Seketika Kena Virus Kpop

Seketika Kena Virus Kpop





Sebagai penggemar Drama Korea, sepertinya saya tidak bisa menolak gempuran dari Korean Wave yang makin gencar. Mulai dari ingin mencoba makanan korea yang sudah saya jabanin, pakai produk kecantikan korea seperti Sheet Mask dan produk Shooting Gel yang tengah hype juga udah, koleksi OST Drama Korea tentu saja. Itu semua sudah terjadi pada saya.

Dan, ternyata tidak hanya berhenti di situ saja. 

Malah belakangan ini playlist lagu di smartphone saya isinya Kpop semua. Bukan hal baru sih sebenarnya saya tertarik sama KPOP, tapi vakum karena dunia Idol kurang menarik perhatian. Yah, hanya tahu beberapa tapi tidak menggilai sangat. 

Gara-gara keseringan ikutan Grup Pecinta Drama Korea, dan beberapa dari mereka juga suka bahas kehidupan para Idol. Diam-diam hati saya berkhianat. Apalagi dunia idol penuh dengan lelaki muda yang unyu dan menggemaskan. Saya menyerah, cin. Terceburlah saya ke dunia Idol. 

Dulu, dalam benak saya lelaki yang pandai menari, bersolek itu kurang menarik perhatian. But, semua terpatahkan ketika saya mulai kepo sama kehidupan para Idol. Dibalik bersinarnya para Idol di atas panggung, ada kerja keras yang harus mereka lakukan dan juga kerasnya persaingan yang terkadang membuat hidup mereka terasa lebih berat. Udah sering, kan kita dengar berita seorang idol yang bunuh diri? Yah, tahulah bahwa apa yang kita lihat tidak seindah kenyataan.

Back to the topic.

Saya bukanlah tipe penggemar yang hanya tertuju pada satu bias atau fandom. Saya lebih ke suka pindah-pindah ke lain hati. Dari Boice pindah Wannable lalu mendadak berubah jadi Ikonic. Terserah apa kata hati aja.

Saja bukan penggemar yang posesif sama idol. Saya lebih bahagia ketika idola saya bahagia dan juga nggak menangis darah saat salah satu dari mereka tiba-tiba mengumumkan punya pacar. Asal tahu saja, beberapa penggemar di luar sana mmenyeramkan. Tekanan dari penggemar menyebabkan para Idol harus merelakan kebahagiaan mereka.

Masa-masa saya untuk menggilai satu idola itu sudah lewat. Sekarang saya hanya lebih ke arah mengagumi karya-karya mereka atau sekadar menjadikan foto mereka sebagai latar belakang ponsel. Thats it!

Selebihnya saya lebih senang menganggap mereka seperti manusia biasa.

Dari sekian banyak Idol yang bermunculan, saya hanya menyukai beberapa grup saja. Sini saya bisikin ya

CNBLUE



Kenal CNBLUE bermula dari nonton drama Heartstring yang dimainkan oleh Jung Yong Hwa. Saya pikir Yonghwa bukanlah penyanyi, eh ternyata setelah tanya sama teman yang sama suka Drakor. Saya baru tahu kalau Yonghwa adalah pemimpin dari Grup Band CNBLUE. 

Mereka mungkin tidak piawai menari tapi jago memainkan alat musik. Lagu-lagunya juga easy listening. Itulah kenapa saya sampai saat ini masih bertahan menyukai mereka. Selain jago main musik, akting mereka di drama juga oke. Multi talenta gitu deh.

Saya harus bersabar menunggu mereka yang tengah kompak ikutan Wajib Militer.


Wanna One



Saya tahu Wanna One dari keponakan tapi saat itu aku masih ya sekedar tahu aja. Bahkan belum tertarik melihat video mereka di Youtube. 

Setelah tahu kalau Wanna One itu boyband yang dibentuk dalam acara Produce 101, yaitu ajang idol survival. Saya nonton dong program itu karena penasaran dengan cara terbentuknya mereka. Voila, saya langsung jatuh cinta.

Mereka tidak hanya punya visual yang tampan namun bakat yang juga luar biasa. Byuh, para Idol itu kalau latihan nari sampai berjam-jam dan bagaimana mereka jatuh bangun sebelum tergabung dalam Wanna One.

Buat pengikut di Instagram pasti tahu kebiasaan saya yang sering menggunggah foto-foto mereka lewat insta stories.


IKON


Ajang Asian Games membuat saya kenal lebih dekat dengan IKON. Lagu mereka Love Scenario sudah membius jutaan penduduk Indonesia, termasuk saya. Setelah melihat mereka tampil di TV, saya buru-buru mencari tahu mereka di media sosial dan youtube.

Alhasil, saya nggak bisa move on dari IKON. Lagu-lagu mereka malah sering menemani saya saat menulis atau ketika membuka Youtube. Bahkan, saya memilih lagu mereka ‘Killing Me’ sebagai nada dering Alarm. Haha, biarin aja dah dibangunin sama mereka.

Apakah daftar idol yang saya sukai akan bertambah? Entahlah, selain mereka bertiga saya belum penasaran sama Idol lainnya. Paling hanya sekadar mendengarkan lagu mereka saja, belum sampai dalam tahapan mencari-cari tahu soal mereka di mesin pencaharian.

Ada yang suka Kpop juga?








25 Questions About My Self

25 Questions About My Self



Holla,

Berawal dari mendaftar ke salah satu agen penyedia pekerjaan untuk blogger, saya terdampar di blog milik Jane. Seorang Mama muda yang memiliki putra satu. Tulisan-tulisan Jane adalah tipe tulisan favorit saya. Itulah kenapa dua harian ini saya sibuk ngubek-ngubek isi blog Jane demi membaca kisah-kisah yang dia tulis.

Tulisan dia itu ringan ala mami muda yang banyak bercerita soal kesibukannya mengurus anak, makanan yang disukai dan juga catatan perjalanan. Cara bertuturnya pun membumi, nggak bikin bosan saat membacanya. Pokoknya tipe blog favorit saya deh.

Postingan kali ini saya nggak akan membahas tentang blog milik Jane ya tapi ada sebuah tulisan dia yang menarik perhatian saya. Sebuah postingan tentang 73 pertanyaan yang diambil dari acara Vogue (saya jujur belum pernah nonton), Jadi semacam wawancara yang diajukan untuk selebritas yang harus dijawab jujur.

Nah, saya malah tertarik untuk menulisnya di blog seolah-olah sedang diwawancarai. Ya ellah, so ngetop banget saya ni. Saking niatnya saya sampai buka kolom pertanyaan di Instagram dan WA. Sampai tulisan ini setengah jadi belum ada yang respon. Kasihan amat yak. Akhirnya saya bongkar-bongkar stories di ig aja ah.

Berhubung saya malas jawab 73 pertanyaan yang akan sangat panjang. Jadi saya bakal jawab 25 pertanyaan saja deh. Pertanyaan-pertanyaan ini saya rangkum dari Vogues Question, IG stories dan Pinterest. Tentu Sudah saya terjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Selamat membaca!

1. Apa cita-citamu di masa kanak-kanak?

Dokter. Sempat bertahan sampai beberapa tahun lalu berubah-ubah sesuai keinginan. Wkwk

2. Deskripsikan dirimu dalam 3 kata?

Ceria, adaptif dan hangat

3. Skala 1-10, seberapa menyenangkan hidupmu saat ini?

Sembilan. Nanti jadi sepuluh kalau bersama kamu. Eaaa

4. Ritual Apa yang Kamu Lakukan saat bangun tidur?

Pertama pasti buka mata, tarik napas panjang, duduk sambil bersyukur dan pergi ke kamar mandi

5. Heel, Flatshoes or Sneakers?

Flatshoes dong karena kenyamanan yang utama

6. Negara impian yang Ingin Kamu Kunjungi?

Jepang, Korea dan Inggris

7. Negara yang sudah pernah kamu kunjungi?

Arab, Malaysia dan Singapore

8.Love Story or Drama?

