Suratku

 


Jam dinding dikamar sudah menujukkan pukul 12.30 malam. Tidak terasa sudah lebih dari satu jam aku menghabiskan waktu di depan meja kerjaku. Terlihat sampah kertas berserakan disampingnya, entah berapa puluh kali aku merobek kertas yang aku tulis. Ada rasa takut, cemas, dan gelisah saat aku memandang kertas kosong didepanku, tidak satu katapun dapat aku tulis sejak satu jam tadi, dan akhirnya kertas kosong itu hanya berakhir di keranjang sampah.


 Aku hanya ingin menulis sebuah surat, tapi entah mengapa bolpoin yang aku pegang sejak tadi tidak mau menari diatasnya, melainkan hanya diam terbuju kaku seperti otakku saat ini. Tik...tok..tik..tok, detik jam dinding seakan berbunyi kencang, sekencang detak jantungku ini. Ah aku pun bertekad untuk menyelesaikan surat ini sebelum senja datang. Surat ini harus sampai ke tangan pemiliknya besok pagi. Sebab keputusan dari surat ini sangat berharga untuk kelanjutan masa depanku, jadi aku nggak mau sampai salah kata atau tulisan.


 


Dear Adindaku Tersayang


Pagi adindaku, bagaimana kabarmu hari ini? Abang harap kamu selalu baik-baik saa, dan tidak sakit apa pun. Oh ya bagaimana kabar keluargamu? Mereka juga baik-baik saja kan? Kalau nanti kamu pulang ke rumah, sampaikan salam abang ya buat mereka. Maaf abang belum bisa berkunjung ke rumah.


Oh ya dinda, belakangan ini abang selalu memikirkanmu, rasanya rindu sekali jika tidak bertemu denganmu sehari saja. Mungkin kamu pikir abang gombal, tapi beneran loh abang kangen banget.


Mungkin sekarang dinda bertanya-tanya kenapa abang pake acara ngirim surat segala. Ada hal yang ingin abang utarakan sama dinda, tapi abang belum berani untuk bilang langsung. Begini loh dinda, duh abang nggak tahu harus bicara apa? Abang takut nanti dinda marah dan nggak mau ketemu abang lagi.


Baiklah jika dinda masih bertanya-tanya,hari ini abang akan jujur sama dinda. Begini dinda sebenarnya abang ingin pinjam uang kepada dinda. Dinda kan tahu kalau abang sampai saat ini belum ada uang buat bayar SPP, dan dinda juga tahu apa konsekuensinya kalau abang nggak bayar saat waktu tiba. Dinda nggak mau kan punya calon suami mahasisa DO. Jadi, abang berkenan dinda mau meminjamkan sedikit uang, nanti kalau kiriman datang abang bayar deh.


 Salam Sayang,


 


Abang Miuun


 


 

0 COMENTÁRIOS

Post a Comment