Jangan Ajari Anakmu Melanggar
Pernah dong. Lihat ibu-ibu naik motor pakai helm, sarung tangan dan masker. Eh. Anaknya yang dibelakang kagak pakai helm.
Terus ada bapak-bapak pas di lampu merah nyelonong aja. Bawa anak. Dua-duanya nggak pakai helm.
And, terakhir Anak SD kelas 3 pakai motor berboncengan sama dua temannya tanpa helm.
5 Langkah Membuat Anak Keranjingan Belajar
5 Langkah Membuat Anak Keranjingan Belajar
Beberapa orangtua yang datang ke saya masih suka bingung untuk menarik minat putra-putrinya dalam belajar dan bahkan beberapa dari mereka seringkali tidak sabar saat mengajari anak-anaknya. Akibatnya tuntutan orangtua terhadap sekolah semakin besar. Dengan dimasukkannya ke sekolah. Mereka punya harapan besar agar anak-anak mendapatkan pembelajaran yang lebih.
Lalu, hal apa saja sih yang bisa membuat anak-anak tertarik untuk belajar. Intip yuk lima langkah membuat anak keranjingan belajar.
1. Change the mindset/Ubah Pola Pikir
Pola pikir ini pun sampai terbawa ke sekolah. Tak jarang orangtua atau guru lebih menyukai anak-anak yang duduk tenang di kursi. Mereka lupa bahwa belajar itu bisa di mana saja dan kapan saja. Tidak memulu anak dihadapkan pada buku yang menumpuk. Ajaklah anak Anda belajar di luar rumah. Kenalkan dengan benda-benda yang ada di sekitar kita.
Semisal: saat hujan turun. Kita bisa menjelaskan pada anak mengapa hujan turun? Siapa yang menurunkan hujan?
Dari sebuah fenomena alam saja kita sudah bisa menjelaskan banyak hal pada anak. Bukankah itu juga sebuah pembelajaran?
2. Resouce of learning/Sumber Belajar
Sumber belajar bisa meliputi banyak hal. Bahkan yang berdekatan dengan anak atau anak-anak sudah mengenalnya. Jangan ragu untuk memberikan banyak benda atau keluar rumah lebih sering bersama anak demi memperkaya pengetahuan mereka.
Sebelum mulai belajar dengan anak. Persiapkanlah sumber belajar yang memadai. Jika tak ada. Ajaklah anak keluar rumah. Kenalkan pada mereka benda-benda yang masih asing di mata mereka. Jelaskan pada Anak-anak bahwa di dunia ini ada berbagai mavam benda-benda yang asyik untuk diamati.
Percayalah! Dengan sumber belajar yang memadai. Anak akan tumbuh menjadi optimal.
3. Make it Routine/Konsisten
Dalam membentuk anak supaya senang belajar yang kita butuhkan adalah konsistensi. Konsistensi di sini mengacu pada waktu. Buatlah daftar pelajaran bersama anak. Ajaklah buah hati Anda untuk merancang pembelajaran yang sesuai minatnya.
Sekali lagi. Saat membuat jadwal pelajaran. Ajaklah anak turut serta dalam memutuskan pelajaran apa yang ingin mereka pelajari setiap harinya. Kembalikan kepada Anak, apa yang menarik perhatiannya hari ini. Dengan melibatkan anak. Secara tidak langsung mereka merasa dihargai pendapatnya.
Bukankah itu sebuah pembelajaran?
4. Make it fun and out of the box/bersenang-senanglah
Kebanyakan orangtua lupa untuk bersenang-senang dengan anak saat belajar. Bagi kebanyakan orang belajar itu harus serius. Akhirnya orangtua berlomba-lomba menciptakan suasana yang menegangkan untuk anak. Bahkan penuh ancaman. Akibatnya anak belajar dengan terpaksa, muka cemberut dan rewel.
Padahal saat mereka gembira, minat mereka terhadap ilmu akan bertambah. Ketimbang belajar dengan suasana yang tegang, kaku dan penuh ancaman. Biarkan anak-anak berpikir seperti anak-anak yang terkadang mengalahkan logika berpikir.