Tergantung mood tapi love story tetap di hati

9. Siapa Karakter dalam Drama Korea yang menjadi Favoritmu?

Bang Myung So dalam kdrama My Ex Girl Friend yang diperankan oleh Byun Yo Han. Sikapnya itu menggemaskan sekali.

10. Kutipan Favoritmu?
“Berbahagialah”
11. Sebutkan 3 makanan yang membuatmu tidak ingin melewatkannya meskipun tengah berdiet?

Bakso, Rujak dan Pasta

12. Apa yang kamu sukai dari Drama Korea?

Jawaban paling jujur tentu aktornya yang tampan, jalan cerita yang beragam dan OST yang enak-enak.

13. 3 Hal yang ingin kamu syukuri hari ini?

Bisa makan enak, bantu teman dan bernapas

14. Bagaimana caramu mengatasi kecemasan?

Kalau cemas datang biasanya saya akan tarik napas panjang berulang kali sembari melakukan self talk pada diri sendiri dengan kalimat positif

15. Sebutkan 3 hal yang membuatmu takut?

Ditinggalkan, ditolak dan sendirian

16. Liburan Favorit ala kamu?

Jalan pelan-pelan supaya bisa mengabadikan banyak gambar, mengunjungi pusat perbelanjaan, membaca buku di taman dan berbau dengan masyarakat lokal.

17. Jika kamu diberi kesempatan untuk berbicara dengan lelaki yang kamu sukai. Apa yang akan kamu katakan?

“Hei, aku suka sama kamu.”

18. Bagaimana caramu mengatasi Writer Block?

Buka pinterest/instagram, ngobrol nggak jelas sama teman, baca buku, dan nonton film

19. Drama Korea yang paling membekas dalam ingatanmu?

What happened in Bali. Endingnya bikin nyesek karena semuanya mati.

20. Apa yang kamu lakukan jika tidak bisa tidur?

Berusaha memejamkan mata, baca doa dan tarik napas panjang.

21. Pencapaian terbesar apa yang kamu raih dalam tahun ini?

Juara dua lomba review menu hokben dan mulai berani ikutan lomba menulis.

22. Jika kamu memiliki pintu ke mana saja, apa yang akan kamu lakukan?

Nonton konser Kpop, menjelajah ke negera-negara yang ingin saya kunjungi, dan mengunjungi teman-teman yang tinggalnya jauh.

23. Sebutkan 3 barang yang sangat kamu inginkan tahun ini?

Lensa 50 mm untuk Alpha, Smartphone Samsung baru yang belinya di Official Store Samsung dan Meja kecil yang berfungsi ganda sebagai properti foto.

24. Binatang apa yang paling kamu takuti?

Cacing dan ulat. Geli Aja lihatnya 

25. Apa arti namamu?

Kata Papi arti nama Swastikha itu adalah bintang sedangkan menurut guru Antropologi saat SMA, Swastikha itu berarti pusaran energi yang terus berputar.

Fyuh akhirnya kelar juga menjawab 25 pertanyaan dan ternyata menyenangkan sekali. Setidaknya kita jadi tahu rasanya diwawancarai. Lain kali saya akan bikin postingan senada tentu dengan pertanyaan yang berbeda.

Ada yang mau ikutan bikin juga?
Point Of View

Point Of View

kotakwarna


Jujur, dua bulan terakhir ini saya malas ikutan mengobrol di WAG yang berhubungan dengan blogger. Pasalnya, rasa iri menghampiri ketika beberapa teman asyik membicarakan tentang fee yang didapatkan dari postingan berbayar ataupun event berbayar. Rasanya mood saya turun beberapa level, tersisa rasa amarah. Saya memutuskan untuk tidak lama-lama mengobrol di WAG. Menjawab sekenanya saja kalau pun nimbrung lama itu pasti percakapan yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.

Baca juga:

Belakangan ini, pendapatan saya lewat blog menurun drastis. Bahkan, ada di mana dalam suatu waktu benaran nggak ada pendapatan sama sekali. Beruntung saya bukan tipe pemboros yang langsung menghabiskan gaji sekaligus, saya lebih suka menabungnya jika ada pengeluaran tidak terduga.

Yah, beginilah cara kerja pekerja lepas. Tidak ada gaji bulanan, semua berkaitan dengan pekerjaan yang kita dapatkan. Jika tidak ada, ya berarti harus siap mengikat perut kencang-kencang sembari berdoa.


“Salah sendiri pilih-pilih Job. Butuh Duit, kan!” 

Fyuh, suara hati saya ikutan menjerit. Protes, karena merasa dikhianati. Gimana nggak, di lain hal saya butuh pemasukan tapi sayangnya apa yang ditawarkan tidak sesuai dengan harapan. Setidaknya semangat saya untuk menulis masih membara, sebab saya tidak ingin mengecewakan para pembaca.


Cara Kerja Allah itu Tidak Pernah Bisa Diduga



Mami dan Saya

Rasanya beberapa bulan belakangan ini, saya rindu naik pesawat. Saya rindu menggeret koper dan terbang di atas ketinggian langit. Walaupun sebenarnya saya sendiri takut terbang. Entah, hubungan saya dengan pesawat ini kayak love-hate relationship. Di antara rindu dan takut.

Pokoknya saya rindu terbang entah ke mana saja.

Suatu waktu, Mami menyampaikan bahwa sekolahnya akan melakukan perjalanan wisata seperti tahun-tahun sebelumnya. Pilihannya kala itu adalah Lombok, sebelum terjadi gempa.

Mami yang sudah pernah mengunjungi Lombok sempat mengatakan bahwa dia nggak mau ikut. Kata beliau biarin aja disuruh bayar penalti soalnya Mami rada malah kalau harus bepergian tanpa saya. Eh, seminggu berikutnya Lombok terkena bencana gempa yang cukup dasyat. Sekolah Mami mengganti tujuan wisatanya menjadi Bandung.

Awalnya Mami nggak mau ikut karena perjalanan akan dilakukan dengan mode transportasi Kereta Api yang memakan waktu lebih lama alias capek di jalan. Apalagi berangkatnya hari Jumat Siang, rasanya di Bandung hanya cuman semalam. Mami memutuskan untuk tidak ikut.

Rencana berubah lagi, menurut Mami, kegiatan kali ini sekolah memutuskan untuk naik pesawat saja pulang pergi. Enaknya lagi kita nggak perlu geret koper sendiri karena nanti sudah diatur sama agen perjalanan. Pilihan yang menarik. Daripada kena denda sekitar 3,4 juta Mami ikutan deh.

Kondisi kaki Mami yang kurang sehat tidak memungkinkan beliau bepergian sendirian tanpa pendamping. Mami ngajak saya seperti biasanya. Saat jalan-jalan bareng Mami, saya akan merangkap sebagai patner, kang foto, dan bawain barang-barang. Ini mah memang kewajiban yak. Yah, nggak papalah. Saya bisa jalan-jalan sekaligus mengisi ulang energi. Jalan-jalan sembari mencari konten itu yang utama.

Dih, rasanya saya malu deh kemarin ngeluh karena pemasukan dari blog lagi sepi banget. Eh tahunya Allah ngasih sepaket bisa naik pesawat dan jalan-jalan dibayarin Mami senilai 3,4 juta. Yah, rupanya rejeki saya dua bulan ini sama Allah dititipkan lewat mami.


“Nih, aku kasih kamu jalan-jalan dan bisa naik pesawat lagi. Gitu kok masih ngeluh.”


Jleb. Maafin Ya Allah. 

