Delapan Desember
Di mana Tuhan melahirkanku ke dunia
Delapan Desember,
Di mana Tuhan menitipkan banyak berkah dan harapan di hari kelahiranku
Delapan Desember,
Di mana kedua orang tuaku tersenyum menyambut kedatanganku di dunia
Delapan Desember,
Di mana aku bisa melihat dunia untuk pertama kalinya
Delapan Desember Dua Ribu Dua Belas,
Ketika semua doa dipanjatkan untukku
Thank's God
Demi menyelamatkan aku dari orang yang salah, Tuhan mematahkan hatiku (@commaditya)
Rasa sedih memang masih menggelayuti hatiku, tapi aku belajar menerima bahwa apa yang terjadi kemarin adalah jawaban dari setiap doaku. Aku yakin Tuhan punya maksud baik dengan mempertemukan kami.
Walaupun, pada akhirnya berujung kesedihan. Aku bersyukur Tuhan tak membiarkanku berlama-lama jatuh.
Terima kasih Allah, aku tahu kamu selalu menunjukkan kasih sayangMu padaku. Bahkan, dalam urusan memilih pasangan.
Tak mengapalah aku patah hati di awal, agar kelak ada seorang pria yang akan selalu menjagaku dan menua bersamaku.
...dan itu bukan kamu
Skenario Tuhan
Mungkin jalan kita memang tak harus beriringan
Mungkin kita memang tak pernah jadi satu
Tak seperti kisah roman-roman yang berakhir dengan bahagia
Bukankah Tuhan sutradara hebat?
Mempertemukan; memercikkan rasa, lalu memisahkan.
...Dan pada akhirnya mempertemukan kita dengan orang yang tepat.
Selalu ada kehilangan, untuk sebuah pertemuan yang terbaik
Tentang Sebuah Pertemuan
Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat ini. Semuanya serba campur aduk. Aku seperti penderita manic depresif, yang sebentar ceria, sebentar kemudian berlinangan air mata.
Aku tidak gila. Sungguh.
Aku baru saja kehilangan, kehilangan seseorang yang namanya pernah tertulis di sudut hatiku, bahkan sampai saat ini.
Boleh aku sebut ini patah hati?
Ibaratnya seorang anak kecil yang kehilangan mainan secara tiba-tiba, begitulah gambaran diriku saat ini. Kelihatan lebay ya?
Eh, tapi diriku lagi nggak pingin cerita betapa lebainya diriku ketika patah hati. Penting? ups :D
Beberapa hari ini merenung, beberapa kali ngobrol sama teman-teman. Perlahan aku mulai menyadari bahwa perpisahan ini adalah jawaban doa-doaku. Allah tahu, bahwa belum saatnya aku mendapat seorang pendamping dan juga bukan dia :).
...dan aku percaya, bukankah Allah sudah mengatur hidup kita?
Untuk saat ini, aku biarkan luka itu berada di sudut hatiku. Kelak, Allah akan menggantinya dengan senyum kebahagiaan. Insya Allah :)
Di sela perjalanan hidup kita, ada pertemuan dan perpisahan yang ditakdirkan oleh Tuhan