Ikutlah bersenang-senang bersama anak. Belajarlah bersama. Ciptakan kedekatan dan kehangatan melalui belajar. Bukahkah kita sebagai orangtua suka mendengar anak kita tertawa ketimbang mereka menangis?
Jadi, ciptakanlah suasana belajar yang menyenangkan
5. Take A Break/ Istirahat
Berilah anak anda jeda saat belajar. Biarkan sejenak dia mengambil minum atau berlarian. Memforsir anak-anak untuk terus-terus belajar tidaklah baik. Mereka butuh waktu untuk mengembalikan energi. Tak masalah jika mereka berlarian atau beranjak dari tempat duduk. Itu artinya mereka sudah kelelahan.
Berilah mereka liburan di Hari Sabtu. Biarkan mereka sejenak melupakan pelajaran yang membuat kepala pusing.
Salam hangat,
Menjadi Orangtua Bijak
"Kamu tu ya. Mama udah ikutkan les. Masih aja nilaimu gitu-gitu aja!"
Saya tergelitik. Tiap kali ada orangtua yang datang menanyakan perkembangan belajar anaknya yang lambat.
Biasanya jika ada pertanyaan seperti di atas. Saya akan menyarakan supaya anak-anak tersebut diajari sendiri oleh orangtuanya.
Bagaimanapun orangtua adalah sosok yang paling mengerti tentang anaknya. Bukan orang lain. Herannya, kebanyakan mereka tidak tahu cara menangani anak-anaknya.
#StartWithTheBoys
Dalam video ini anak lelaki haram hukumnya untuk nangis. Anak lelaki adalah anak yang tangguh. Setakut apa pun dia. Semarah apa pun dia. Sesakit apa pun dia, bahkan saya dia bahagia. Tidak ada dalam kamus bahwa anak lelaki boleh menangis. Airmata katanya hanya milik anak perempuan.
Writing Therapy
Saya mulai suka menulis sejak duduk di bangku SMP. Bermodal mesin ketik milik papa, saya menuliskan apa aja yang ada dalam benak. Pernah bergaya ala mahasiswa dengan membuat analisa tentang Pancasila (Sok gede banget yak. Padahal masih juga SMP).
Tulisan-tulisan itu saya baca sendiri. Masih malu-malu untuk menunjukkan kepada orang lain. Pokoknya kalau habis ngetik sukanya langsung dibuang. Soalnya takut ketahuan orangtua. Pernah sih sekali Papi baca tulisan saya. Beliau bilang tulisan saya bagus.
Dibalik Reality Show The Return Of Superman
Belakangan ini nama Song Il Kook Ayah dari bocah kembar 3: Daehan, Minguk dan Manse menjadi ramai dibicarakan. Semenjak tayangan reality show The Return of The Superman tayang di RCTI.
Bagaimana Appa Il Kook dengan sabarnya menghadapi 3 anaknya yang lucu dan menggemaskan. Sebenarnya ada banyak keluarga yang terlibat dalam acara ini. Hanya saja buat saya keluarga Song Tripet lebih menarik untuk diikuti.
Color Therapy
Holla,
Tolong, Maaf dan Terima Kasih
Dewasa ini sulit sekali menemukan anak-anak yang terbiasa mengucapkan 3 kata ajaib ini. Orang tua lebih sibuk mendidik akademik anak-anaknya ketimbang karakternya.
Tentang Calistung
Beberapa waktu lalu ada seorang Wali murid yang bertanya pada saya tentang anaknya yang kesulitan mengenal huruf dan angka. Beliau sempat menanyakan tentang les Calistung.
Dan, saya bilang pada beliau bahwa Guru di sekolah tidak ada yang memberikan les tambahan.
Sepertinya masalah Baca, Tulis dan Hitung menjadi sebuah ketakutan dalam masyarakat.
Banyak orang tua berlomba-lomba memberikan les tambahan kepada anak supaya anak-anak mereka nantinya akan bisa Baca, Tulis dan Hitung.