Hmm, kejadian ini membuat saya belajar lagi untuk melihat sudut pandang yang berbeda. Di saat teman-temanmu sibuk mengumpulkan duit buat jalan-jalan, kamu sama Allah dikasih sepaket loh tanpa kerja berat. Kurang apa coba?

Kurang bersyukur.



Bagaimana Saya Membangun Diri Dengan Ngeblog

Bagaimana Saya Membangun Diri Dengan Ngeblog

personal branding


Sebuah Momen yang Membuat Dunia Saya Jungkir Balik

Pada dasarnya saya adalah tipe pribadi yang mudah beradaptasi dengan lingkungan, mudah berteman dan suka berbaur dengan banyak orang. Kata Mami, saya ini adalah miniatur Papi. Sama-sama suka bersosialisasi dan memiliki banyak teman. 

Namun, ada suatu momen dalam hidup saya, di mana pada akhirnya mengjungkirbalikkan semuanya. Rasanya ada yang tercerabut, membawa pergi sebagian jiwa saya. 

Saya masih ingat, siang itu saya ada jadwal kontrol ke dokter setelah sebulan melakukan operasi penggantian Pacu Jantung. Usia saya saat itu masih belasan, kalau tidak salah saya masih SMA. Usai memeriksa, Dokter berbicara dengan ortu. Saya tahu mereka sengaja mengecilkan suara saat membahas keadaaan saya. Sayup-sayup saya bisa mendengar isi pembicaraan mereka. Dari yang saya dengar katanya sakit ini tidak bisa disembuhkan kecuali Kuasa Allah. 

Pulang dari RS saya lebih memilih berdiam diri di kamar. Memikirkan apa perkataan Dokter dengan mendalam. Semenjak saat itu semuanya terasa berbeda. Dari luar saya masih nampak terlihat ceria seakan tidak terjadi apa-apa, namun sebenarnya hati saya tengah terluka.

Bisa dibilang momen itu mengubah sebagian kepribadian saya. Rasanya ini adalah krisis terberat dalam diri saya saat itu. Sebagai seorang remaja tentu saya tengah dalam tahapan mencari jati diri ditambah sakit dengan vonis tidak bisa disembuhkan. Tentu itu membuat saya kehilangan kepercayaan diri. 

Kamu tahu bagian terburuk yang saya alami? Orang-orang memandang sebelah mata terhadap diri saya seakan-akan mereka Tuhan yang menentukan hidup. Saya Lelah.

Saya mengambil jarak dari mereka karena saya tahu, saya berbeda dari mereka.

Menulis adalah cara saya berdamai dengan rasa sakit dan membangkitkan diri

Ketakutan saya akan pandangan orang lain membuat saya tidak berani memiliki banyak teman. Saya sudah bosan mendapati wajah kasihan dari teman-teman saat mengetahui kondisi kesehatan saya. Saya hanya dekat dengan beberapa orang saja, selebihnya saya hanya sekadar berbasa-basi.

Suatu hari kakak memberi saya sebuah buku harian. Sejak hari itu saya lebih suka mengungkapkan perasaan lewat tulisan pada buku harian. Rasanya pada saat itu menulis buku hari harian adalah cara yang tepat buat saya melepaskan emosi yang terpendam.

Menulis buku harian membuat saya lebih nyaman. Curhat sama orang akan berisiko mereka akan memberikan reaksi yang berbeda tapi berbeda dengan menulis. Kamu bisa melepas emosimu saat itu tanpa ada yang menghakimi apakah tindakanmu salah atau tidak. 

Saya memperlakukan buku harian saya layaknya teman, tidak hanya membagikan cerita tidak menyenangkan, saya juga menulis saat senang. Semuanya terekam di sana. Rasa sakit hati, kapan saya jatuh cinta pertama kali, dan banyak lagi kenangan yang pernah saya tulis. 

Kebiasaan menulis buku harian ini membantu saya melewati masa-masa krisis perkembangan remaja. Jujur, saya pernah berada pada titik terendah karena lelah dengan kehidupan yang menurut saya tidak adil ditambah dengan drama masa remaja. Semuanya lengkap. Saya sempat mempunyai keinginan untuk bunuh diri tapi alhamdulilah diary menyelamatkan saya dan hanya menjadi sebuah keinginan hingga saat ini. 

Itulah kenapa alasan saya suka sekali menulis. Menulis pernah menyelamatkan diri saya dari kematian.

Mengenal Blog dan Mulai Berani Menunjukkan Diri lewat Tulisan

Saya lupa kapan tepatnya berhenti menulisbuku harian. Rasanya saat awal-awal kuliah saya masih menulis tapi perlahan kesibukan membuat saya tidak sempat lagi. Saat SMA dulu saya menulisnya hampir setiap hari, namun saat kuliah durasinya berkurang. Saya menulis ketika ada kejadian-kejadian yang tidak ingin saya bagi dengan orang lain.

Sekitar tahun 2009 saya berkenalan dengan blog. Saya kali pertama membuat akun di Blogspot. Hanya mengisi beberapa tulisan karena penggunaannya terlalu susah untuk saya kala itu. Saya pindah ke wordpress dan ternyata saya jatuh cinta dengan platform tersebut.

Nama blog saya adalah kertaswarna. Nama ini memiliki makna, kelak nanti blog saya akan berisi tulisan dengan aneka warna. Saat itu blog ini masih sekadar tempat curhat dan isi tulisannya masih semau saya. Udah kayak nulis jurnal harian bedanya ini diunggah ke internet dan bisa dibaca ribuan orang. 

Tahu sendirilah, di era 2000 awal namanya internet itu susah. Bela-belain loh nulis blog di warnet kalau nggak gitu sih nulisnya di kampus pakai koneksi WIFI. Di saat teman-teman kuliah sibuk sama Facebook, saya malah asyik ngeblog. Senang rasanya saat ada yang baca dan komen.

Perlahan konten saya juga mulai berubah. Dari yang tulisan pendek-pendek mulai meningkat jadi lebih panjang. Tidak melulu curhatan kadang saya menulis opini, puisi atau bahkan cerita pendek. Pokoknya blog udah jadi sarana belajar menulis.

Tahun 2010, saya kenal sebuah portal menulis yaitu ngerumpi.com. Dari portal tersebut saya mulai berani unjuk gigi. Saya mulai menulis tulisan yang lebih bervariatif tapi tetap tidak jauh-jauh dari kisah cinta. Enaknya lagi hasil tulisan saya di ngerumpi juga bisa langsung tayang di blog. 

Sejak saat itu saya semakin jatuh cinta dengan blog.


Nekad Membeli Domain dan Mendapat Bayaran Pertama dari Blog


Tahun 2014, atas rayuan Wulan kenanga, saya memutuskan membeli domain. Saat itu yang ada dibenak saya adalah membeli domain atas nama kertaswarna namun ternyata sudah diambil orang lain. Kemudian saya membeli domain kotakwarna, dengan sebuah filosofi yang sama yaitu ingin membuat tulisan yang berwarna untuk pembaca. 

Sejak awal membuat blog saya tidak ingin menulis dengan niche tertentu. Saya mengikuti apa kata keinginan jadi saya memilih jalur lifestyle blog. Saya dengan semangat mengisi konten-konten kotakwarna sembari melakukan pekerjaan sebagai Guru Taman Kanak-Kanak. 

Akhir pekan adalah waktu kesukaan saya, karena bisa menulis untuk pembaca atau merencanakan apa yang hendak ditulis. Belum terpikirkan bahwa blog ini nantinya akan menghasilkan uang.

Gaji pertama saya dari blog senilai 100 rb rupiah. Perasaan saya mengharu biru kala itu, yah tidak menyangka bahwa pada akhirnya saya bisa menghasilkan uang dari kesukaan menulis ini. Saya lebih bersemangat untuk tetap menulis sebab ada pembaca yang ingin membaca tulisan terbaru saya.

