Cintaku Mentok di Kamu

Cintaku Mentok di Kamu

love-hand


"Kamu nggak risih jalan sama aku?"

Aku baru saja hendak membuka daftar menu yang baru diletakkan pelayan di atas meja, ketika Nina melemparkan pertanyaan itu. Aku mencoba tak menggubrisnya dan tetap membuka lembaran daftar menu itu.


"Han..."


"Hmm," jawabku pendek.


"Kok nggak dijawab sih?" Tanya Nina.


"Memang apa yang harus dijawab?" Aku memiringkan kepalaku ke arahnya. "Aku lapar. Kamu mau aku pesankan sesuatu?"


"Aku nggak lapar," jawab Nina lirih.


Aku merasakan perubahan suara Nina. Kini gadisku tak nampak bersemangat ketika aku menanyakan dia mau makan apa.


"Kamu yakin nggak mau pesan apa-apa?" tanyaku hendak memanggil pelayan.


"Iya," jawabnya pendek.


"Kamu kenapa sih Sayang?" Aku mengacak-acak rambut ikalnya yang mulai panjang melebihi bahu.


Dia memiringkan kepalanya ke arahku. "Kamu nggak malu jalan sama cewek gendut seperti aku?" Nina menghela napas, "pakaianku juga nggak segaul mereka, terus...."


Aku meletakan tangan di bibir Nina sebelum gadis itu kembali melanjutkan racauannya. "Ssst, dengarkan aku Sayang. Aku mencintaimu bukan karena fisikmu, tapi aku mencintaimu karena kamu melengkapi kesempurnaanku. Lagipula cintaku sudah mentok di kamu." Aku mencubit cuping hidung kekasihku.


Ada rona merah di pualam pipinya yang bulat yang membuatnya terlihat menggemaskan.


Karena cinta tak butuh banyak alasan.


Mengeja Rindu

Mengeja Rindu

Aku masih saja terbata-bata mengeja rindu yang bersemayam di dada

Debarnya kerapkali menjelma nyeri di ulu hati

Menyisakan kenangan yang menua

Lalu, apa arti jemari kita yang pernah bertautan?

Kalau pada akhirnya kisah kita tak lebihnya cerita cinta negeri dongeng

Tak berujung

Dan, lenyap ditelan waktu

main_20111003163525

It's Holiday

It's Holiday

Akhirnya ada libur juga walaupun satu hari. Jadi, bisa memanfaatkan waktu menulis di blog, membaca dan melanjutkan menulis draft novel. Ah, nikmat mana lagi sih yang kamu dustakan.


Curhat dikit boleh ya :D


Ceritanya lagi sebal sama koneksi internet. Biasanya kalau libur begini suka menghabiskan waktu depan internet. Namun, berhubung koneksi lagi jelek. Bisanya cuman main di HP aja.


Huaaa, senang banget bisa ngeblog hari ini.



Selamat hari libur semuanya

Perempuan dalam Mimpi (Episode 2)

Perempuan dalam Mimpi (Episode 2)

"Kamu perempuan dalam mimpiku?"


Aku sedang menikmati secangkir expresso ketika seorang laki-laki berambut berantakan seperti baru bangun tidur tiba-tiba menghampiri dan menanyakan sesuatu yang terdengar aneh. Tentu saja apa yang dia ucapkan barusan terdengar aneh untuk seseorang yang baru dikenal.


"Ya?" tanyaku dengan sunggingan senyum yang dipaksakan. Terus terang perasaanku sedang tidak karuan sisa pertengkaran dengan Andre --kekasihku semalam.  Dan, untuk menghormati lelaki aneh ini aku masih berusaha seramah mungkin.


"Kamu perempuan di dalam mimpi-mimpiku," ujar lelaki yang sebenarnya cukup tampan itu sekali lagi. Lalu, tanpa diperintah kini lelaki itu duduk tepat di hadapanku.


"Kamu aneh," ucapku asal. Tujuanku hanya satu. Aku ingin lelaki ini segera pergi.


"Biar saja kau bilang aku aneh. Tapi, aku yakin kau adalah perempuan dalam mimpiku." Mata hitam bulatnya langsung menatapku.


Aku mulai jengah dengan perkataannya yang terlihat meracau. Aku menyambar ponselku dan berniat untuk pergi. Sebuah tangan menarik tangan kananku. Aku menepisnya dan berjalan pergi.


"Berapa aku harus membayarmu agar kau mau menjadi kekasihku?" Seru lelaki itu.


Damn! Lelaki ini memang benar-benar aneh. Setelah tadi mengira aku adalah perempuan dalam mimpinya. Kini, tiba-tiba dia menanyakan berapa hargaku. Sialan.


Bisa saja aku menumpahkan semua isi cangkirku di kepala. Namun, mengingat permintaan Andre semalam membuatku mengurungkan niat.  Aku berbalik arah dan menghampirinya.


"Berapa kamu akan membayarku? Aku butuh modal untuk nikah."


Coffee Girl


Lelaki Masa Lalu

Lelaki Masa Lalu

Kepada Kamu Lelaki Masa Lalu,

Hei, kenapa kau berulang kali mampir di benakku? Padahal tak ada inginku tuk merindukanmu.

Kini, ketika mengingat semua tentang kita dulu. Tiba-tiba dadaku disesaki oleh namamu

Kau boleh saja besar kepala sekarang, karena benar benakku selalu dipenuhi dirimu.

Kamu senang sekarang?

Kumohon jangan tertawakan aku, jika suatu saat kamu mampir ke blog ini dan menemukan sebuah tulisan yang kutujukan untukmu.

Kamu tahu kan bagaimana kebiasaanku?

Menulis jika gundah

Namun, aku ragu. Ingatkah alamat blogku?

Bukankah kini kau tak lagi peduli padaku.

Ya, Tuhan. Malangnya aku.

Merindukanmu yang tak pernah merindukanku

 

Surabaya, 02 Mei 2013

beautiful-city-cool-free-Favim.com-665823.jpg


 
Tak ada ide? Menulislah dengan Bebas

Tak ada ide? Menulislah dengan Bebas

menulis1



Selamat malam semuanya.


Sudah lama nggak bikin postingan di blog ini. Rindu sama aku nggak?


Malam ini hanya ingin posting sebuah tulisan sederhana saja. Semoga saja bisa membantu bagi semuanya. Silahkan disimak ya.



Ada yang suka kehabisan ide?


Saya termasuk orang yang suka kehabisan ide atau mati gaya saat nulis. Terkadang ide yang saya dapat cepat sekali menguap atau bahkan tak satu pun paragraf yang bisa saya tulis ketika pikiran sedang jenuh.  Dan, biasanya ketika sudah begini saya suka ngelantur di blog atau bikin tulisan nggak jelas. Tralala...jadilah sebuah postingan.


Biasanya setelah satu postingan ngelantur selesai ditulis. Ide akan berlompatan minta ditulis. Ya, buat saya menulis bebas semacam pancingan biar otak lebih tenang. Dengan menulis bebas kita nggak takut salah. Pokoknya semua yang ada dibenak ditulis semua walaupun kerap kali menghasilkan postingan yang lucu. Tapi, menulis bebas memang sering memancing ide-ide yang agak "liar."


Satu lagi kelebihan menulis bebas adalah membuat perasaan kita lebih lega. Soalnya tanpa disadari kita telah menuangkan emosi ke dalamnya. Berbeda dengan sebuah tulisan yang sudah dipikirkan sebelumnya. Nggak percaya?



 Silahkan dicoba sendiri ya :D