bunda mensyukuri hari kelahiran sang buah hati?

Binar mata yang meredup

Binar mata yang meredup

Sambil menunggu pesanan nasi goreng yang belum mateng. Kayaknya asyik ni buat posting tentang kejadian yang membuat diriku sedih.
Dulu kayaknya pernah ada postingan tentang anak kecil yang akan saya kisahkan ini.
Singkat cerita, kemarin saya pulang kampung. Tujuan utamanya sih buat cari tukang pijat plus belanja batik. Sisanya berkunjung ke rumah sanak family.
Tiba di rumah bude, saya melihat keponakan saya itu lagi asik bermain masak-masakan, ketika melihat kami datang dia langsung bersembunyi dibalik paha tantenya. Setelah mendengar kisah, bahwa dia sekarang bersekolah disini. Hati saya langsung menciut, saya trenyuh sekaligus sedih. Aku mencoba mendekatinya dengan ala anak-anak, tapi dia menolak--menggelengkan kepala dan tidak berbicara. Tidak kehilangan akal, lagi-lagi aku berusaha mendekatinya. Kali ini lebih anak-anak. Alhamdulillah berhasil.
Awalnya aku tidak ingin sholat dulu melainkan sholat dirumah saja. Eh tiba-tiba dia menghampiri saya dan mengajak sholat bersama.
Matanya berbinar-binar dan begitu antusias. Sebelum masuk kamar mandi dia memelukku. Duh, saat itu aku merinding.
Rupanya si dia lagi butuh perhatian. Mendengar kisah tentang keponakanku ini rupanya sang ibu dan ayah tidak perduli dengan keberadaannya. Dia dipaksa untuk dewasa sebelum waktunya, bahkan diumur dia yang 5 tahun dia bisa mencuci piring.
Menurut budeku, kata tetangga dia sering ditinggal sendirian oleh ayahnya hingga larut malam, tak jarang pula dia dipukuli. Hiksss :(

Saat itu saya benar-benar merasa sedih. Ketika hubungan kedua orang tua bermasalah, kenapa harus anak yang menjadu korban?

Ketika kami mau pulang, terlihat ada raut kecewa diwajahnya. Dan aku menangkap perubahan itu.

Sampai sekarang mata sayu dengan binar meredup itu selalu aku ingat
Bahagia versi anak-anak

Bahagia versi anak-anak

1. Bahagia itu saat kedua orang tuaku selalu bertanya tentang apa yang aku rasakan.
2. Bahagia itu saat papa dan mama tidak lagi bertengkar
3. Bahagia itu saat papa dan mama menghargai semua hasil karyaku.
4. Bahagia itu saat papa dan mama memujiku di depan umum.
5. Bahagia itu saat papa dan mama memberiku pelukan disaatku sedih.
6. Bahagia itu saat papa dan mama ingat hari ulang tahunku.
7. Bahagia itu saat papa dan mama hadir saat aku pentas di depan umum.
8. Bahagia itu saat papa datang mengambil raportku.
9. Bahagia itu adalah saat papa dan mama mencium keningku sebelum tidur.
10. Bahagia itu adalah saat mama membacakanku sebuah cerita sebelum tidur.
11. Bahagia itu adalah saat papa bisa diajak main ke taman.
12. Bahagia itu saat papa dan mama makan bersama di satu meja.
13. Bahagia itu saat papa dan mama mengantarku sampai pintu gerbang sekolah dengan senyuman.
14. Bahagia itu saat makan bakso diwaktu hujan bersama mama dan papa.
15. Bahagia itu saat mama memelukku di saat aku demam.
16. Bahagia itu saat papa dan mama tetap tersenyum meskipun aku gagal dalam sebuah perlombaan.
17. Bahagia itu saat papa dan mama memujiku ketika aku telah menyelesaikan pekerjaanku dengan baik.
18. Bahagia itu saat papa mengijinkanku ikut mencuci mobil bersama.
19. Bahagia itu saat papa dan mama mengajakku sholat bareng.
20. Bahagia itu saat papa dan mama mengijinkan memelihara hewan.
21. Bahagia itu saat papa dan mama mendengarkan semua ceritaku dengan antusias.
22. Bahagia itu saat papa dan mama menangis ketika mendapat sebuah kartu bertuliskan 'I Love u' yang telah aku buat.
23. Bahagia itu saat papa dan mama membiarkanku menulis apa pun di kertas.
24. Bahagia itu saat papa, mama, dan adik tidur bersamaku diakhir pekan.

Dan yang paling membuatku bahagia adalah saat melihat papa dan mama tetap bersama
Suara hati anak

Suara hati anak

Dear kedua orang tuaku tercinta,


Hari ini ingin aku sampaikan tentang apa yang aku rasakan. Sudah terlalu lama aku memendamnya. Aku takut, ketika ibu dan ayah tahu kau akan marah. Aku tidak mampu untuk mengucapkannya langsung padamu.


Tahukah ayah dan ibu bahwa setiap malam aku berdoa keada Allah supaya ayah dan ibu tidak lagi memarahiku. Aku tahu aku salah, tapi entah kenapa hanya bentakan, tamparan atau pukulan yang aku dapat. Padahal aku ingin kalian berdua dapat memberi tahu tentang kesalahanku


Tahukah kalian bahwa setiap malam aku selalu berdoa kepada Allah supaya besok ayah dan ibu tidak berangkat kerja. Aku tidak butuh kue, uang, mainan. Yang aku butuhkan adalah waktu dari kalian. Aku tidak memintanya banyak--sedikit saja.