Semakin Produktif Menjadi FullTime Blogger


komunitas
Rajin ikutan Acara Bareng Komunitas

Tepat tahun tahun 2017 saya keluar dari pekerjaan. Kini saya resmi mentasbihkan diri sebagai Blogger seutuhnya. Tentu menjadi sebuah tantangan baru, terbiasa mendapatkan penghasilan tetap setiap bulan juga sempat menjadi pertimbangan sebelum akhirnya keluar dari pekerjaan. Maka, sebelum keluar tentunya saya sudah membangun citra dari blog yang saya kelola.

Semenjak resmi menjadi blogger, saya memiliki banyak waktu luang untuk belajar banyak hal. Saya bisa ikut kegiatan komunitas, jalan-jalan lebih banyak untuk mengumpulkan konten tulisan, belajar motret, dll.


Banyak jalan-jalan demi Konten Blog

Blogger jaman now agak beda dengan jaman dulu. Dulu, gambar dan video itu sekadar pelengkap tulisan. Mau nyambung atau nggak, entah itu hasil nyomot dari google. Itu urusan belakangan, paling penting ada konten baru di blog.

Sekarang, saya nggak bisa menggunakan pola seperti itu lagi karena setiap harinya ada banyak blogger-blogger baru dengan kualitas isi blog yang tak kalah apik. Katanya seorang teman, “kalau kamu ingin bertahan bekerja di dunia kreatif, maka berpikirlah kreatif,” So, di waktu luang yang saya miliki, saya memilih untuk mengasah keterampilan seperti memotret, membuat video dan pekerjaan mengedit yang nyatanya lebih melelahkan ketimbang menulis.

Asus X555 adalah Laptop yang Saya Butuhkan





Pekerjaan kreatif yang seabrek itu juga harus diikuti dengan keberadaan laptop yang mumpuni. Jangan harap mau ngedit video atau foto dengan mulus kalau laptop yang kamu miliki kinerjanya udah kayak kuda kelelahan. Jadi, ingat sama laptop lama saya yang mogok kalau diajak ngedit video. Saya kan sedih karena niatnya pengin merambah dunia vlogger tapi laptop saya nggak bisa diajak kerjasama.

Belum lagi masalah baterainya yang udah mulai soak. Tiap kali mau kerja di cafe, harus selalu deketan sama colokan karena kapasitas baterainya sudah tidak tahan lama. Yah, nasib. Itulah kenapa saya butuh laptop baru.

laptop asus
Laptop Lama yang Minta Diganti


Pilihan saya kali ini jatuh pada Asus X555 Series. Laptop saya sebelumnya adalah Asus X451, sudah setia menemani saya dalam perjalanan ngeblog 3 tahun terakhir. Nggak pernah rewel, hanya saja kinerjanya yang mulai lambat. Membuka beberapa aplikasi bersamaan sering kali membuat laptop ini mendadak ‘beku.’



Asus X555 Series tampil elegan dengan warna hitam


Asus X555 bisa dibilang laptop yang mengerti kebutuhan saya sebagai pekerja konten. Didukung dengan prossesor AMD A10-9620P yang terbilang mumpuni untuk menjalankan aplikasi-aplikasi grafis seperti Photoshop, Filmora dan lainnya. Memungkinkan juga membuka aplikasi secara bersamaan tanpa takut laptop ngehang. Kapasitas penyimpanan sebesar 1TB berguna sekali buat saya yang suka menyimpan file-file memotret dan drama korea.

Selain prosesor dan kapasitas penyimpanan, ada 4 alasan kenapa saya tertarik untuk memiliki Asus X555 ini, yaitu:



Daya Tahan Baterai Seharian


Asus X555 series dilengkapi baterai jenis Li-Polimer dengan ketahanan baterai sampai 2.5 kali lebih kuat dibandingkan baterai jenis Li-Ion Silinder. Bahkan, setelah diisi ulang ratusan kali, baterai tetap menyimpan sampai 80% dari original kapasitasnya.

Ketahanan baterai Asus X555 series ini saya butuhkan karena terkadang ingin kerja di luar rumah dan nggak mau ribet cari lokasi yang banyak colokannya. Maunya sih ngetik dengan tenang tanpa terganggu.

Teknologi Ice Cool


Salah satu teknologi yang saya sukai dari laptop Asus X555 adalah Teknologi Ice Cool. Notebook Asus memiliki desain luar yang unik terkait panas yang terjadi pada bagian bawah notebook pada umumnya.

Teknologi Ice Cool menjaga temperatur di antara 28-35 derajat. Nggak usah khawatir laptop akan kepanasan saat dipakai dalam waktu lama.

Dirancang Untuk Produktivitas dan Hiburan





Ada kalanya saya lebih senang menonton film di laptop tapi nggak semua laptop mendukung kegiatan tersebut. Jangan sampai aktivitas menonton terganggu gara-gara komputernya lemot. Nah, Asus X555 ini didukung oleh Prosesor Amd A10 untuk performa halus dan responsif. Performa serta didukung grafis yang bagus dan controller Memory di bagian dalam yang canggih. 

Kamu bisa menonton drama korea kesukaanmu dengan tenang atau untuk menjalankan aplikasi pendukung ngeblog tanpa takut laptopnya lag.

Warna yang Begitu Nyata dengan Teknologi Splendid




Dikembangkan oleh Tim Golden Eye, teknologi Asus Splendid yang ekslusif akan memberikan kamu warna dan temperatur warna yang akurat. Teknologinya memberikan kamu warna yang cerdas dan menggetarkan dengan pengaturan dan parameter pada fine-tuning display.

Jadi, warna-warna yang ditampilkan pada layar begitu akurat yang bisa diatur sesuai kenyamanan mata.

Buat yang pengin niat ganti laptopnya ke Asus X555, kabar baiknya laptop Asus X555 juga tersedia di Tokopedia

Mengelola sebuah blog itu bukan hanya sekadar menulis lalu mengunggahnya ke blog melainkan melibat proses kreatif seperti mengedit foto, membuat infografis dan menyelipkan video supaya tulisan kita lebih mengena pada pembaca. Yah, kalau memang berniat menjadi blogger yang profesional tentu juga diimbangi dengan keberadaan laptop dengan spek yang bagus sehingga pekerjaan sebagai pekerja konten menjadi lebih produktif. Itulah kenapa saya memasukkan laptop sebagai salah satu investasi yang harus dimiliki oleh blogger.

asus, kotakwarna
I'm Personal Lifestyle Blogger

Pengalaman Menggunakan Kamera Fujifilm Q1 Digital

Pengalaman Menggunakan Kamera Fujifilm Q1 Digital

fujifilm Q1 digital



Pengalaman Menggunakan Kamera Fujifilm Q1 Digital

Saya masih ingat ketika merengek kepada Papi untuk minta dibelikan Kamera padahal waktu itu sudah diberi hak untuk menggunakan Kamera Film yang kami punya. Yah, namanya masih usia muda. Lihat barang canggih dikit itu rasanya pengin memiliki apalagi ini Kamera Digital, nggak lagi pakai film. 

Papi sih awalnya nggak mau belikan dengan alasan Kamera yang sering saya gunakan itu masih bagus tapi saya terus merajuk. Saya bilang sama Papi bahwa sekarang eranya canggih, Kamera digital itu membantu apalagi hasil fotonya bisa disimpan dan dicetak. Enaknya lagi kita bisa melihat langsung hasil jepretan melalui layar LCD tanpa harus menunggu dicetak klise dan memilih mana foto yang bagus. Belum lagi kalau pakai Kamera Film memiliki resiko fotonya hangus alias nggak jadi.

