Liburan Impian Ala TIka

Liburan Impian Ala TIka

[caption id="attachment_2721" align="aligncenter" width="817"]sumber: google sumber: google[/caption]

Beberapa hari ini diri saya lagi dilingkupi kejenuhan dalam menulis. Biasanya kalau sudah begini saya memilih untuk membaca novel, tapi hasilnya sama saja. Jadi, maaf kalau dua hari ini belum memposting apa pun.


Baiklah, kembali ke pembahasan utama :D


Saya termasuk orang rumahan. Hampir semua kegiatan sehari-sehari banyak dihabiskan di dalam rumah, kecuali di pagi hari saya harus bekerja. Saya sebenarnya bukan orang yang menolak keramaian, hanya saja berdiam diri di dalam kamar itu lebih menyenangkan  ketimbang berdesakan dengan banyak orang di mall.


 Dan, ketika ditanya seperti apa liburan impianmu? Saya terpaksa harus berkhayal dulu :D *abaikan.Kalau dikasih kesempatan untuk liburan. Saya akan memilih London.


Buat saya negara London itu keren. Arsitek bangunannya yang vintage membuat negara itu menjadi unik. Mudah-mudahan akan ada kesempatan bagi saya berkunjung ke negara itu.


Beberapa hal yang akan saya lakukan saat berada di negara itu:


1. Berkunjung ke taman-taman kota dengan berbekal novel.


Rasanya menyenangkan membaca di kursi taman dengan ditemani daun-daun yang berguguran. Kalau bosan membaca, saya akan melamun. Menikmati semua pemandangan yang ada.


2. Foto-foto.


Tentu saja kegiatan yang satu ini wajib untuk dilakukan. Mengambil diri saya di setiap sudut kota London. Dan, jika memungkin saya akan berfoto dengan penduduk lokal di sana,


Pahlawan itu adalah dokter

Pahlawan itu adalah dokter

Sebenarnya sudah lama saya ingin menulis tentang kisah ini. Hanya saja waktu tak memberi kesempatan dan, kebetulan tema hari cocok sekali. Jadi, tak ada salahnya untuk menceritakannya.


Kalian sudah siap?


Beberapa dari pembaca mungkin telah mengetahui tentang riwayat kesehatan saya. Kalau nggak salah saya pernah membahasnya dalam sebuah postingan di blog ini.


Buat saya seseorang yang paling berjasa selain kedua orang tua adalah Prof. Tina Prasodjo. Beliau adalah salah satu dari sekian Dokter Jantung Senior yang ada di RSUD di Surabaya. Jabatan beliau saat itu adalah Kepala Bagian Jantung Anak.


Sejak lahir, saya mengalami kelainan jantung bawaan. Karena terbentur masalah biaya dan usia saya yang terlalu kecil membuat kedua orang tua lebih memilih untuk rawat jalan. Hingga suatu hari, orang tua saya kembali mendapat surat panggilan dari RS yang mengharuskan agar saya kembali melakukan pemeriksaan.


Permainan masa kecil yang ingin saya mainkan kembali.

Permainan masa kecil yang ingin saya mainkan kembali.

Masa kecil saya tidak cukup istimewa. Kondisi kesehatan membuat saya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang bersama teman-teman. Namun, bukan berarti kedua orang tua saya  melarang untuk bermain asalkan ketika sudah lelah saya harus berhenti.


Saya tahu bagaimana rasanya main benteng-bentengan, engkle, gobak sodor, anjing dan kucing, petak umpet, mencari capung di lapangan terbuka, bermain layangan, main bekel, dakon, dll.


Hihi. Ternyata banyak juga permainan yang sudah pernah dimainkan ketika anak-anak. Dan rasanya di usia begini saya kembali merindukan masa-masa itu. Bagi saya itulah masa anak-anak sebenarnya.


Anak-anak sekarang lebih disibukkan dengan permainan virtual ketimbang aktivitas fisik yang menguras banyak energi. Banyak orang tua yang lupa bahwa permainan yang melibatkan koordinasi semua gerakan tubuh lebih membentuk kepercayaan diri anak-anak ketimbang hanya duduk dengan tatapan kosong pada komputer tablet.


Dan, permainan yang sangat ingin saya mainkan adalah bongkar pasang alias paper doll.


Permainan sederhana dari tokoh-tokoh barbie yang terbuat dari kertas. Namun, bisa meningkat kemampuan berimajinasi dan kemampuan berbahasa. Karena saat memainkan ini kita dirangsang untuk membuat sebuah jalan cerita bagi tokoh yang kita mainkan.