Tahukah  kalian bahwa ketika kalian marah karena nilai-nilaiku jelek sungguh aku sangat sedih. Kalian tidak pernah bertanya apakah aku menyukai semua pelajaranku? Apakah aku bisa? Yang kalian ributkan hanya nilai tanpa kalian tahu bahwa aku mengalami kesulitan saat mengerjakannya. Padahal aku sudah berusaha semampuku untuk mengerjakannya sendiri. Apakah kalian ingin aku menyontek saja? Supaya nilaiku jadi bagus.


 Tahukah kalian bahwa ketika aku dimaki, rasanya hatiku hancur. Bukankah kalian telah menyematkan nama terindah untukku, tapi entah mengapa kalian lebih memilih memanggilku dengan nama yang tidak baik.


Ayah, Ibu. Tidak banyak yang aku inginkan. Aku hanya ingin kalian selalu menyayangiku, membimbingku supaya kelak aku bisa menatap masa depan dengan tegak


Salam Hangat,


Anakmu tersayang

Imajinasi saya berasal

Imajinasi saya berasal

Ketika masih SMP saya suka banget mengkhayal. Kadang khayalan saya suka out of the box   tapi bukan berrarti apa yang saya khayalkan sesuatu yang jorok :D


Sejak SMP saya suka ngomong dengan diri saya sendiri (saya masih waras loh :P), merangkai sebuah cerita dimana tentu saja saya tokoh utamanya. Terkadang kalau cerita yang saya susun terlalu sedih saya bisa nangis beneran loh hebatkan :D


Kalau diruntut, sepertinya hobby saya menyusun cerita ini berasal dari kesukaan saya bermain bongkar pasang (pada masih ingat nggak dengan mainan jadul ini). Sejak kecil saya sukanya menyendiri, jarang bergaul dengan teman sebaya tapi bukan berarti saya nggak punya teman. Jangan salah, teman-teman saya bejibun.


Oke..! Kembali ke point. Semenjak SD saya suka banget pemainanan ini. Tiap ada uang jajn lebih, biasanya saya akan menyisihkan beberapa untuk menambah koleksi saya ini.


Hampir setiap hari sepulang sekolah, saya akan langsung bermain sendirian. Yap..sendirian karena kedua kakak saya tidak ada yang bermain ini, kalaupun ikutan bermain biasanya kakak lelaki saya suka usil merusak semua koleksi bongkar pasang saya.


Buat saya permainan pura-pura seperti bongkar pasang itu adalah surga dunia, dimana saya dengan bebas menciptakan imajinasi atau bahkan saya bisa seperti sutradara yang bebas mengatur tentang siapa, dan tema apa yang mau saya buat.


Terkadang kalau diingat, saya suka senyum-senyum sendiri. Amazing, i can create the best dialog when i was 7 dan sampai sekarang efek itu berlanjut.


Yap, sampai sekarang saya masih suka berkhayal, tapi bedanya hasil khayalan sudah saya alihkan dalam bentuk tulisan sederhana.


Dan buat saya efek permainan pura-pura itu membuat saya banyak imajinasi, dan hasilnya saya sudah bisa mengeluarkan sebuah karya.


So, buat para ibu-ibu jangan sedih kalau ngelihat anaknya asyik main dengan bonekanya sendiri :)





With imagination you can create your own world


Baby blues syndrome

Baby blues syndrome

Oke malam ini saya lagi pengen ngegalau, jadi yang baca tulisan ini jangan tertipu sama judulnya ya.


Yang aku mau tulis ini bukan kayak baby blues yang kalian bayangkan loh. Baby blues yang ini bukan stress karena habis melahirkan. Lah gimana mau melahirkan, wong suami aja belum punya :D


 Uhuk...baby blues syndrome yang saya maksud ini adalah nggak tahu kenapa kok tiba-tiba saya ingin rasanya punya bayi. Saat jalan-jalan tadi, senang rasanya saat ngelihat ada seorang ibu yang sedang duduk-duduk atau menggendong anaknya dan efeknya sampai di rumah kok ya saya jadi pengen punya anak. Kayaknya seru ya bisa merawat anak sendiri, ngajak ngobrol, mandiin dan nyiumin. Terus jalan bertiga sama bapaknya :(


eitss...kayaknya sebelum punya anak, ada baiknya cari pasangan dulu kali ye.


Tu kan kalau nulis yang beginian bikin mewek, mana ini malam  minggu. Duh..jadi semakin feeling blues.


Menyontek itu.....

Menyontek itu.....

Sekarang ini makin banyak anak-anak yang tidak percaya dengan kemampuan yang mereka miliki, alhasil ada beberapa dari mereka yang sedikit melakukan kecurangan alias nyontek.Anak nyontek sebenarnya bukan hal baru sih, cuman akhir-akhir ini lebih banyak saja orang yang melakukannya.


Sebenarnya nggak sepenuhnya salah mereka sih, tapi juga bukan berarti apa yang mereka lakukan itu diperbolehkan. Buatku ada beberapa hal yang akhirnya membikin anak-anak melakukan hal yang curang.


Pertama, sistem pendidikan yang masih berorientasi nilai, akibatnya anak-anak dan orang tua lebih fokus pada pencapaian nilai akhir dibandingkan proses yang terjadi. Kedua, akibat dari sistem pendidikan ini membuat orang tua memberikan tuntutan yang lebih besar terhadap anak-anaknya. Bagi anak yang mampu tuntutan itu sebagai cambuk, tapi bagi anak yang tidak mampu tuntutan itu adalah sumber ancaman. Secara tidak langsung orang tualah yang mengajarkan pada anak untuk mencontek