Membujuk Papi bukanlah perkara mudah. Sebab Papi agak memiliki pribadi yang ‘kolot’ rada gimana dengan teknologi. Prinsip beliau pun selama masih bisa digunakan kenapa harus membeli yang baru. Saya berhenti merengek beberapa bulan sampai akhirnya ada ijin dari Papi untuk membeli kamera. Syaratnya harus rajin kuliah dan menjaga sendiri barang yang dimiliki.

Apa yang membuat saya ingin membeli kamera digital? Salahkan saja Iklan. Ternyata saya termasuk orang yang mudah terbujuk rayuan iklan. Kata Mami, ketika masih kanak-kanak dulu tiap kali ada yang baru di TV, saya pasti minta dibelikan. Nasib, oh nasib gampang terbujuk. Sekarang sih ya kadang-kadang aja terbujuk iklan.



Kamera Fujifilm Q1 digital
Penampakan lebih dekat


Pilihan saya kala itu adalah Fujifilm Q1 Digital, saya suka dengan bentuknya dan tentunya memiliki harga yang tidak terlalu mahal. Sekitaran di bawah 1 juta rupiah atau lebih tepatnya tujuh ratus lima puluh ribu. Spesifikasinya cukup mumpuni, dibekali Kamera sebesar 2 MP dengan fitur-fitur sederhana ala kamera digital, seperti: macro, landscape di era itu. Cukuplah buat pemula seperti saya.

Saya membeli kamera itu di Yogyakarta, pas kebetulan saya lagi berlibur ke tempat kakak. Diantar sama Kakak Ipar ke salah satu kawasan di Yogyakarta yang menjual kamera. Perginya siang-siang naik motor, kepanasan tapi bahagia sebab apa yang diinginkan bisa terwujud.

Punya kamera baru senangnya bukan main, semua objek jadi bahan untuk dipotret apalagi nggak perlu susah-susah ngelirik dari lobang view finder seperti yang ada di kamera film. Tinggal cari objek, lihat di LCD dan klik. Hasilnya langsung bisa dilihat tanpa harus mencetak klise. Saya kagum sama teknologi ini dulu, rada ndeso dikitlah.

Besoknya, pas jalan-jalan pagi sama Kakak, saya bawa kamera dong. Hihi, gaya banget sih. Entahlah, kenapa buat saya fotografi itu menarik. Saya selalu membawa kamera ini dan memakainya hampir setiap hari. Saking sayangnya, saya jarang meminjamkannya pada orang lain.

Pernah dink, satu kali. Suatu hari ada sahabat di kampus sedang ada tugas kerja lapangan. Dia mau meminjam kamera yang saya punya, wih gimana ya karena dia butuh sekali. Saya pun meminjamkannya selama 3 hari.

Selama kamera saya dipinjam, hidup saya nggak tenang rasanya. Gelisah, berasa insecure takut kameranya bermasalah. Yah, tahu sendiri belinya penuh perjuangan setelah berhari-hari merengek sama Papi. Alasan lainnya adalah takut ditanyain Mami. Soalnya Mami itu tidak terlalu suka kalau saling meminjam barang terlebih lagi kamera.

Yah, pas teman saya mengembalikan, rasanya lega banget. Sejak saat itu saya tidak pernah meminjamkan kamera saya pada orang lain kecuali Kakak.
Rasanya peran kamera mungil ini banyak membantu dan saya masih penasaran di manakah saya menyimpan data-datanya ya. Coba ah kapan-kapan oprek-oprek laptop lama sapa tahu ketemu.

Sayangnya, Kamera Fujifilm Q1 milik saya itu kini sudah rusak. Layar LCDnya retak dan nggak bisa dinyalakan, padahal bentuknya lucu mirip sama Kamera Fujifilm Polaroid. Ya sudahlah, Setidaknya masih bisa saya gunakan untuk properti foto.

Kamera Fujifilm Q1 ini turut andil dalam membuat saya suka dengan bidang fotografi. Sejak punya kamera digital Q1 saya jadi semangat memotret dan punya keinginan untuk memiliki kamera lebih bagus seperti DSLR

Alhamdulillah, mimpi itu terwujud. Sekarang saya sudah punya Alpha, Kamera Mirrorless yang setia menemani saya kala bosan dan untuk membantu pekerjaan. Kapan-kapan nanti saya bikin postingan soal Alpha deh.

Eh, kalau boleh tahu dulu kalian punya kamera kesayangan nggak? Cerita dong.





Di-PHP-in Mantan Sudah Biasa, Kalau di-PHP-in Brand, sudah pernah? Pernah!

Di-PHP-in Mantan Sudah Biasa, Kalau di-PHP-in Brand, sudah pernah? Pernah!

Di-PHP-in Mantan Sudah Biasa, Kalau di-PHP-in Brand, sudah pernah? Pernah!


Di-PHP-in Mantan Sudah Biasa, Kalau di-PHP-in Brand, sudah pernah? Pernah!


Perjalanan menjadi Pembuat konten tak semulus jalananan bebas hambatan. Ada saja kerikil-kerikil tajam yang sering membuat ban bocor alias menganggu pekerjaan. Mulai dari laptop rusak, kehabisan ide, ditikung sesama blogger dan bahkan di PHP oleh brand. 

Well, mungkin untuk orang di luaran sana yang masih awam dengan pekerjaan kami menganggap pekerjaan kami itu menyenangkan. Apalagi kalau melihat hasilnya dari media sosial kami yang selalu terlihat bahagia, senang dan tidak kenal lelah. Wkwk, padahal kenyataannya tidak sebegitu indah apa yang ditampilkan.

Kalau urusan kehabisan ide bagi kami sudah biasa. Saking biasanya sampai lupa memperbaharui tulisan di blog. Itu sih cara kami ngeles kalau lagi malas nulis. Laptop rusak bisa diakali dengan ngerental atau pakai hp. Masalah ditikung sesama blogger itu adalah sesuatu yang sering terjadi. 

Terus, bagaimana dengan di PHP oleh Brand?

Pernah, dong. Pernah!

Alkisah suatu hari saya mendapat email dari sebuah brand. Brand tersebut mengundang saya untuk menghadiri peluncuran produk. Berhubung saya sudah memiliki agenda lain, saya mencoba jalan tengah yaitu mengulas produk tersebut tanpa harus hadir. 

Singkat cerita, permintaan saya disetujui oleh brand dan saya sudah mengirimkan Invoice seperti yang diminta oleh brand tersebut. Dua minggu setelah mengirim email, saya tidak mendapatkan balasan apapun. Saya sampai mengirim email kedua untuk meminta kejelasan. Hasilnya nihil.

Saya bercerita pada rekan sesama blogger yang kebetulan mendapatkan tawaran yang sama. Dari rekan saya tersebut, saya mendapatkan kontak dari perwakilan brand yang menghubungi saya. Saya mengirimkan pesan perihal kerjasama yang tertunda. Setidaknya saya hanya ingin kejelasan apakah hubungan ini berlanjut apa tidak. 

Jawaban dari perwakilan brand tersebut, mereka tetap ingin bekerja sama dan akan segera memproses email saya bahkan beliau menanyakan alamat untuk pengiriman produk. Dan, ternyata sampai dua minggu setelah waktu yang dijanjikan. Kerjasama tersebut tidak berlanjut dan produk tidak pernah dikirim. Jujur saya kecewa tapi ya sudahlah. Berarti memang bukan rejeki. Saya sengaja tidak kembali menghubungi brand tersebut karena saya tidak.ingin terlihat “ngebet’ banget.

Cerita yang kedua lebih tak kalah menggelikan. Hampir sama sih dikecewain sama brand tapi buat saya lebih menjengkelkan.