Saat saya seusia sekolah dasar, separuh dari uang jajan selalu saya belikan bongkar pasang. Bahkan sampai rela berdesak-desakan dengan beberapa teman demi mendapatkan boneka yang terbaik. Rasanya puas saat bisa menemukan bongkar pasang yang besar dengan bermacam-macam pakaian yang menarik.


Jadi, kalau ditanya dari mana kemampuan berkhayal saya datang? jawabannya dari permainan ini.




Kalau kamu suka main apa?

Kamu tahu apa itu rindu

Kamu tahu apa itu rindu

20131109-160254.jpg

Kamu tahu apa itu rindu?
Sama halnya dengan rasa gulali, tak pernah habis untuk dicecap.

Kamu tahu apa itu rindu?
Sama halnya dengan sapaanmu di setiap pagiku.

Kamu tahu apa itu rindu?
Sama halnya dengan namamu yang tertampil di layar ponselku

Kamu tahu apa itu rindu?

Kamu
dan segala hal tentangmu
10 Hal sebelum mati

10 Hal sebelum mati

20131108-200508.jpg

Pic courtesy: @zaydustman

Segala yang bertumbuh pada akhirnya kan mati



Ketika mendapat tema ini saya jadi ingat sebuah film yang diperankan Dakota Fanning yang berjudul Now Is Good. Di film itu Dakota divonis kanker leukimia dan hanya mampu bertahan selama 3 bulan. Di saat hidupnya yang tak lagi panjang. Dakota menuliskan semua keinginannya pada di dinding kamarnya.


Baiklah. Mari kembali ke poin  utama.


Sebenarnya saya jarang sekali menulis resolusi bahkan hampir tidak pernah. Kecuali deadline untuk tulisan. Berhubung tema hari ini berhubungan dengan segala keinginan. Jadi, tidak ada salahnya menuliskan beberapa keinginan yang belum terpenuhi. Antara lain:


1. Saya ingin umroh atau naik haji. Rasanya merindukan kembali tanah suci. Rindu menghidu aroma Kabbah
2. Menikah. Iya dong, sebelum ajal mejemput. Saya ingin memiliki seorang pasangan yang mau menua bersama, merawat anak-anak kita.
3. Punya buku Solo. Sebuah novel dengan nama saya tertera di sana.
4. Pergi ke eropa. Mencari lelaki bermata hijau ;))
5. Beli kamera DSLR. Lagi pengin belajar motret.
6. Travelling. Pergi sendirian ke suatu daerah.
7. Tetap mengajar.
8. Punya taman bacaaan
9. Punya anak :)
10. Khatam Al quran

Ketakutan Terbesar

Ketakutan Terbesar

Apa sih yang kamu takutkan dalam hidup?

Ketakutan hanya akan membuatmu diam di tempat --tak bergerak



Hal yang paling saya takutkan adalah ketika saya menikah kelak. Kondisi kesehatan membuat saya tak pernah berpikir jernih bagaimana jika nanti saya menikah.
Apakah saya mampu?


Pertanyaan itulah yang sering menjejali benak dan menimbulkan ketidakpercayaan diri.


Entah berapa banyak orang yang mencibir bahwa saya terlalu pemilih, belum lagi respon banyak orang ketika mengetahui saya sedang sakit.

Cinta (bukan) monyet

Cinta (bukan) monyet

Err. Tema hari ini cukup kontroversial dan menyebabkan membuka kenangan tentang masa silam.

Uhuk. Baiklah

Kisah ini bermula saat saya masih unyu. Kalau tidak salah masih pakai seragam putih biru. Sebut saja namanya Adi. Dia kakak kelas yang menjabat anggota Osis. Cukup populer dan menjadi rebutan karena wajahnya yang ganteng. Tinggi, kulit putih, mata hitam agak sipit, rambut ikal, hidungnya menjulang tinggi.

Tahu kan. Seumur SMP dulu, pasti kita naksirnya sama yang kinyis-kinyis :))

Perkenalannya cukup unik. Dia sering main ke rumah karena kebetulan kakak saya ketua osis. Jadi, intinya sih saya dikenalin kakak. : Singkat cerita, kami kalau ketemu kayak anjing dan kucing. Berantem mulu. Si Adi ini hobby banget nyela saya, tapi itulah yang bikin jantung berdebar. Lagipula Adi ini termasuk womanizer dan itulah yang bikin patah hati.

Sampai suatu hari teman saya bilang kalau sebenarnya Adi ada 'rasa' sama saya.