Tak ada yang salah dengan fenomena ini. Karena pendidikan yang ada di Indonesia apalagi di Tingkat Sekolah Dasar targetnya adalah bagaimana anak sudah bisa Calistung sejak kelas 1. Bahkan, kalau bisa dari Taman Kanak-Kanak.
Ironi bukan?
Padahal, dahulu tugas mengajarkan Calistung adalah Guru Sekolah Dasar. Jaman kita berada di taman kanak-kanak aktivitasnya hanya bermain. Kalaupun anak sudah bisa membaca karena sudah mendapatkan pengajaran di rumah.
Apakah iya anak yang tidak begitu menguasai Calistung sejak Taman Kanak-Kanak akan mengalami begitu banyak kesulitan di Sekolah Dasar?
Padahal untuk bisa bertahan di Sekolah Dasar, Anak tidak hanya sekadar bisa baca, tulis dan hitung. Banyak aspek yang harus diperhatikan.
Sayangnya, aspek yang lain tadi itu banyak dikesampingkan. Sehingga Calistung terlihat sebagai syarat utama dalam menempuh Pendidikan Dasar.
Orang tua menjadi stress. Akibatnya anak dijejali les yang bermacam-macam demi mengikuti apa yang sekarang sedang berkembang.
Anak-anak menjadi kehilangan masa kanak-kanak karena terlalu sibuk menghapal banyak pelajaran. Membuat orang tua lupa mengajarkan sesuatu yang lebih penting yaitu KARAKTER.
Lihat saja orang tua lebih bangga anaknya mendapat Nilai Bagus di Matematika, Bahasa Inggris ketimbang anaknya bisa berbaris dengan rapi.
Di Indonesia banyak anak yang pintar tapi pintar dan berbudi luhur sudah sangat jarang.
*tulisan ini sudah saya share di fanpage sekolah
Karakter Media Sosial
Kebiasaan-kebiasan kecil Orang Tua yang memberikan pengaruh pada anak.
Klik untuk sumber gambar |
Holla.
Orangtua memiliki peran penting dalam proses tumbuh kembang anak. Orang tua layaknya pekerja bangunan yang menciptakan bangunan kokoh terhadap terpaan badai.
Masih susah melupakan mantan? Intip 8 tips berikut supaya lekas move on
taken from link |
Move on berarti bergerak maju. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau berpindah dari kondisi buruk menjadi lebih baik.
Oleh-oleh dari Painting Therapy
Orang Tua atau Anak yang harus belajar?
Contoh kasus:
Jadi, semuanya kembali kepada pribadi masing-masing. Anda termasuk orang tua yang mana?
Jika ingin menghasilkan anak yang berkualitas, tentu orang tua juga harus meningkatkan kualitas pola pengasuhannya. Jika anak belajar, maka orang tua pun sejatinya juga belajar
Tentang Anak-anak
Malam ini, tiba-tiba saja saya ingin membahas sedikit tentang pendidikan anak.
Sebagai pendidik, tentunya ada saja hal yang menggelitik untuk saya bahas. Kali ini, saya lebih menyoroti tentang pendidikan anak usia dini. Dan, bahasan dalam tulisan ini, saya ambil dari pengalaman diri sehari-hari.
Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan ananya tak mengenal warna dasar.
Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan anaknya tidak mengenal bentuk-bentuk dasar.
Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan anaknya tidak mengenal dunia luar
Banyak orang tua yang khawatir, jika anaknya tidak bisa membaca dan menulis. Dibandingkan anaknya tidak tersenyum dan tidak memiliki rasa ingin tahu.
Hal ini sedikit menganggu buat saya, ketika beberapa orang tua mengambil raport dan saya mengemukakan beberapa permasalahan anak mereka. Dan, hampir semua orang tua bertanya tentang kemampuan membaca dan menulis anaknya :((
Tidakkah mereka peduli terhadap perkembangan yang lain? Bukankah kemampuan membaca dan menulis masih bisa dipelajari, dibandingkan sebuah perilaku atau dunia anak-anak yang takkan pernah terulang lagi
Semuanya kembali kepada anda :)