Beberapa bulan lalu saya mendapatkan email dari sebuah brand (saya nggak tahu dia benar perwakilan brand/agency). Intinya dia ingin saya mengajak beberapa teman blogger untuk menghadiri acara peluncuran produk. Saya senang banget dong, karena pertama kalinya saya bisa mengajak rekan sesama blogger untuk event berbayar. Biasanya sih saya yang diajak. Intinya sih kami sepakat mengenai hak dan kewajiban dan ketentuan lanjutan akan diinformasikan lebih lanjut.

Selama menunggu, kami tidak berkomunikasi sama sekali. Saya juga sengaja menghubungi mbaknya di akhir Juli karena ada seorang teman Blogger yang bertanya perihal acara ini. Menurut, si Mbak, acaranya tetap jadi sesuai jadwal dan nanti akan diinfokan lagi menjelang hari H.

H-2, Si Mba memberikan konfirmasi perihal undangan dan jumlah blogger yang harus saya ajak. Menurut dia, ternyata brand hanya meminta 2 blogger saja, yaitu saya dan 1 orang blogger lain. Eh, tiba-tiba si Mbak mendelete undangan yang udah dikasih ke saya katanya ada kesalahan (untung saya udah copas jadi bisa tahu sebenarnya brand apa). 

Sampai malam, Si Mbak nggak menghubungi saya lagi. Saya mencoba mengkonfirmasi, memastikan apakah benar cuman 2 blogger atau ada info lain. Tenyata, Si Mbak membatalkan kerjasama dengan alasan misskomunikasi. Udah gitu aja cin. Coba aku nggak tanya kebayang dong seperti apa. 

Nah, tadi pagi saya memang sengaja udah follow duluan akun brand itu. Hahaaha, saya dikerjain saudara-saudara. Acara itu tetap berlangsung dan mereka mengundang blogger lain. Wih, gitu amat yak. Saya coba konfirmasi sama si Mbak tentang acara yang ternyata jadi digelar. Wa saya cuman dibaca dan nggak ada permintaan maaf.

Saya sengaja menceritakan hal ini bukan karena baper gagal dapat duit tapi melainkan etika dia sebagai Brand yang seharusnya jauh-jauh hari mengkonfirmasi bahwa jika memang kami bukan blogger yang dibutuhkan. Bukan asal membatalkan kerjasama dengan alasan acara tidak jadi digelar. Alasan apa coba dan nggak ada permintaan maaf. 

Seharian ini saya cuman bisa ketawa miris dan kesal. Curhat sama beberapa teman blogger yang batal saya ajak. Mereka juga ikutan kesal. Mau kerja jujur aja kudu dikerjain begini. Ya sudahlah, anggap saja pengalaman saya ini sebagai pembelajaran. Lain kali kalau dapat tawaran kudu diperjelas dan lapang dada kalau pada akhirnya batal.


Hahaha.

Begitulah namanya hidup.

Kirim Salam Lewat Radio, Kenangan Indah Tak Terlupakan

Kirim Salam Lewat Radio, Kenangan Indah Tak Terlupakan







Mendengarkan radio tadi pagi membuat ingatan saya kembali ke masa-sama sekitar tahun 1990-2000, di mana tayangan televisi masih tidak banyak dan siaran radio adalah teman terbaik kala itu.

Saya masih ingat, bagaimana menghabiskan waktu pagi sebelum berangkat sekolah dengan mendengarkan cerita radio Brama Kumbara alias Saur Sepuh. Sebelum diangkat ke layar kaca, Saur Sepuh sudah lebih dahulu mengudara di radio menemani masa kanak-kanak saya. Sejak dari jaman di Radio sampai diangkat ke layar kaca, ketawa Nyi Pelet tetap aja menyeramkan.

Seiring perkembangan waktu, radio bukan hanya media untuk mendengarkan berita tapi juga menghibur. Menjamurnya stasiun radio swasta membuat saluran radio menjadi semakin beragam dan menarik bagi kami kaum muda kala itu, termasuk saya.

Maklum saja di era itu, teknologi masih terbatas dan siaran televisi tidak banyak sehingga radio adalah sarana kami para kawula muda untuk mengekspresikan diri dan juga teman terbaik

Dulu, saya suka mendengarkan radio karena ada program request lagu dan kirim salam. Rasanya program ini pernah menjadi sesuatu yang booming di masa itu. Hampir semua stasiun radio swasta memiliki program sejenis. Tujuannya untuk meningkatkan interaksi pendengar dan juga penyiar.

Dalam program Request lagu, kamu tidak hanya boleh memilih lagu kesukaanmu untuk diputar tapi juga bisa mengirimkan salam untuk teman-teman, keluarga dan juga gebetan. Rasanya bangga kalau mendengar ada seorang teman yang mengirimkan pesan untukmu lewat radio. Bahkan, biasanya saya akan memberitahukan teman saya untuk mendengarkan radio dengan kanal yang sama, supaya dia tahu bahwa saya mengirim pesan untuknya. Sayangnya waktu itu saya lupa kirim pesan untuk mantan gebetan.

Tak hanya itu, jika beruntung kamu bisa menyampaikan pesanmu secara langsung alias on air. Butuh perjuangan panjang supaya supaya teleponmu bertepatan dengan penyiar membuka sesi telepon. Ada rasa tak ternilai ketika bisa mendengar suaramu mengudara. Yah, kalau kamu tak beruntung ada operator yang akan mencatat pesanmu dan membacakannya.

Dulu, ada seorang tetangga yang pernah menjadi artis di radio. Hampir setiap hari dia bisa on air di beberapa radio, sampai semua penyiar kenal sama dia. Hebatnya, dia selalu sukses on air tiap ada acara request lagu. Saya banyak belajar dari dia bagaimana trik lolos on air di radio saat itu. 

Apakah berhasil?

Yes, saya beberapa kali mengudara langsung. Awal-awal pasti gugup karena bisa mendengar suara sendiri di radio tapi lama-lama menjadi terbiasa dan menyenangkan. Namun, nggak selamanya lancar. Saya harus beberapa kali menekan tombol telepon sampai acara berakhir. Intinya sih bergantung pada kecepatan tangan untuk menekan tombol telepon. Capek tapi kenangan yang tak terlupakan.

Selain lewat telepon, kami sering menyampaikan pesan secara langsung alias datang sendiri ke stasiun radio. Modusnya sih mau kirim pesan, padahal penasaran sama sosok penyiar yang diidolakan. Biasanya sepulang sekolah kami berbondong-bondong ke sana. Bisa dibilang kedekatan antara penyiar dan pendengar itu erat banget. Banyak yang menjadikan para penyiar layaknya kakak sebagai tempat curhat, calon gebetan atau bahkan saudara. Pokoknya, kalau belum pernah main ke stasiun radio bukan anak keren saat itu.

Bicara soal kedekatan dengan penyiar, saya jadi ingat Mba Shila, salah satu penyiar radio swasta. Bisa dibilang dia seperti seorang kakak, kami saling berkirim surat dan saya sering curhat sama dia Kami juga pernah ketemuan sekali di mall. Tuh, saya jadi merindukannya. Apa kabar ya dia sekarang.

Buat saya kehadiran radio di jaman itu benar-benar seperti teman sejati. Menemani malam-malam saya saat belajar menjelang ujian sekolah dan juga teman sebelum tidur.

Sekarang, perkembangan jaman sudah canggih. Saya penasaran apakah masih ada yang berkunjung ke stasiun radio untuk berkirim salam sepertu dahulu kala?

Ah, saya benar-benar merindukan masa-masa itu.


Jolie Jogja Wirobrajan, Tempat Berburu Pernak-Pernik Cantik Di Yogyakarta

Jolie Jogja Wirobrajan, Tempat Berburu Pernak-Pernik Cantik Di Yogyakarta



jolie, jogja, shabby



Jolie Jogja Wirobrajan, Tempat Berburu Pernak-Pernik Cantik Di Yogyakarta - Perjalanan ke Yogya ini sebenarnya udah terjadi beberapa bulan yang lalu, berhubung saya kadang suka malas akhirnya tertunda untuk menaikkan postingan ini.

Sebelum berangkat ke Yogya, Kakak sudah mewanti-wanti saya untuk mempersiapkan rencana perjalanan. Dia memberikan kebebasan kepada saya hendak bepergian kemana dan lokasi di mana saja.

Berbekal sumber informasi dari mbah google, saya berhasil memilih lokasi yang letaknya berdekatan dan bisa dijangkau dalam satu waktu sehingga saat menyewa mobil jadi efisien.

Selain tempat-tempat wisata, ada satu tempat yang ingin saya kunjungi yaitu Jolie Jogja Wirobrajan. Saya tahu tempat ini dari Wulan Kenanga. Menurut Wulan, Jolie menjual aneka macam bunga-bunga plastik dan properti foto yang unyu. Penasaran dong, saya buka akun instagram mereka. Hamparan aneka macam bunga plastik langsung menarik perhatian. Oke, saya setuju memasukkan Jolie ke daftar yang tempat yang saya ingin datangi di Yogya.

Sebelum berangkat saya sempat bikin pengumuman mau buka jasa titip. Liburan sambil berbisnis kenapa tidak.

Rencana awal, saya pergi ke Jolie adalah hari kedua apalagi kami sewa mobil. Enaklah kalau mau diantar kemana-mana.

Baca Juga: Pantai Jodoh Sampang

Setelah penuh pertimbangan diputuskan saya akan pergi ke Jolie sendirian mumpung ada sepupu yang bisa nemanin. Niatnya mau pergi sore gitu biar puas milih-milih, ternyata Mami malah minta antar ke Bringharjo buat belanja. Ngalah deh, nganterin Mami dulu baru lanjut ke Jolie.

Rencana berangkat habis Magrib molor juga, karena Nabila, sepupu yang akan menemani saya harus beli makan malam dulu. Tapi rencana buat main ke Jolie belum surut.

Sekitar jam 19.30, kami berdua berangkat menggunakan transportasi online. Perjalanan dari hotel ke Jolie menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Jalanan Yogya cukup ramai apalagi saat itu hari Sabtu. Malam terasa lebih panjang.


Jolie Jogja Wirobrajan



jolie-jogja-wirobrajan

Sampai di depan Toko, kami disambut sedikit keramaian. Parkiran motor terlihat ramai dan beberapa orang berlalu-lalang ke luar masuk. Kami bergegas masuk karena waktu terus berjalan.

Bangunan Jolie Jogja ini terdiri dari 3 lantai: di lantai 1, kamu akan menemukan produk aksesoris dan kecantikan. Lantai 2 adalah home decor lanjut lantai 3 adalah fashion. Saya nggak sempat foto-foto dan eksplorasi banyak tempat karena tujuan saya saat itu adalah mencari properti foto.

Sampai di lantai 2, kami celingukan mencari letak area bunga plastik seperti yang ada di foto. Seorang pramuniaga membantu kami dan ternyata tinggal lurus aja. Wah, benar saja ada banyak bunga-bunga dengan aneka warna terhampar di hadapan saya. Surga buat pecinta bunga, ada banyak macam sampai saya bingung mau beli apa dan warna apa.


Bukannya langsung milih bunga, kita berdua malah sibuk cari lokasi buat foto-foto, berasa noraknya lihat bunga sebanyak ini. Sayang banget penerangan di lokasi ini kurang banyak dan saya datang ketika malam hari. Hasil foto-foto kami tidak seberapa bagus deh. Tidak hanya kami, banyak muda-mudi yang datang hanya untuk berswafoto. Ada satu area yang terdapat antrian.

jolie, jogja, shabb, wirobrajan
Bunganya, Mbak

jolie, jogja, shabb, pernik
Muka capek seharian nggak istirahat
Pertama yang saya tuju adalah bagian dedaunan. Saya mengambil 1 tangkai rangkaian daun Palem dan 1 tangkai rangkaian daun Monstera. Saya pikir harganya dihitung per tangkai ternyata 1 rangkaian. Murah euy. 

Pindah dari lokasi daun saya ke lokasi bunga-bunga. Saking banyaknya bingung mau warna apa. Penginnya sih cari Bunga Tulip karena saya belum punya. Sayangnya, kualitas Bunga Tulipnya kurang bagus jadi batal deh. Sumpah, saat itu hampir kalap. Harganya murah beda dengan kalau beli di Surabaya bisa dua kali lipat. Saya sampai berkali-kali bingung menentukan mau beli bunga apa. Niat mau buka jastip batal karena mendapat pengumuman bahwa toko akan segera tutup. Oh iya, toko ini tutup pukul 21.00. Coba tadi datang lebih sore pasti puas.

jolie-jogja-wirobrajan-pernak-pernik
bunga sebanyak ini, bingung milihnya

Saya sempat main-main ke bagian dekorasi rumah, mau cari pajangan yang bisa dijadikan properti tapi mengingat ada antrian di kasir. Ya udah deh, nanti kalau ke liburan ke Yogyakarta lagi bisa main ke sini.

jolie, jogja, pernak-pernik


Ada satu hal yang disayangkan, banyak bunga-bunga dan daun yang rusak terinjak-injak pengunjung sehabis berswafoto dan penataannya yang sekedarnya. Berbagai macam bunga ditumpuk jadi satu dan tidak diklasifikasikan berdasarkan jenis. Bikin bingung pembeli.

So far, Jolie Jogja Wirobrajan ini menarik untuk dikunjungi lagi. Surga banget buat pecinta shabby, pernak-perniknya lucu-lucu. Mungkin kalau ada agenda ke Yogya saya bakal balik lagi ke sini dan lebih mengeksplorasi area yang lain.


Salam,

(Guest Post) Balada Dress Code Pastel

(Guest Post) Balada Dress Code Pastel

dress code, pastel, pink, bloggerlife



Saya gak nyangka bahwa urusan dress code efeknyan sepelik ini. Biasanya tampil ‘opo onoke’, gara-gara dress code saya harus membuang waktu percuma seharian di Royal Plasa. 

“Hunting baju baru lagi?” 

Oh, Nggaaakkk, saya cangkruk’an aja kok di Food Court sama teman-teman. Me time. Rumpi-rumpi cantik. Aslinya, sih, nggak sengaja aja ketemu. Tujuan awalnya sama, hunting dress code

Alkisah, kami didaulat menghadiri even dengan kewajiban dress code warna pink pastel ATAU biru pastel. 

“Duh, duh, duh, Kenapa nggak ditulis Pink aja, atau Biru aja. Gak usah ditambahi embel-embel Pastel. Bikin lapeer” 

Pink, kan, Merah Muda. Berarti warnanya kalem. Trus kalau mintanya Pink Pastel berarti Merah Muda yang kualeeeeeem sekali. 

Ya, sih, kalau kita main crayon-crayonan nggak masalah. Lha, ini, udah nggak paham warnanya kayak apa, trus dijadikan dress code pula! Oh, rasanya pengin masukin kepala ke dalam magic jar! 

Itu lagi, Biru Pastel. 

Nyontek warna laut, salah. Nyontek warna langit, tambah salah. 

“Kalau pakai Biru Tosca?” 

Hee, hee.., buta warna, tah? Biru Tosca mlayue kadohaaan... 

Rupanya musibah dress code ini membawa efek yang baik untuk menjalin keakraban sesama wanita. Selepas diumumkan warna dress code oleh koordinator acara, kami, seluruh peserta undangan mulai kasak kusuk menuangkan curhatannya di grup. 

Awalnya malu-malu mengungkapnnya. Seolah-olah menyanggupi bahwa stok baju warna Pink Pastel atau Biru Pastel di lemari ada selusin. Begitu salah satu member bertanya, “Warna Pink Pastel atau Biru Pastel itu kayak apa, Cee?” 

Etdah, perlukah kita duduk kembali di bangku TK dan memulai belajar mengenal warna? Haha.. 

Kayak-kayaknya pertanyaannya guampang. Tapi ternyata untuk menjawabnya harus keliling Royal Plasa dulu seharian dan menghabiskan secup es kepal Milo setelah lebih dulu ngantri 10 meter! 

Kalau anak paling modis aja bertanya begitu, bagaimana nasib kita? (Kita? Kamu aja, kalii, saya nggak) haha.. 

Saya sudah komitmen, kalau sampai besok nggak dapat warna yang sesuai, biarin aja datang ke acara pakai baju pink seadanya di lemari sambil bawa kue pastel! Daripada mumet? 

Yang membuat kami kelimpungan, warning dari panitia mengultimatum gini, “Kalau dress code tidak sesuai dengan warna yang ditentukan, peserta tidak boleh mengikuti acara”. 

Bagaimana, mau nolak aja gak usah datangi event? Ngambek, gitu! 

Sayangnya kami tidak kuasa menolak karena sejak awal mendaftarkan diri panitia menjanjikan memberi seluruh peserta seperangkat alat makeup dan 6 biji lipstik! 

Mau 6 biji lip cream warna nude melayang sia-sia gara-gara tidak berusaha memperjuangkan dress code? 

Lip Cream, lho, ini, lip creaammm... meskipun saya yakin setelah dibawa pulang tuh lipstik nggak bakalan dipakai semua. Palingan dijual sebagai preloved, kalau nggak melayang dibawa pulang sodara. 

“Ternyata harga diri kita hanya semahal 6 biji lip cream!” ngenes salah satu dari kami. 

Begitulah, obrolan unfaedahdi grup itu akhirnya membawa kami ketemu secara tidak sengaja di food court Royal Plasa! 

“Haai, kamuuu. Ngapain di sini?” 

“Ini, lagi nyari kerudung warna pink buat besok..” 

“Kalau kamu?” 

“Jalan-jalan aja. Udah dapat pinjeman baju dari teman” 

Pinjem? Mau penataran P4 harus minjem-minjem baju segala. Biariin, yang penting nggak disuruh pulang... 

Ujian dress code kali ini benar-benar membuat kami berpikir keras mengenakan baju dan kerudung yang sesuai permintaan. Bagi yang biasanya  memanfaatkan pin, peniti, kancing baju, dengan berat hati saya katakan, "enyahlah kalian dari even ini!" hahahaha

Guest Post Ditulis oleh http://yuniarinukti.com/

Pengalaman Ikut Flash Sale Marketplace

Pengalaman Ikut Flash Sale Marketplace

Flash sale, belanja online, marketplace


Masalah terbesar dari seorang penulis itu adalah stuck. Bukannya nggak ada ide mau nulis apa tapi lebih ke masalah eksekusi ide itu menjadi sebuah tulisan. Yah, bilang aja lagi malas.

Seharian ini saya cuman rebahan di tempat tidur karena demam. Semalam, sekitar jam 8 malam mendadak perut saya nyeri. Saya mencoba mengurangi rasa nyeri itu dengan gerakan yoga. Gagal, rasa nyeri itu terlalu kuat sehingga tidak maksimal. Saya memutuskan tidur dengan perut nyeri semalaman.

Saat bangun pagi, rasa nyeri di perut sudah menghilang hanya saja perut masih terasa kaku. Rencana buat buka laptop batal. Gelundungan di atas kasur membuat saya bosan, bolak-balik buka draft tulisan di hp tapi ide nggak mau muncul. Menyebalkan. Agenda mau rajin nulis di blog kacau.

Eh, kok saya teringat sama pengalaman ikutan flash sale dari sebuah marketplace beberapa bulan lalu dan saya ingin berbagi dengan kalian semua.

Maafkan yes kalau intro dari tulisan ini panjang banget.

Saya bukan shopaholic. Saya lebih suka berbelanja sesuai dengan kebutuhan. Kalau ada teman yang ngajak belanja, saya lebih suka melihat-lihat kecuali memang ada benda yang sudah saya inginkan. Begitu juga belanja daring. Biasanya saya belanja kalau ada yang belanjain alias dapat voucher belanja gratis atau benda yang saya cari susah ditemukan.

Nah, bertepatan bulan Ramadhan kemarin. Ada beberapa marketplace yang ngadain promo belanja online yang menggiurkan. Puncak dari kemeriahan acara online ini adalah Flash Sale barang-barang dengan Rp. 25.000 bahkan ada beberapa aitem produk mahal yang juga dimasukkan ke dalam acara ini.

Satu hari menjelang puncak acara, saya sudah woro-woro alias bikin pengumuman buat orang rumah. Siapa tahu mereka juga ingin ikutan. Kebetulan saya masih punya stok voucer belanja dari marketplace yang satu ini. Jadi, aman deh.

Saya pikir akan semudah itu ikutan Flash Sale. Ternyata saya salah. Acara flash sale bagian pertama dimulai pukul 24.00. Saya melewatkan bagian ini karena nggak mau merasa ngantuk saat sahur. Saya memutuskan untuk ikutan bagian kedua, yaitu pukul 04.00.

Biasanya habis sahur saya masih duduk manis di kursi, ini nggak. Langsung ambil HP karena beberapa menit lagi flash sale akan dimulai. Sebenarnya saya belum ada gambaran mau beli apa. Kayaknya bakal milih barang secara random gitu.

Tepat jam 03.59, ponsel udah dalam genggaman tangan. Sambil nunggu dimulai, saya refresh gitu. Tepat jam 04.00 semua masih normal dan saya menemukan barang yang ingin dicari. Udah diklik masuk keranjang dan pengin beli barang lain. Lah, kok nggak bisa. Ponsel saya mendadak freeze beberapa detik. Lancar lagi. Ya udah akhirnya memutuskan untuk mau bayar barang yang didapat tadi. Apa yang terjadi coba? Barang yang dipengin udah habis. Duh, padahal waktu masih menunjukkan 04.01. Buset, cepat banget orang-orang ini.

Gagal di bagian kedua, nggak mau nyerah dong. Di flash sale bagian tiga saya mencoba kembali. Kali ini ngajakin sepupu juga. Udah standbye ama ponsel di tangan sejak pukul 09.30. Tepat pukul 10.00, kami berdua heboh karena ada barang yang diinginkan, giliran mau diklik ‘beli’ lah kok ponsel hang. Kalau tadi pagi cuman freeze. Ini beneran hang. Nggak bisa ditekan-tekan kecuali refresh. Kirain karena masalah koneksi aja, padahal udah pakai Wifi, tetap aja hang. Eh pas udah bisa masuk, barang yang dicari udah habis dalam waktu 2 menit. Ampun dah. Masak saya harus beli barang yang nggak dipakai.

Ya udah saya nyerah.

Pas malam, saya buka-buka linimasa medsos. Hampir semua orang membahas tentang ini. Lucu-lucu aja baca komentar dan ada loh yang bisa dapat barang kayak Ponsel, powerbank. Salut sama mereka euy. Kayaknya pada keturunan flash kali ya

Buat saya pengalaman ikutan flash sale ini berkesan karena jadi tahu sensasinya seperti apa. Walaupun pada akhirnya nggak dapat apa-apa.

Ternyata bukan hanya rindu yang berat, ikutan flash sale lebih berat cyin. Resiko ponsel hang.

Bilang gih sama Dilan buat ikutan Flash sale biar nggak cuman bilang Rindu itu berat.

Salam,